20 | 🥀 Nata Baper(1) ⚘

308 30 20
                                    

Memukul berkali-kali tangan Bima, Nata mencoba melepas cekalan erat Si tampan."Ish, lepasin! Sakit ihh!" Bima menampilkan wajah datar tampak tak perduli. Nata merasa sia-sia mencoba membantah Bima yang nyatanya selalu egois dan selalu ingin dituruti kemauannya.

"Masuk!" Si tampan menunjuk pintu menuju rooftop sekolah dengan dagunya. Nata tak bergeming, Bima dibuat geram dengan tingkah Nata yang selalu membantah perkataannya.

Menatap penuh selidik Bima, Nata merasa was-was. Bima berdecak, pikiran perempuan ini benar-benar sempit. Dia pikir Bima mau apa, macam-macam, begitu?

Satu macam saja Bima sudah pusing, gimana banyak macam.

Untuk kali ini jangan salahkan Si cantik, berada di dalam satu ruangan bersama laki-laki memang patut waspada. Camkan baik-baik, pikiran lelaki tak pernah jauh dari hal kotor. Apalagi ini rooftop yang jelas berada di atas gedung sekolah dan pastinya jauh dari jangkauan siswa siswi juga dewan guru. Semakin mempermudah Bima melakukan aksi bejatnya bukan? Memikirkan itu Nata bergidik ngeri.

Menjitak keras kepala Nata, Bima memasang wajah kesalnya. "Gak usah mikir aneh-aneh!" Benar-benar tak habis pikir dengan Nata. Meskipun Bima akui dirinya terlihat Nakal, tapi tak pernah sedikitpun terlintas di benak Bima untuk merusak seorang perempuan. Bima hanya ingin menyakiti hati Nata, bukan merusak fisiknya.

Mengelus lembut kepalanya, Nata menatap nyalang Bima. "Gak usah jitak juga kali!"

"Yaudah, sana masuk!"

Tak ingin kena jitak untuk kedua kalinya, Nata menuruti perintah Bima untuk kali ini. Sudut bibir Bima terangkat tatkala melihat Nata melangkah mengikuti perintahnya. Kalau begini terus Nata bisa memudahkan Bima untuk melancarkan aksinya.

Semilir angin menyapu wajah mulus Nata, rambut Si cantik berterbangan bak kapas yang ringan. Memilih duduk di samping Nata, Bima memandangi wajah Si cantik tak berkedip. Beautiful! Batinnya. Bingung sendiri Bima dengan hatinya, dia benar-benar tak paham dengan reaksi jantungnya yang kadang berdegup kencang ketika berada di dekat Nata. Sungguh, Bima tak ingin dirinya jatuh pada pesona Nata, disini Nata yang harus jatuh cinta bukan Bima.

Desiran aneh menjalar di tubuh Nata, tatkala jemari Bima menyentuh rambutnya lalu menyelipkan pada belakang telinga.

Pipi Nata merona.

Jantungnya memompa brutal.

Perasaan asing serasa membuncah.

Menolehkan kepala, pandangan Si cantik bertemu dengan manik hitam Si tampan.

Satu

Dua

Tiga

Empat

Lima

Tepat detik kelima, Nata memalingkan wajahnya. Si cantik tak sanggup memandang mata hitam legam Bima terlalu lama. Anjir! Gak kuat gue.

Menyentuh dagu Nata lalu menariknya pelan, Bima menatap intens Si cantik yang tampak gugup. "Kenapa madep sana, hmm? Lebih menarik tuh rumput ya, ketimbang muka ganteng gue?"

Ingin Nata memaki Bima.

Ingin Nata membenturkan kepala Si tampan pada tembok China.

Sungguh tercela perlakuan lembut  Bima pada Nata. Dengan kurang ajarnya, Si tampan memporak-porandakan hati Nata. Shit! Gue mendadak bisu.

Memajukan kepala, Bima benar-benar serius membuat Nata menahan napasnya. "Kenapa gak dijawab?"

Kegugupan yang semakin menjadi, membuat Nata blank. Tak bisa dibiarkan terlalu lama, cepat-cepat Nata menguasai diri, Si cantik mencoba mengalihkan topik. "Ehem, bukan gitu, gue tuh laper makanya diem."

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang