54 | 🥀 Ma'af Nat! ⚘

354 16 6
                                    

Entah angin apa yang membuat Bima pagi-pagi begini sudah sampai di sekolahnya. Tidak terlalu pagi sebenarnya, namun untuk ukuran seorang Bima Angkasa Putra pukul 06.45 sudah sampai di sekolah merupakan keajaiban dunia. Agak lebay memang. Tapi memang itu kenyataannya. Biasanya Bima baru sampai di sekolah lima menit sebelum gerbang ditutup.

Kini Bima tampak duduk di kantin sekolah dengan minuman jeruk yang berada di genggamannya. Dia terlihat lesu, muka masamnya menjelaskan dia sangat tak bersemangat pagi ini.

"Gila-gila! Ternyata rencana lo keren banget Lis, sumpah. Gak nyangka gue." Sontak Bima mendongak mendengar suara barusan. Matanya menatap lurus Angel dan Lisa yang duduk membelakangi dirinya. Kedua gadis itu tak sadar jika ada Bima disana.

Rencana apalagi ini? Bima memasang kupingnya baik-baik agar mendengar obrolan Angel dan Lisa dengan jelas.

"Ya elo mah suka ngeraguin gue. Sekarang karna rencana dari gue, elo udah berhasil kan, misahin Bima sama Nata?" Lisa menaik turunkan alisnya diikuti senyum bangga.

Angel terkekeh. "Iya deh iya, idenya Lisa mah paling top deh. Tapi sumpah, gue masih gak nyangka banget rencana ini bakalan berhasil," katanya dengan senyum mengembang.

Lisa bertopang dagu. "Gue sih udah yakin banget sama rencana gue. Karna apa? Gue tau si Bima tuh keliatan protektif banget sama Ara.  Jadi kalo dia tahu Ara dibully, diancem-ancem, terus dibonusin siraman air pel-pelan, dia pasti benci banget sama orang yang udah nyakitin tuh cewek," katanya lalu menyeruput teh hangatnya.

Angel mengangguk. "Dan bodohnya, Bima percaya gitu aja sama SMS kita yang bilang kalo Nata yang udah Bully Namira. Ya Gusti, gak nyangka gue Bima gampang banget dibodohin." Keduanya kompak menyemburkan tawa.

Sementara di belakang mereka, Bima mengepal kuat kedua tangannya berusaha menahan emosi menyimak obrolan Angel dan Lisa. Shit! Ternyata Angel yang nyiram Namira buka Nata.

Geram dengan tingkah mereka berdua, Bima bangkit dengan rahang mengeras menuju meja Angel dan Lisa.

BRAK!!!

Gebrakan keras pada meja yang dilakukan oleh Bima sontak membuat Angel dan Lisa terlonjak, kemudian keduanya kompak mendongak. Mati gue! Batin keduanya dengan wajah pucat pasi. Kini Angel benar-benar dibuat bungkam hanya dengan melihat Bima yang memandang penuh kebencian dirinya.

Prok! Prok! Prok!

Bima bertepuk tangan seraya menatap tajam Angel dan Lisa bergantian. "Bagus! Bagus! Keren! Pinter ya ternyata, jadiin orang lain kambing hitam?" Cibir Bima membuat Angel hanya mampu menggelengkan kepala seolah berkata, ini gak kayak yang kamu denger.

"Rencana lo sukses, SUKSES BUAT HIDUP GUE BERANTAKAN! SEKARANG GUE MINTA JANGAN PERNAH LO NAMPAKIN DIRI LO DIDEPAN MUKA GUE! GUE MUAK! GUE GAK SUDI!" Bima berteriak meluapkan seluruh emosi. Angel terkesiap, lalu matanya berkaca-kaca memandang Bima. Hatinya hancur lagi, benar-benar sesak entah untuk keberapa kali.

Bima melangkah pergi meninggalkan Angel dan Lisa dengan hati diliputi amarah dan emosi. Tujuannya saat ini adalah kelas Nata. Bima sangat-sangat merasa bersalah pada gadis itu, telah menuduh Nata menyiram air kotor pada Namira. Maafin gue Nat, maaf. Bima dengan langkah tergesa tampak ingin segera sampai di kelas Nata.

Bima masuk begitu saja ketika sampai di depan kelas Nata. Matanya menyorot seisi kelas mencari keberadaan gadis itu, hingga pandangannya terhenti pada gadis yang sedang menunduk dengan buku  dipangkuannya yang Bima yakini sebagai Nata.

"Maaf," sontak Nata yang sedang fokus dengan novelnya mendongak menatap Sang empunya suara.

Nata mengerjab berkali-kali, berusaha mengusir Bima dari pandangannya. Namun usaha yang dia lakukan tetap tak ada hasilnya dan yang dia lihat tetaplah Bima. Ini beneran Bima? Ini bukan halusinasi gue aja, kan? Batinnya bertanya.

