"Ini kubawakan kue dengan topping wine..." Ucap si surai hitam sambil membawa sepiring kue potong bertopping cokelat wine yang terlihat menggiurkan, tepat sesuai keinginan Chuuya tadi. Si mata biru tersenyum, "Arigatou! Kau sendiri tidak suka wine?" Tanya Chuuya penasaran. Akutagawa menggeleng, "Ii'e, aku lebih suka teh... oh ya, mau kuambilkan minuman juga?" Dengan antusias Chuuya menjawab, "Anggur merah,"
Akutagawa menjadi yakin bahwa minuman kesukaan Chuuya adalah wine dan berbagai jenis minuman keras lainnya. Chuuya sendiri sudah melahap kuenya. Sepertinya ia sangat menyukainya. Diam-diam Akutagawa menyembunyikan senyum di balik suapan kue dari piringnya. Namun hal itu tak bertahan lama ketika ia mengetahui Dazai ada 4 meter di belakangnya. Keberadaan Dazai di sini jelas menjadi teror bagi Akutagawa sendiri. Tak disangka, Dazai menepuk pundak Akutagawa yang hampir terlonjak karena kaget, "Yo, Akutagawa-kun, sekarang sudah jam 6 sore, aku dan Atsushi-kun akan segera kembali,", "Dazai-sa—", "Ha'i, ha'i, Atsushi-kun! Mari kita pulang, jaa, Akutagawa-kun, jangan macam-macam ya, matanee~" Ujar Dazai langsung mendorong Atsushi ke arah pintu keluar setelah berpamitan dengan Mori dan Fukuzawa. Fukuzawa sendiri menanyakan mengapa ia pergi begitu cepat dan Dazai hanya menjawab ada keperluan mendadak. Chuuya yang sedari tadi memperhatikan bagaimana cara Akutagawa dan Dazai berinteraksi mulai memahami sedikit demi sedikit bahwa Akutagawa tidak ingin Chuuya mengetahui masalahnya dengan Dazai. Si surai hitam berpikir bahwa Chuuya lebih akrab dengan Dazai. Namun karena Akutagawa hanya melihat itu dari lapisan atasnya saja, tentu ia tidak tahu intinya kan?
"Hei, Akutagawa-kun, berapa kadar anggur di wine ini?" Tanya Chuuya berusaha mengalihkan perhatian si surai hitam yang nampaknya termenung itu. "Eh—? Etto... mungkin sekitar 70% sampai 80%... terlalu pekat maka itu aku tidak begitu suka wine...", "Ini enak sekali! Oh, kalau kau tidak keberatan... bolehkah aku mengambil segelas lagi?" Tanya Chuuya seraya meletakkan gelas kosong bekas tadi ia minum. Akutagawa mengangguk, "Tentu saja, kenapa tidak? Tidak ada yang melarang kok, maka tidak usah sungkan,"
"Ternyata dia tahan Wine juga ya? Benar-benar..."
Chuuya dengan mata berbinar-binar mengambil segelas lagi. Akutagawa hanya menggelengkan kepalanya melihat Chuuya yang ternyata sangat menyukai apa yang dihidangkan malam itu. "Aku permisi sebentar, aku akan mengambil salad buah..." Ucap Akutagawa sambil berlalu. Si mata biru masih memainkan handphonenya sambil memegang gelas wine yang baru ia ambil.
***
"Kuso... kalau saja tadi Dazai tidak ada, tak mungkin bisa secanggung tadi," Batin Akutagawa menghela napas. Seperti biasa ia mengambil potongan buah ara, apel, semangka, namun tidak dengan jeruk. "Jarang-jarang..." Tukas Gin tiba-tiba dari belakang, "Tumben makan buah? Ada apa?", "Uh—nandemonai... hanya sedang tidak bisa berpikir jernih saja..." Jawab Akutagawa sekenanya. Adiknya itu hanya tersenyum, "Dazai-san pulang. Kau tak perlu khawatir lagi," Si surai hitam mengangguk perlahan mengingat kalimat terakhir yang diucapkan Dazai sebelum ia pergi. "Speaking of which, ke mana Chuuya-san?", "Tadi dia sedang minum wine di me—", "Chotto—wine???" Tanya Gin memastikan. dengan polosnya Akutagawa mengangguk, "Ya, wine, nande?" Gin sendiri tertawa ragu, "Ahahaha—nandemonai desu! Jaa... kalau aku jadi kau, aku akan cepat-cepat mengeceknya sekarang..." Pernyataan Gin membuat Akutagawa semakin keheranan, "Chotto, doushita, memangnya kenapa?" Dengan tatapan mata agak berusaha menghindar, Gin menunjukkan jarinya ke arah Chuuya. Akutagawa menoleh dan hanya bisa terdiam, entah harus beraksi atau bereaksi.
Chuuya mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
أدب الهواةKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...