"M—Masaka—?"
"Kau rupanya??? Kukira aku akan bekerjasama dengan Higuchi atau Kouyou-sama," Tukas Si mata biru di hadapan Akutagawa yang terkejut.
Akutagawa sama sekali tidak menyangka akan mendapat Chuuya sebagai partner proyeknya. Si mata biru sendiri terlihat sangat senang dan antusias begitu mengetahui Akutagawa yang menjadi partnernya. "Yokatta!!! Kukira aku akan berpasangan dengan orang yang tidak kukenal,"
Bagaimana caraku bekerja dengannya.
"Sou—? Aku juga senang mendengarnya..." Ucap Akutagawa memalingkan wajahnya, "Masuk saja,"
"Apa sih proyeknya—oh ya, konser resmi ya? Kapan deadlinenya?" Tanya Chuuya.
"Ah benar, aku tidak bisa memikirkan perasaanku sekarang. Sekarang adalah waktunya serius,"
"Deadlinenya... etto... sekarang tanggal berapa, 18 Juli? Deadlinenya tanggal 18 November," Jawab si surai hitam mengecek jadwalnya.
"Soukka? Masih lama," Gumam Chuuya sambil terduduk di sofa empuk ruang tamu si surai hitam. "Kau mau langsung mulai mengerjakannya?" Tanya Chuuya seraya menatap Akutagawa yang masih menatap layar handphonenya. "Ehm... terserah sih... maksudku, kalau mau mulai sekarang juga tak apa,"
"Matakku... baru kali ini aku dapat proyek kerjasama... biasanya aku selalu kerja sendiri," Tukas Chuuya menutup wajahnya dengan topi yang biasa ia bawa ke mana-mana itu. "Sama kok... aku juga baru kali ini," Gumam Akutagawa ragu. Ya, mereka berdua memang jarang bekerjasama dengan orang lain. "Ah, ya, sudah makan?" Tanya Chuuya langsung, "Bagaimana kalau kita selesaikan segera tugas ini setelah makan? Kau ini—sepertinya tidak makan siang ya?"
"Etto... yah, aku buru-buru," Jawab Akutagawa sambil duduk di sofa seberang Chuuya. "Hah kau ini... yah sudah, nanti kau harus makan malam," Ujar Chuuya agak mendesak. "Tidak perlu kok, nanti merepotka—"
"Makan ya?" Tiba-tiba Chuuya tersenyum dingin dan membuat si surai hitam terdiam. "Ha'i ha'i..." Akutagawa menghela napas.
"Dia ini—bisa jadi menyeramkan," Batin surai hitam. Bahkan ia mengakui Chuuya agak menyeramkan. Dasar...
"Bagus! Kalau begitu... aku akan pesan langsung antar ke sini saja ya?"
"Tadai—oh? Chuuya-san? Berkunjung?" Ucap Gin seraya membungkukkan badannya ketika ia melihat si mata biru.
"Oh, ya, maaf, aku menumpang,"
"Ii'e! Tak apa kok!" Ucap Gin tersenyum ramah. Setelah itu, ia berpaling pada kakaknya, "Kak, sepertinya lusa nanti aku akan pergi tiga hari dua malam. Tokyo. Kakak bisa jaga diri kan?", "Kok kau malah menanyakan hal itu ke aku?" Tanya Si surai hitam. Gin hanya tertawa kecil, "Habisnya, kakak kadang suka bingung sendiri kalau kutinggal sendirian," Chuuya yang mendengar percakapan dua bersaudara ini hanya menyengir seraya mengetik di handphonenya.
"Yah, aku ada kerjaan. Semua rekanku juga akan pergi," Tambah Gin, "Kakak juga ada proyek kerjasama kan?", "Ha'i,"
Gin tersenyum kecil dan langsung berjalan masuk ke kamarnya, meninggalkan Akutagawa dan Chuuya berdua saja di ruang tamu.
Tok tok tok!
"Selamat malam! Saya mengantarkan makan malam pesanan... Nakahara Chuuya-san?"
"Ah, sebentar kuambilkan," Tukas Chuuya.
***
"Ch—Chuuya-san, kenapa kau beli banyak sekali???" Tanya Akutagawa terdiam di depan meja yang penuh dengan pesanan Chuuya. "Soukka? Aku kan juga beli untuk adikmu," Ucapnya, "Bukannya dia suka makanan manis?" Ia mengeluarkan sekotak stroberi celup cokelat dari plastik. Stroberinya terlihat segar. Chuuya yakin Gin akan menyukainya. "Kalau untukmu, tentu saja teh, dan sup miso. Kuperhatikan kau terkadang suka batuk-batuk sendiri," Tambahnya. Akutagawa hanya mengangguk, "Yah... ini cerita panjang. Omong-omong, maaf sudah merepotkan,", "Merepotkan? Itu tidak merepotkan kalau aku membantu orang yang kuanggap pantas dan berharga," Ucap Chuuya tersenyum ramah.
Berharga
Kata itulah yang berhasil merebut semua kepercayaan Si surai hitam pada Chuuya. Dia sudah merasa lebih tenang di dekatnya. "Arigatou..."
"Sudah, sudah, sebaiknya kau makan nih! Mumpung masih hangat, mana enak kalau sup dingin," Ucap Chuuya menyodorkan mangkuk plastik sup miso serta nasi dan teh yang ia keluarkan dari plastik, "Nanti camilan ini akan kuberikan pada Gin,"
Sup miso dan nasi hangat serta teh hangat di malam yang dingin. Sepertinya terdengar enak. Akutagawa yang semula ragu untuk makan malam kini malah makan dengan lahap. Sepertinya ia sangat menyukainya. Chuuya yang melihat itu tersenyum sendiri. Di balik senyumnya, ia lega, karena berhasil membujuknya untuk makan. "Kukira dia sulit untuk dibujuk..." Batin si mata biru puas. Ia sendiri juga melahap pesanannya, yang tentu tidak jauh dari wine.
"Akutagawa-kun, mau main suatu permainan?" Tanya Chuuya sambil tersenyum.
"Eh? Boleh...? Permainan apa?"
"5 Questions. Tau kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...