"Maaf, maaf buat semuanya Nat." Bima menggenggam kedua tangan Nata membuat gadis itu terkejut.

Nata menoleh menatap Megan berusaha meminta bantuan untuk pergi dari Bima. Namun Megan malah menggeleng kemudian pergi meninggalkan Nata. Cukup, Megan tak mau ikut campur. Biarkan saja mereka berdua menyelesaikan masalahnya.

Bima duduk bersimpuh di bawah Nata seraya mengeratkan genggamannya pada tangan gadis itu. Sontak Nata memundurkan duduknya agar posisinya tak terlalu dekat dengan Bima. "Apa-apaan sih, Bim. Gak usah duduk kayak gitu! Ini apalagi pakek pegang-pegang tangan segala." Bima tak menanggapi protesan Nata.

Bima mendongak, menatap lekat-lekat mata Nata yang sejujurnya membuat gadis itu sedikit gugup. "Maaf. Maaf buat semuanya Nat. Aku udah nuduh kamu pacaran sama Daren. Udah nuduh kamu nyiram Namira. Dan yang paling parah aku nyiram dan bentak-bentak kamu," Bima berucap tulus, matanya sendu sarat akan penyesalan.

Aku-kamu? Maksudnya apaan? Kenapa gak pakek lo-gue aja? Batin Nata bertanya-tanya.

Bima menunduk, menatap genggamannya pada tangan Nata. "Aku minta maaf udah jadiin kamu selingkuhan, udah ngeduain kamu, buat kamu sakit hati, dan dengan bodohnya aku niggalin kamu. Sekarang aku baru sadar kalo aku cintanya sama kamu bukan Namira," jelasnya lalu mengadah menatap sendu Nata.

Jujur, perkataan Bima membuat hati Nata sedikit meluluh. Namun Nata pun masih bingung harus bagaimana, masih trauma dengan kata-kata manis dari mulut Bima.

Nata menunduk, menatap lurus Bima. "Bagus kalo elo udah tau semuanya dan udah mengakui kebenaran omongan gue. Gue maafin lo, karna gue sadar semua manusia pasti punya kesalahan dan gue bukan Tuhan. Gue gak punya kekuasaan apapun. Gue gak punya kehebatan apapun. Gue juga gak sempurna, dan itu semua membuat gak berhak buat gak maafin kesalahan yang udah lo lakukan." Mata Nata berkaca-kaca.

Menarik napas sebentar kemudian menghembuskannya perlahan, Nata menambahkan. "Tapi buat cinta, maaf gue belum bisa percaya." Nata menarik tangannya dari genggaman Bima.

Bima kembali menarik tangan Nata untuk digenggamnya. Nata pun tak memberontak dan hanya membiarkannya. "Apa yang harus aku lakuin biar kamu percaya?" Nata tertawa hambar mendengar ucapan Bima barusan.

"Udahlah Bim, gak usah drama-dramaan lagi. Sumpah, gue capek!" Hati Bima mencelos.

Bima melepas tangan Nata dari genggamannya, lalu beralih menangkup kedua pipi gadis itu. "Aku serius Nat. Aku gak main-main," Ujar Bima penuh penekanan di setiap katanya.

Nata terkekeh. "Gak usah serius-serius kalo udah nyaman ujung-ujungnya cuman ditinggal." Bima menunduk, hatinya kembali nyeri dan sesak diliputi rasa bersalah.

Bima menghela napasnya sebentar, lalu melepas tangannya yang menangkup kedua pipi Nata. "Aku bakal buktiin Nat." Bima berucap yakin.

Nata terkekeh lagi, kemudian menatap lurus Bima. "Yaudah, kalo mau buktiin ya tinggal buktiin aja. Gue tunggu apa yang bakal lo lakuin biar gue percaya lagi sama lo." Bima mengangguk antusias seraya tersenyum tipis. Rasa bahagia membuncah di dada Bima karena Nata mau melihat usahanya.

"Yaudah, sana pergi! Ngapain masih disini? Mencemari pandangan gue aja." Nata berucap ketus membuat Bima cemberut. Dasar! Cowok sok imut.

Bima menegakkan badan terpaksa karena Nata sudah mengusirnya. "Kenapa cuman berdiri? Buruan pergi! Lupa pintu? Disana tuh pintunya." Suara Nata meninggi, kembali membuat Bima merengut. Untung cinta.

Dengan terpaksa Bima membalikkan badan, melangkah keluar kelas Nata dengan perasaan kesal namun terselip rasa bahagia karena Nata memaafkan juga mau melihat usahanya.

****

Kalian maunya Nata langsung ma'afin Bima atau jaim-jaiman dulu?

Tbc😚💕

Instagram: novi_na18
Facebook  : Natasya tasya

📧: natasya072002@gmail.com

Novi Natasya💕🍃

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang