Another Day, Another Problem

236 38 14
                                    

"Astaga, Kak? Kak? Bangun," Seorang gadis menggoyang-goyangkan tubuh Akutagawa secara perlahan, membuatnya sedikit demi sedikit terbangun.

"Kakak kenapa tertidur di sini? Bukannya aku sudah bilang kalau sudah lelah jangan dipaksakan?" Gin terlihat cemas melihat kakaknya tertidur di sofa depan ruang tamu.

Akutagawa terbangun perlahan, lalu langsung mencari jam dinding, "Pukul berapa sekarang?"

"Ehm... sekarang pukul 6 pagi. Kakak mau kubuatkan teh atau sesuatu?" Tanya Gin menawarkan.

"Aku akan keluar untuk membeli teh," Jawab Akutagawa, "Mungkin sedikit udara segar juga akan membantu,"

"Kakak mau jalan keluar?" Tanya Gin.

"Kurang lebih begitu,"

"Mau kutemani, Kak?"

"Ah, tidak apa, tidak usah repot-repot,"

"Yah, baiklah, hati-hati Kak," Ujar Gin tersenyum hangat.

Setelah memakai mantel dan syalnya, Akutagawa berjalan keluar. Udara pagi musim gugur memang dingin dan agak sejuk.

Pagi-pagi sudah banyak orang berjalan-jalan. Sudah ada yang berangkat kerja, mengajak anjing jalan-jalan, olahraga pagi, pokoknya semuanya sudah mulai beraktivitas.

Sesampainya di Cafè terdekat, ia langsung masuk. Ternyata sudah ada antrian. Mungkin sekitar 3 orang. Akutagawa menunggu hingga gilirannya dilayani.

Ia duduk di meja yang menghadap ke luar, memperlihatkan suasana pagi di Yokohama yang terlihat damai. Daun-daun kecokelatan berjatuhan, menghias musim gugur tahun ini. Benar-benar indah.

"Permisi, saya pesan Chamomile tea satu ya," Ujar seseorang di antrian itu. Akutagawa hanya memfokuskan pandangannya keluar, melihat jalanan yang hampir berserakan daun yang kecoklatan.

"Chuuya-san? Ohayou mo," Sapa seorang laki-laki bersurai putih dengan helaian hitam di pinggirnya.

"Yo, Atsushi-kun, ohayou,"

"Kau dengar berita baru-baru ini? 700 orang artis akan diundang ke acara tahunan untuk penyambutan artis baru lho," Kata Atsushi antusias.

"Ah, itu, Akutagawa-san bukan?"

Akutagawa yang merasa namanya terpanggil itu langsung menoleh ke arah dua orang yang tengah mengobrol itu, membuat Chuuya dan Atsushi ikut menoleh. Seketika terjadi tatap mata di antara mereka bertiga.

"Lho, kau di sini Akutagawa-kun?" Sapa Chuuya, "Kukira kau bukan orang yang suka keluar untuk berjalan-jalan,"

Akutagawa hanya menghela napas sambil menaruh senyum yang tidak terlalu ikhlas pada mereka.

Maklumlah ia tidak pernah merasakan kepercayaan dari orang lain selain adiknya sendiri, Gin.

"Hei, kau takkan keberatan jika aku duduk di sini kan?" Tanya Chuuya sambil menunjuk ke arah kursi depan Akutagawa.

Akutagawa secara refleks mengangguk, lalu tersentak sendiri.

Chuuya hanya tersenyum, "Omong-omong, ini Atsushi, artis muda yang ternyata jago memainkan banyak alat musik,"

"Atsushi Nakajima desu, yoroshiku onegaishimasu," Kata Atsushi membungkukkan badan.

Akutagawa hanya menganggukkan kepalanya, "Kau dari agensi yang berbeda ya?"

"Etto... kalau kau berasal dari agensi Yakuza, aku dari Tanteisha," Jawab Atsushi dengan senyum hangatnya.

Akutagawa hanya terdiam seribu kata, tidak tahu harus menjawab apa karena ia menyadari satu hal, "Tanteisha adalah agensi yang dimasuki oleh Dazai"

Kenyataan itu tidak dilupakan begitu saja oleh Akutagawa yang menatap Atsushi dengan tatapan dingin, membuat Atsushi merasa agak tidak nyaman dibuatnya. "Etto... kalau aku mengganggu aku bisa pergi kok—"

"Tidak, tak apa, aku memang sering melamun kok," Ujar Akutagawa sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau tak apa? Kau terlihat pucat lho," Tanya Atsushi lagi.

"Aku tak apa,"

"Baiklah... omong-omong, sekarang sudah jam 6.30, aku harus pergi untuk pelatihan, jaa, Chuuya-san, Akutagawa-san," Pamit Atsushi lagi.

Chuuya melambaikan tangannya pada Atsushi yang langsung masuk ke mobil pribadinya.

"Akutagawa-kun, kau benar-benar tak apa? Wajahmu pucat pasi saat Atsushi bilang dia dari Tanteisha lho," Tanya Chuuya agak cemas.

"Aku sudah bilang aku tak apa," Akutagawa melontarkan kalimat itu dengan nada ketus, membuat Chuuya merasa diancam. Akutagawa menyadarinya dan langsung meminta maaf, "Go-gomenasai, aku sedang tertekan tadi,"

"Ii'e, tak masalah kok. Itu semua wajar saja, pasti jadwal sebagai artis baru itu padat ya?" Kata Chuuya memakluminya, dengan senyum tulus yang hangat khas miliknya. Membuat Akutagawa secara perlahan menaruh sedikit ketertarikan dan kepercayaan padanya.

"Kenapa kau mau berbicara dengan ramahnya padaku?" Tanya Akutagawa penasaran.

Chuuya tersenyum tulus, "Karena semuanya berhak mendapatkan yang ia butuhkan, yaitu perhatian,"

Gaze Upon MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang