"Selamat atas suksesmu, Kak!" Ucap gadis berambut hitam dan panjang dengan beberapa helai rambut yang terurai di depan wajahnya.
Sambutan selamat itu tidak terlalu dihiraukan oleh Akutagawa yang terlihat tidak tertarik sama sekali, seakan-akan dari awal saja sudah ada penyesalan.
"Kak?" Panggil Gin, gadis berambut hitam itu sambil mendekati Akutagawa yang terdiam sendiri.
"Eh, ha'i? Ah, arigatou,"
"Doushita? Kayak ada yang mengganggu saja?" Tanya Gin sedikit cemas. Belakangan ini selama pelatihan, Akutagawa memang tidak pernah terlihat menikmatinya sama sekali. Kalau tidak diam saja, melamun, ya... palingan mojok sendiri.
"Tak apa kok, hanya sedang capek," Ujar Akutagawa beralasan, namun tentu saja Gin sadar bahwa itu hanya alasan belaka.
"Kak, kalau kakak tidak suka, jangan dipaksakan," Pesannya, "Jangan karena manusia satu itu jadi membuat kakak melakukan hal yang sama sekali... bukan apa yang kakak sukai..."
Akutagawa hanya tersenyum kecil, "Sudahlah, kalau sudah terjadi mau apa lagi, kan?"
Biarpun begitu, Gin tahu, sebagai idola semua orang akan sangat berat. Coba perhatikan, kesuksesan sekali akan menjadi rentetan peristiwa lainnya. Bersaing menjadi nomor satu, berlatih setiap hari, melatih vokal dan kemampuan memainkan musik, pertemuan, yah begitulah semua.
Tak ada kesuksesan instan, kan?
Ting!
"Oh, etto... kak? Ada pesan dari manager kakak," Gin mengangkat sebuah handphone yang bertuliskan sebuah chat masuk di layarnya.
"Sebentar,"
"Selamat atas debut pertamamu! Saya senang semua berjalan lancar dari agensi ini. Tiga hari lagi akan diadakan pesta tahunan sebagai penghargaan atas pemusik baru, saya harap kau bisa menyiapkannya sebelum tiba hari besar itu,"
"Mori-sama benar-benar terjadwal ya..." Komentar Gin sambil ikut membaca pesan yang Akutagawa dapat baru saja itu.
Akutagawa hanya mengangguk, sebenarnya masuk agensi ini tidak salah, juga tidak benar. Oke, mungkin tidak terlalu pas dengan seleranya, tapi daripada masuk satu agensi dengan "orang itu", lebih baik beda. Toh, juga siapa yang mau mengingat masa lalu yang penuh perjuangan tetes keringat dan darah, kan?
"Akutagawa-san, sudah datang," Seorang gadis bersurai pirang terang itu membuat pintu perlahan dan memanggil Akutagawa serta Gin yang ada di dalam ruangan itu.
"Higuchi-san? Sebentar ya," Ucap Gin sambil tersenyum manis.
Higuchi hanya mengangguk, lalu keluar untuk melapor pada supir pribadi Akutagawa yang sudah menjemputnya untuk segera kembali ke... ehm, mansionnya.
"Kak, kakak yakin bisa bertahan? Kakak bahkan hampir tidak mendapat tidur sejak setahun yang lalu jika tidak kupaksa tidur lho," Tanya Gin cemas.
Akutagawa hanya menggeleng, "Apa maksudmu? Aku baik-baik saja kok," Katanya, "Jangan cemas, aku takkan kenapa-napa,"
Gin sebagai adiknya tentu memiliki perasaan lebih peka pada kakaknya yang ia sayangi itu. Tapi entahlah, ia tak bisa memaksa kakaknya untuk berhenti.
"Yah... baiklah... kalau begitu ayo kita kembali saja,"
Barusan dibilang, kan?
Menjadi idola harus bisa tampil mencitrakan diri sebagai seseorang yang bisa dilihat sebagai idola.
"KYAAAA ITU AKUTAGAWA-SAMA!"
"ADIKNYA CANTIK JUGA LHO,"
"ADUH CAKEP BANGET,"
"BOLEH FOTO BARENG GAAK,"
Berisik, berisik, berisik! Itu yang terngiang di telinga Akutagawa. Mungkin beda dengan adiknya yang melambaikan tangan sebentar, untuk menghargai penggemarnya. Akutagawa memang tersenyum, tapi kalian tak tahu apa yang ia pikir dan rasakan sekarang. Hm, dia tidak suka kebisingan.
Lalu kenapa dia masuk jalur ini? Bodoh sekali.
Kita tak bisa menghakiminya begitu saja, karena kiranya di saat sebelumnya ia diapit oleh dua pilihan menyangkut hidupnya di masa kini. Sepertinya memang miris, tapi itu yang terjadi.
Kak, jangan dipaksakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...