Ting ting ting!
"Halo—?"
"Ah, ohayou gozaimasu, Akutagawa-san. Saya harap ini tidak terlalu mendadak bagimu, tapi akan diadakan sesi foto untuk cover album barumu yang kemarin itu. Mungkin pukul 10 pagi kau sudah harus berada di tempat yang akan saya kirim, itu saja, jaa,"
"Kenapa dadakan lagi—"
"Kak?" Panggil Gin lagi, membuat Akutagawa terkejut dan menoleh ke arahnya langsung.
"Lho—kau belum berangkat ke tempat kerjamu?" Tanya Akutagawa heran.
"Eh... aku mengambil jam siang. Kupikir ada bagusnya membantu kakak untuk merapikan ballroom di bawah untuk segera bersiap. Omong-omong, telepon dari siapa itu?" Tanya Gin lagi.
"Etto... ada pemotretan nanti jam 10,"
"Jam 10? Sekarang sudah jam 8 lho, sebaiknya cepat beres-beres saja?" Saran Gin meletakkan teh yang tadinya ia hendak berikan pada Akutagawa.
"Ya tapi—"
"Sudah, daripada kena tegur lebih baik buru-buru," Ujar Gin tertawa kecil sambil mendorong Akutagawa ke kamar mandi, lalu menutupnya di dalam, "Mandi sana, lalu cepat ganti baju, lalu pergi," Ujar Gin sambil keluar dari kamar Akutagawa.
"Dasar... kenapa jadi dia yang antusias?" Gumam Akutagawa tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
***
"Ya ampun, Kak—suka sekali hitam ya?" Komentar Gin lagi.
"Lho, memang apa salahnya?" Tanya Akutagawa heran. Yah, mungkin memang tak ada salahnya ia memilih baju hitam yang cocok dengan surai serta iris matanya yang hitam gelap. Mungkin Gin hanya terusik dengan penampilan... emonya itu.
Gin hanya geleng-geleng kepala, "Tak apa deh, ayo, Kak!"
*
*
*
"Ah! Kau sampai juga ternyata! Selamat pagi, Gin-san," Salam Mori, manager Akutagawa di agensinya. Gin tersenyum sambil menundukkan kepala, "Selamat pagi, Mori-sama,"
"Gin-san, kau belum pergi untung berangkat kerja di divisi kostum dan tata busanamu?" Tanya Mori sambil memberi isyarat pada para fotografer untuk mengambil posisi mereka masing-masing.
"Ah, etto... aku mengambil jam siang. Mungkin jam 12 aku akan keluar dan langsung beralih ke tempat kerjaku,"
"Baiklah, jangan sampai terlambat. Akutagawa-san? Kau akan segera melaksanakan sesi fotonya. Silakan ke ruang penataan untuk merapikan kembali penampilanmu," ujar Mori lagi, menggiring Akutagawa masuk ke ruang khusus itu, sementara Gin asyik mengobrol dengan fotografer yang lain.
"Pak! Di ruang itu juga sedang dipakai, apa tidak apa-apa bergabung saja?" Tanya seorang ahli make up yang berlari-lari ke arah Mori.
"Tak apa, saya yakin Akutagawa takkan keberatan,"
Akutagawa yang mendengar itu hanya mengangguk sekali. Meskipun... ia ingin sendiri sih...
Kreek...
"Oke, Akutagawa, kau rapikan rambut ke situ," Ucap Mori, "Saya akan keluar untuk mengatur latar,"
Dengan tatapan kosong Akutagawa hanya ikut saja ke mana ia harus pergi. Entahlah apa yang harus ia lakukan lagi selain mengikuti pesan atau perintah Mori.
Akutagawa duduk di depan cermin yang sangat terang, dan seorang penata rambut mulai merapikan rambutnya.
Mungkin karena Akutagawa terlalu sering melamun, seseorang di sampingnya pun tidak terlihat olehnya.
"Hei, hei?" Sebuah suara panggilan terdengar dari samping, "Kau terlihat pucat, ada apa?"
Akutagawa menoleh dan tak sengaja menampilkan tatapan dingin dan kosongnya itu, "Ah—gomen, aku melamun tadi,"
Laki-laki di sebelahnya tertawa kecil, "Ii'e, daijoubu, kau tegang ya? Baru pertama kali kah?"
Mau tak mau Akutagawa menatap ke arah pemilik mata biru terang yang tengah menatap mata hitamnya dengan cerah, membuat Akutagawa terdiam sejenak, "Mungkin karena aku terlalu tegang,"
"Ah, tak masalah, tak lama juga kau akan segera terbiasa, aku juga begitu," Katanya.
'Dia berusaha menghiburku ya?' Itulah yang terlintas dalam batin Akutagawa yang masih setengah melamun itu.
"Ano... kau ini orang yang baru-baru ini debut kan? Siapa... Akutagawa Ryunosuke bukan?" Tanya laki-laki bermata biru dan bersurai orange panjang itu.
Akutagawa mengangguk, "Ha'i, Anda sendiri?"
"Ahaha, tak usah terlalu formal, aku ini orangnya biasa saja kok. Etto... Chuuya Nakahara desu, yoroshiku onegaishimasu," Ujarnya mengenalkan diri sambil tersenyum santai.
"Kenapa kau mau bicara denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...