"Kau unik juga ya? Saat para penyanyi Yokohama suka memakai kostum berwarna terang biar menyolok, kau malah memakai warna hitam," Ucap laki-laki bersurai orange itu lagi, berusaha membuka percakapan.
"Ah... itu hanya karena aku tidak mau terlalu menyolok di atas panggung," Jawab Akutagawa ragu, "Entah kenapa aku tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian,"
"Lho, kenapa kau menjadi salah satu idola penduduk?" Tanya Chuuya penasaran.
"Bukan apa-apa," Akutagawa bangkit dari kursinya, "Aku tidak suka saja,"
"Yah, tak apa sih, pikiran orang kan berbeda-beda, ya?" Tambah Chuuya tersenyum ramah.
Akutagawa yang tadinya sempat merasa risih diajak berbicara tanpa tedeng aling-aling itu menjadi kembali terdiam. Chuuya memperhatikan Akutagawa dengan tatapan ramah dan hangatnya itu, membuat Akutagawa merasa diperhatikan dan... "Ehm... aku harus pergi sebentar,"
"Oh, hmm... baiklah, sampai jumpa," Katanya lagi.
Akutagawa berjalan keluar sambil menutup pintu di belakangnya, dan langsung bertemu dengan Mori, "Ah, kau sudah ditata? Kalau begitu, mari segera selesaika agar kau bisa kembali ke mansion lalu menata ballroom untuk acara tahunanmu itu," Kata Mori memberi pengarahan.
"Kak? Aku harus pergi ya," Ujar gadis yang menepuk pundak Akutagawa perlahan, tersenyum hangat.
"Oh, jam berapa sekarang—jam 12 lewat 5 menit, kau harus buru-buru," Kata Akutagawa sambil menepuk kembali kepala adiknya itu.
"Hm! Sampai jumpa nanti malam!" Pamit Gin sambil membawa tasnya, berjalan ke tempat divisinya berada dengan agak terburu-buru.
"Akutagawa-san," Panggil Mori sekali lagi, membuat orang yang dipanggilnya segera bergerak menghampiri Mori.
***
"Hasilnya memuaskan, Anda sudah boleh pergi,"
"Pergi apanya, sudah jam 3 sore baru selesai," Batin Akutagawa. Jadwal seharusnya menunjukkan pukul 1 siang sudah selesai, namun kenyataannya jam 3 sore sesi pemotretan baru selesai. Sungguh membuang waktu.
Sebenarnya ini karena kelalaian divisi perlengkapan, layar belakang panggung tempat Akutagawa difoto ternyata sobek dan tidak ada penggantinya. Akhirnya ia terpaksa menunggu 1 jam untuk barang baru, dan 1 jam untuk pemasangan dan penataan ruang ulang. Chuuya sudah pulang sejak tadi karena temanya berbeda dengan Akutagawa yang terlihat seperti malaikat pencabut nyawa hitam. Chuuya lebih ke arah, hm, idol fashionista yang sangat mengerti tata layar dan kostum.
Akutagawa kembali masuk ke limusin pribadinya untuk segera pulang dan menata kembali ballroomnya. Untunglah bidang artistik dan keserasian ruang adalah keahlian Akutagawa. Tidak susah untuknya menata ruang itu menjadi tempat pesta tahunan seorang idol baru kan?
"Besok ada waktu untuk mengerjakan album baru sekitar... 8 jam, 6 jam meet and greet, 3 jam meeting... pulang pukul 21.00... penataan ruang kira-kira butuh 6 jam lagi," Gumamnya sendiri menghitung waktu untuk mengurus jadwal besok. Tentu saja besok jadwalnya sangat padat.
"Sudah sampai, Akutagawa-san," Lapor supirnya itu.
"Arigatou," Akutagawa turun sambil cepat-cepat merapikan barangnya, berganti pakaian yang lebih santai, dan segera beranjak ke ballroomnya.
"Sial," Keluh Akutagawa. Ternyata ballroomnya tidak sekecil yang ia kira, melainkan sebesar itu. Mungkin kira-kira ukuran 30 meter x 40 meter luasnya. "Bagaimana caranya menata ruangan ini,"
"Kalau tamu yang diundang ada sekitar 500 orang... berarti harus ada kudapan yang cukup, kursi, lampu, meja, speaker..."
"Pembicara..."
"Ugh—" Ia memijat kepalanya pusing, ya, ia memang sudah memiliki beberapa masalah kesehatan. Dengan tatapan yang agak memburam ia berjalan mengambil obatnya dan meminum obat itu. Memang sudah jadi kebiasaan jika ia merasa pusing karena stress atau terlalu tertekan.
Sejenak ia duduk, mengatur kembali nafasnya sambil membuka handphonenya. Ternyata Mori menyebarkan undangannya di situs para artis terkenal. Mungkin ada sekitar 700 orang yang sedang online di situ. Artinya jumlah kemungkinan tamu yang datang meningkat.
Jam menunjukkan pukul 17.00, hari sudah sore. Akutagawa dengan cemasnya menatap jam dinding di dinding atasnya. Apakah semuanya akan selesai dengan cepat dan tepat?
Ting!
"Akutagawa-san, apakah sudah selesai?"
"Belum," Akutagawa dengan pasrahnya hanya bisa menjawab belum, sementara acaranya akan diadakan lusa besok.
"Tidak masalah, saya akan carikan orang lain untuk membantumu menatanya supaya tidak terlalu sulit bagimu,"
Akutagawa membaca pesan dari Mori dengan tatapan pilu, karena ia sebenarnya agak gengsi meminta bantuan dari orang lain, apalagi yang posisinya sederajat dengannya.
"Tidak apa, tidak masalah. Saya bisa mengerjakannya sendiri," Tulisnya di chat itu.
Mori menyetujuinya.
Akhirnya Akutagawa bangkit dari duduknya, dan kembali melanjutkan menata ruang. Soal lampu dan lain-lain akan dipegang oleh divisi perlengkapan. Jadi seharusnya sisanya ia bisa kerjakan sendiri.
Walaupun... tentu saja akan memakan waktu lebih lama daripada dibantu oleh orang lain...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...