51 | 🥀 Jadi, Sahabat? ⚘

275 19 9
                                    

Di dalam UKS, Namira mulai gelisah duduk di pinggir ranjang menunggu Bima yang tak kunjung datang. Sedari tadi matanya menatap satu persatu siswa maupun siswi berlalu lalang lewat kaca jendela UKS, mencangklong tasnya masing-masing berhamburan ke parkiran sekolah, namun ada juga yang menuju gerbang menunggu jemputan dan angkutan umum.

Dihitung-hitung sudah dua puluh menit dirinya menunggu sejak bel pulang dibunyikan. Apa mungkin Bima lupa? Apa mungkin Bima pulang duluan? Apa mungkin Bima meninggalkan dirinya? Segala macam 'apa' berputar-putar di otak Namira membuat dia bimbang harus bagaimana.

Tapi--- tidak-tidak. Langsung Namira menepis jauh-jauh pemikiran itu, tidak mungkin Bima tega kepada dirinya. Rentan waktu Namira kenal dengan Bima cukup membuatnya yakin kalau lelaki itu bertanggung jawab dengan ucapannya. Tak pernah sekalipun Bima menghianati dirinya dengan janji lelaki itu yang tidak ditepatinya. Mungkin Namira harus bersabar sedikit lagi, pasti Bima datang atau paling tidak memberinya kabar.

"Bima kemana, sih? Katanya aku disuruh nunggu, tapi sampek waktunya pulang dianya gak muncul-muncul."

Berselang lima detik setelah Namira menyuarakan keluh kesahnya, pintu UKS terbuka membuat fokus gadis itu beralih menatap pintu. Siswi cantik berkuncir kuda menghampiri Namira dengan senyuman tipis di bibirnya tampak sangat ramah.

"Ehh, kamu Namira, kan? Itu--- kamu disuruh pulang duluan sama Bima. Hari ini dia latihan basket, terus katanya kamu harus naik taksi." Gadis itu memberitahu, langsung diangguki Namira.

"Pantes, dari tadi aku nungguin gak dateng-dateng dianya. Oh iya, makasih ya udah dikasih tau." Senyum tipis mengiringi kalimat Namira. Gadis berkuncir kuda mengangguk kecil, ikut menyunggingkan senyum manis.

"Iya, sama-sama. Yaudah ya, aku pulang duluan." Setelah Namira mengangguk, gadis berkuncir kuda itu melenggang keluar UKS.

Terjawab sudah rasa bingungnya, Namira pun beranjak, mengambil tasnya di atas nakas samping ranjang. Entah siapa yang menaruhnya di sana, Namira juga tak mengetahuinya karena dia tadi sempat tertidur pulas beberapa jam. Jika sudah menyangkut pergi ke alam mimpi, dirinya memang sangat betah hingga bisa tidur pulas hingga lima jam di siang hari tanpa perduli keributan di sekitarnya.

Namira akui dirinya memang pelor.

Baru hendak melangkah, aksi Namira langsung terhenti kala suara denting notifikasi chat terdengar nyaring di telinganya. Merogoh saku rok-nya, Namira mengambil smarthphone kemudian mulai membuka aplikasi berwarna hijau berlambang telepon.

DarenKu💕

Kita ketemu di cafe Natasya's, bisa?
Aku udah stay di sini.

Salam cinta, Aa' Daren.

Senyum Namira otomatis merekah membaca chat dari Si pemilik hati. Tangannya dengan lincah mengetikkan balasan untuk Daren dengan pipi bersemu, tak sabar bertemu dengan lelaki itu.

****

Setelah melewati berbagai musim pancaroba dan segala macam hujan petir yang menghiasi semesta, akhirnya untuk pertama kali Nata cs pulang bersama.

Keempatnya menaiki satu taksi yang sama guna menghemat ongkos karena Dara tidak membawa mobil, juga Ina yang hari ini tidak dijemput Sang sopir. Tujuan mereka berempat bukanlah pulang ke rumah, melainkan nongki-nongki sebentar di cafe guna merefresh otak dan hati yang mulai penat. Yah, sekaligus untuk quality time mereka berempat yang jarang bisa berkumpul bersama di luar sekolah.

"Stop Pak! Di sini aja. Ini pak, ongkosnya." Dara mengulurkan uangnya, kemudian langsung turun diikuti ketiga sahabatnya setelah Pak sopir taksi menerima bayarannya.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang