"Besok, kau yang datang ke rumahku ya!"
*
*
*
"Kak—sudah beres-beres buat pergi nanti???" Tanya Gin yang tengah mengencangkan syalnya. "Belum—nanti malam kubereskan," Ucap Akutagawa yang juga bersiap untuk berangkat ke rumah Chuuya meski hari masih pagi. Ia sudah izin pada Mori untuk meluangkan waktu dan bekerja bersama Chuuya.
Gin tersenyum, "Jaa, aku berangkat,"
Si surai hitam masih merapikan barang yang mungkin diperlukan, meskipun tidak banyak. "Sepertinya Chuuya-san memilikinya di rumah," Batinnya. Yah sebagai sesama penyanyi tentu saja mereka berdua memiliki set peralatan untuk para penyanyi mulai dari speaker sampai alat musik.
Dan seperti biasa Akutagawa tidak berencana untuk sarapan, meskipun ia tahu Chuuya mungkin akan menegurnya lagi. Sepertinya teh dianggapnya sebagai sarapan tiap paginya.
Ting ting ting!
"Moshi-moshi?"
"Ah Akutagawa-kun! Kau di mana? Aku sudah menunggu ya,"
"Ha'i—! Aku akan segera jalan,"
Akutagawa mematikan telepon dari Chuuya, dan langsung berjalan kaki setelah beres-beres peralatan untuk datang ke rumah si mata biru.
Hari masih pagi, namun jalanan sudah padat.
Banyak orang berlalu lalang, dan sesekali menyapa Akutagawa yang berpapasan dengan mereka.
"Ohayou gozaimasu, Akutagawa-san, kebetulan sekali," Sapa seorang laki-laki bersurai putih dengan tatapan yang ramah. "Ohayou, apa maksudmu 'kebetulan'?" Tanya Akutagawa dengan hati yang agak masam, mengingat Atsushi dekat dengan Dazai.
"Ii'e, tumben sekali berjalan kaki di pagi hari? Mau ke mana?" Tanya Atsushi. "Ke rumah Chuuya-san," Jawabnya pendek.
Seketika tatapan Atsushi berubah menjadi tatapan penuh pikiran, "Kau yakin?" Katanya, membuat si surai hitam semakin bingung dibuatnya. Atsushi jadi tidak tega membiarkan pria di depannya ini mengetahui sesuatu yang... mungkin takkan ia suka. "Nandemonai, jaa, aku harus pergi," Ucap Atsushi seraya melambaikan tangannya ke arah Akutagawa yang masih diliputi tanda tanya. Dan akhirnya memutuskan untuk berjalan.
Ke mana Dazai? Biasanya ia akan berada bersama Atsushi, kapanpun dan di manapun. Kali ini saja Atsushi berjalan seorang diri, tidak ditemani siapapun.
*
*
*
Tok tok tok
"C—Chuuya-san?" Panggil Akutagawa dari depan pintu lewat interkom yang dipasang di samping pintu depan.
"Haaa'i! Chotto nee!" Sahut seseorang dari dalam. Makin bertanya-tanyalah Akutagawa, perasaan suara Chuuya agak lain? Apakah ia sakit?
Krek
"Ohayou, Akutagawa-kun, kita sudah menunggumu sejak tadi,"
Akutagawa langsung terkejut dan terdiam tidak bicaaa sama sekali. Alangkah terkejutnya ia karena yang menyambutnya adalah Dazai. "D—Dazai-san? Sedang apa di—"
"Di rumah Chuuya-kun? Tentu saja aku bertamu. Kebetulan hari ini adalah hari luangku, bagaimana menurutmu? Aku bisa membantu dalam proyek kalian," Tukas Dazai tersenyum tak bersalah. Chuuya datang tiba-tiba dan menggeser Dazai dengan jengkelnya, "Minggir kau, kuso Dazai. Ah, Akutagawa-kun, gomenne, aku sendiri tak tahu ia akan datang, dia main datang saja tanpa peringatan apapun," Tukas Chuuya menarik lengan Akutagawa memasuki rumahnya yang estetik. Bagaimanapun juga ia tetap pecinta wine, dan Akutagawa langsung disambut dengan rak wine yang ditata serapi mungkin. Dazai masih tersenyum menatap Akutagawa, yang tentu saja merasa tertekan secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...