Identitas Seorang Idola

343 46 4
                                    

"Kak? Aku mau keluar untuk membeli beberapa bahan makanan, mau ikut?" Gin yang bersiap keluar sambil memakai syalnya itu menoleh ke arah Akutagawa yang sedang duduk di depan televisi yang tidak dinyalakannya itu.

"Mau ke mana?" Tanyanya.

"Yah, tidak jauh-jauh amat sih, paling hanya ke supermarket dekat sini," Ujarnya tersenyum.

"Aku akan ikut," Ucap Akutagawa sambil mengambil syal ungunya, serta memakai mantel hitam yang panjang. Ya, musim gugur telah tiba.

Gin yang mendengar hal itu tersenyum lebar, "Ayo, Kak!"

***

"Itu Akutagawa-sama bukan sih?"

"Bukan ya??? Tapi kalau dilihat mirip gak sih?"

"Ah masa dia? Mana mungkin dia keluar sembarangan kali?"

"Eh kayaknya salah orang deh,"

Lalu ada beberapa gadis muda tersenyum pada Akutagawa yang dengan tatapan aneh menatap mereka, lalu sejenak melambaikan tangannya dengan pelan.

"Desas-desus lagi, untung tidak ketahuan," Gumam Akutagawa menghela napas lega.

"Kak? Ada buah ara nih, kau mau?" Tanya Gin sambil membawa tas belanjanya seraya mengacungkan buah kesukaan Akutagawa itu di hadapannya. Tentu saja ia tidak menolak.

"Totalnya 13.400 yen. Kalian belanja banyak juga ya, keperluan lama ya?" Ujar pelayan kasir itu dengan senyumnya yang ramah, dibalas oleh Gin yang juga tersenyum.

Tentu saja, pelayan kasir itu diam-diam mengamati Akutagawa, membuatnya menjadi risih sendiri, "Ehm, aku keluar dulu ya,"

"Kenapa semuanya memandangku aneh?"

Iya, idola pasti akan dikenal di pelosok Jepang. Tentu kita harus kebal diperhatikan.

Bagi seorang introvert seperti Akutagawa, tentu hal itu malah membuatnya risih, karena belum terbiasa diperhatikan.

"Acara tahunan itu tinggal lusa... apa pula yang harus kupersiapkan," Gumam Akutagawa sendiri sambil bersandar di dinding tepi supermarket itu.

"Kau sudah mempersiapkan semuanya?"

Tiba-tiba sebuah pesan masuk, Akutagawa dengan cepat membalasnya, "Akan saya kerjakan,"

Dari kejauhan terdengar suara gitar akustik yang terdengar membuat telinga Akutagawa risih secara tiba-tiba, "Apa-apaan?"

Yaaa, Akutagawa sudah sering mendengar berbagai kunci not di piano, keyboard, gitar akustik ataupun listrik, dan alat musik lainnya. Yang kali ini ia mendengar nada itu sebagai nada asal yang tidak bisa dijadikan musik.

Spontan ia berjalan sendiri ke arah sumber gitar itu, lalu menemukan seorang pemusik jalanan yang berjalan sambil memainkan alat musik itu dengan chord yang... salah.

Tak ada yang menaruh perhatian sedikitpun ke arah pemain gitar itu.

Sejenak Akutagawa mengamati pemusik jalanan itu memainkan chord yang salah, membuat Akutagawa gemas sendiri lantas menghampirinya, "Kalau mau memainkan nada yang sedih dan menyentuh, pakai A Minor, jari ditaruh di sini, sini, lalu di sini,"

Pemusik jalanan itu agak terkejut dibuatnya. Siapa orang ini, datang-datang memberikan koreksi.

Meskipun begitu, pemusik jalanan itu akhirnya mencoba chord yang diberikan Akutagawa padanya, berhasil, nada yang mengalun begitu menenangkan, dan sangat cocok dengan lagu yang dimainkan.

Seorang demi seorang, mulai menoleh, lalu perlahan memperhatikan.

"Lihat itu,"

"Alunannya bagus sekali,"

Orang-orang mulai menoleh ke arah pemusik jalanan ini, dan langsung mendengarkan dan menaruh perhatian penuh pada pemusik ini yang terlihat mulai senang dan memainkan gitar itu semakin seru, membuat banyak orang ikut mendengarkan alunan musik itu.

Saat orang itu hendak menoleh ke arah Akutagawa, barulah ia sadar dirinya bertemu dengan pemusik terkenal yang baru saja menjadi debut di Yokohama, bahkan di seluruh Jepang.

Akutagawa sendiri sudah menjauh dari kerumunan orang banyak itu, sebelum dirinya ketahuan lagi. Biarpun begitu, ia sudah puas dengan orang yang ia ajarkan sebentar itu, dan ia tersenyum kecil, menunduk sambil berjalan menjauh.

"Ke mana pula Gin?" Gumamnya celingukan sendiri di antara orang banyak.

Sejenak ia melihat Gin sedang berhenti di tengah jalan dengan tas belanjanya, dan mengelus seekor kucing di hadapannya. "Oh, kakak habis darimana?" Tanya Gin sambil berdiri. "Bukan apa-apa, hanya memperbaiki sedikit kesalahan kecil,"

"Kakak ternyata memiliki hati yang hangat ya?"

"Hah? Siapa bilang dasar..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gaze Upon MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang