"Terima kasih makanannya," Tukas Chuuya kepada pelayan restoran itu. Hari sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dingin menyelimuti kota Yokohama yang tenang ini. "Yosh... sudah jam segini rupanya. Ah ya, besok adalah acara tahunanmu ya kan?" Tanya Chuuya. "Etto... yah, untung bos sudah menyuruh para pengatur acara untuk mengatur tata ruang di mansionku. Kau... datang kan besok...?" Tanya Akutagawa setengah berharap. Chuuya tersenyum, "Tentu saja, kenapa tidak? Ini hanya terjadi sekali seumur hidup, acara pertama untuk penyambutan artis baru kan?"
Wajah Akutagawa kembali merona merah, "Kalau begitu... arigatou—sudah mengajakku makan,", "Douita~ aku juga harus pulang. Pasti Kou-nee sudah mencariku, jaa, matane," Pamit Chuuya sambil berjalan. Begitupun Akutagawa.
*
*
*
"Okaerinasai, Kak. Tumben sekali makan malam, keluar pula?" Sapa Gin yang tengah merapikan kertas-kertasnya di ruang tamu tempat ia merancang pakaian tadi.
"Kau tahu darimana aku keluar untuk makan?"
Gin tersenyum manis, "Chuuya-san yang bilang. Kau ini memang jarang makan, Kak. Syukurlah kali ini kakak mau menuruti sarannya Chuuya-san," Gin sengaja agak menekankan kata 'Chuuya' dan memperhatikan reaksi kakaknya ini. Sesuai dugaan tentu saja Akutagawa merona kembali. Gin yang melihat itu kembali tersenyum penuh arti, "Sudah jam 8 kak, tidurlah, bukannya besok acara tahunan itu dilaksanakan pukul 3 sore kan?"
Akutagawa hanya mengangguk, "Mungkin kali ini saja aku akan tidur lebih cepat..."
"Oyasuminasai,"
*
*
*
Ting ting ting!
Ting ting ting!"Dare—?"
"Moshii-moshii?"
"Akutagawa-san, sudah siapkah tempat yang akan dipakai untuk acara nanti sore?"
"Ano—sudah. Akan saya lakukan pengecekan ulang,"
"Ha'i, bagus. Selamat berjuang hari ini, setelah acara ini, jadwal untuk membuat album, foto, dan kegiatan lain akan mulai keluar,"
"Ha'i,"
Akutagawa mematikan handphonenya. Ia tahu hari ini ia harus mengecek semuanya agar acara berjalan lancar. Undangan adalah tugas Mori. Jadi Akutagawa hanya menerima tamu yang diundang Mori.
"Properti—lengkap..." Akutagawa memperhatikan setiap detail tata ruang tempat acaranya untuk nanti sore. Sekecil apapun peluang untuk hambatan ia hindari.
"Kak? Kubawakan apel potong nih, dimakan ya, aku harus pergi sekarang. Nanti jam 2 aku pulang," Ucap Gin yang menghampiri kakaknya untuk berpamitan pergi. "Eh? Ah, arigatou, hati-hati di jalan ya?" Ucap Akutagawa sambil meletakkan sepiring apel potong segar yang disajikan oleh Gin.
Sambil menggigit apelnya Akutagawa terduduk sendiri di sofa kecil pojok ruangan dan membuka handphonenya. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Masih cukup waktu untuk merapikan dan melakukan operasi semut.
"Semuanya sudah lengkap... kecuali mic stand dan speaker. Itu akan kupesan lewat paket kilat," Gumam Akutagawa puas. Sepertinya semua sudah tertata sesuai tempatnya. Ia keluar dari ruangan yang luas itu.
"Paket!" Sebuah suara membuat Akutagawa menoleh ke arah pintu depan. Paket? "Aku tak ingat pernah memesan paket?" Batinnya. Yah, setidaknya cek saja dulu ya? "Mungkin Gin yang memesan,"
***
"DOR!" Si mata biru muncul depan pintu ketika Akutagawa membuka pintunya, tertawa, "Aku di sini!"
Akutagawa yang agak terkejut itu kembali mengumpulkan kesadarannya kembali, "Kau—sedang apa ke sini terlalu pagi?"
"Kau pasti belum sarapan," Chuuya menyodorkan kantung kertas berisi onigiri. Akutagawa keheranan dibuatnya, "Aku baru makan a—", "Apel? Anggap saja itu makanan pembuka ya," Tukas Chuuya, "Kalau bisa makan tiga kali dalam sehari,"
Dengan ragu si surai hitam menerima kantungnya, dan mempersilakan tamu tak terduganya itu masuk. "Sepertinya aku terlalu sering berkunjung ya? Apakah aku mengganggu?" Tanya Chuuya seraya duduk di sofa ruang tamu. Akutagawa menggeleng, "I'ie, tidak masalah, jadwalku belum sepadat sampai aku harus lost contact dengan semua orang kok,", "Soukka... bagaimana persiapanmu?" Tanya Chuuya tersenyum. "Ah, sudah selesai sepertinya," Ucap si surai hitam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, "Semua undangan dan pengumuman adalah bagian bos,", "Sou? Kalau begitu kau makan dulu," Tambah Chuuya. Sekarang Akutagawa dibingungkan oleh onigiri yang disodorkan oleh Chuuya di meja kaca depan wajahnya. "Aku yang membuatnya. Tenang saja tak ada racun kok," Canda si mata biru tertawa kecil. Akutagawa mendengar tawa Chuuya yang berhasil membuatnya kembali memerah. Entah sampai kapan ia akan terus memerah. "A-arigatou..." Ucap Akutagawa gagap.
Lagi-lagi Chuuya menyadarinya, dan minta diri agar diizinkan berkeliling tempat acara. Akutagawa mengizinkannya. Setidaknya itu bisa memberi waktu bagi Akutagawa untuk menyembunyikan rona merahnya itu.
Tentu saja Chuuya tidak semudah itu meninggalkan Akutagawa dengan wajah merahnya. "Kau mau tahu sesuatu?", "Apa?" Tanya surai hitam yang masih berusaha menyembunyikan wajahnya. "Kau ini sering memerah ya? Imut sekali,", "A-Apa?!"
"Memalukan sekali..." Batin Akutagawa yang menjauh karena sudah tidak kepalang lagi. Chuuya hanya tersenyum, bangga sekali ia berhasil membuat Akutagawa memerah. Setahunya, orang dengan paras setengah dinaungi kegelapan itu tidak bisa merasakan perasaan.
"Kau tidak tahu siapa saja yang akan diundang?" Tanya Chuuya. "Tidak, aku tidak memegang list tamu undangan. Sepertinya bos akan mengundang kenalan dekat dan koleganya," Jawab Akutagawa seraya kembali menggigit onigirinya dengan wajah merah.
"Sou..."
"Bagaimana kalau aku meminta list undangannya pada bos..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
Fiksi PenggemarKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...