I don't feel lost
Now that I've found you***
"Bodohnya—" Batin Akutagawa menggaruk-garuk kepalanya. Nama Chuuya tidak bisa keluar dari kepalanya.
Yeah... Akutagawa cerita terlalu banyak tentang Chuuya di wawancara tadi. Dan ia menyesalinya sekarang. Kenapa bisa ia segitu bodohnya membocorkan semua hal itu? Untung saja ia tak menyinggung apapun tentang perasaannya. Haaah apa kata para pendengar nanti.
Ah, jam sudah menunjukkan pukul 14.45, wawancara tadi cukup lama dan dari tadi pagi Akutagawa tidak minum apa-apa. Mungkin secangkir teh hangat bisa menenangkan pikirannya.
"Nggak, nggak, nggak bisa begini terus," Gumam Akutagawa. Ia merasa harus berusaha melupakan perasaan khususnya pada Chuuya. Ia merasa terlalu terobsesi. Mana mungkin kan ia mengambilnya begitu saja...?
"Oke—teh apa... ah—chamomile tea saja seperti kata Chuu—"
...
"...bodoh..." Ya ternyata Akutagawa tidak bisa mengalihkan pikirannya. Bahkan memesan teh saja terpikir.
Yah akhirnya ia tetap memesan chamomile tea sesuai isi pikirannya.
"Tehnya, take out ya?" Ucap pelayan cafènya tersenyum. "Ha'i,"
"Jam 15.10... tugas melatih musik di rumah..."
AHA! Untung saja kali ini ada jadwal yang bisa dilakukan di rumah. Akutagawa menghela napas lega. Si surai hitam berjalan agak santai kembali ke komplek perumahannya sendiri. Ia memang suka bekerja sendiri.
Ting!
Kenapa Mori tidak bisa lebih spesifik, siapa yang akan bekerja dengannya?
Masih diliputi tanda tanya, Akutagawa hanya meninggalkannya dengan posisi "telah dibaca". Karena siapa juga yang mau bekerjasama dengan sembarang orang, apalagi kita tidak tahu siapa yang dimaksud, kan?
Nanti sajalah dijawabnya.
***
Sesampainya di mansion, si surai hitam langsung menuju ke ruang kerjanya. Akutagawa menatap meja kerjanya yang biasa tertutup kertas-kertas bahkan laptop serta pen yang berserakan, namun kali ini bersih tak ada satupun yang tersebar di situ. Kertas-kertas ditumpuk jadi satu bagian, laptop tertutup rapi, pen ada di dalam tempat pen di sudut meja kerjanya. Si surai hitam mengira Gin yang merapikannya. "Iseng sekali?" Batinnya, "Sepertinya Gin takkan merapikan tempat ini, apalagi ia juga mempunyai jadwal padat,"
Akutagawa menggeledah depan meja kerjanya, dan menemukan catatan.
Tak disangka, itu dari Chuuya. Ah, tentu saja, tidak usah ditanya lagi. Dengan penuh keheranan, ia membaca catatan yang ditulis oleh Chuuya sendiri. Tulisan tangannya sangat rapi seperti terukir dengan sempurna.
Akutagawa-kun, biasakan untuk merapikan mejamu, kau tahu sepertinya kau sering kalang kabut di meja ini karena tak bisa menemukan dokumen atau bahkan yang kaukerjakan di mejamu.
Si surai hitam hanya menggelengkan kepalanya. Chuuya sudah pulang. Duh, dasar bodoh, sekarang ia merasa telah merepotkan seniornya. Akutagawa duduk di depan meja kerjanya yang sudah rapi itu. Sepertinya memang lebih nyaman bekerja begini.
***
"Kuso... sudah 2 jam aku duduk di sini dan aku tak punya inspirasi," Gumam Akutagawa mengeluh sendiri. Ya, sudah pukul 17.00, dan ia bahkan tidak membuat progress apapun sama sekali.
Hari ini memang tidak sepadar jadwal-jadwal berikutnya. Setiap penyanyi dan pemusik di sini mendapat semacam hari kapan mereka tidak perlu bekerja sepadat biasanya. Akutagawa mendapat bagian hari Selasa dan Jumat, Minggu adalah sebuah keharusan bagi semua divisi untuk menikmati waktu keluarga atau kebebasan sendiri.
Ting ting ting!
Dering handphone Akutagawa terdengar nyaring dari mejanya, segera ia meraihnya dan mengangkat teleponnya.
Ternyata yang meneleponnya adalah Mori.
"Akutagawa-san, apakah kolegamu sudah datang?"
"Ia akan datang hari ini? Belum,"
"Kalau begitu saya akan segera meneleponnya untuk mengingatkannya dan memberikan alamat rumahmu, arigatou,"
Teleponnya diputus begitu saja. Akutagawa hanya duduk depan mejanya yang tertata rapi, menunggu siapapun yang akan datang ke rumahnya. Sejenak terlintas di pikirannya untuk menyetel musik, yah apa sajalah daripada menunggu dalam keheningan. Lagu Pop Jepang dan Pop Barat adalah favoritnya, tidak yang terlalu hype, namun beatnya cukup enak didengar baginya.
***
Something just like this
Chainsmokers***
Dipasangnya speaker di ujung ruangan, sementara ia tinggal membuka kumpulan tata cara menulis lirik.
Frasa, nada, isi, arti...
Sepertinya Akutagawa masih harus belajar banyak...
Jam sudah menunjukkan pukul 17.35, dan rekannya tak kunjung datang—
Tok tok tok!
Akutagawa-kun???
Ternyata kau yang diminta membuat proyek bersamaku?Suara ini...
Chuuya...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
أدب الهواةKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...