"Kak, acara hampir selesai. Kakak diminta untuk pidato penutup," Ucap Gin mengingatkan kakaknya.
"Secepat ini?" Si surai hitam tidak menyangka waktu akan mengalir begitu cepat. Bahkan Chuuya saja belum bangun. Gin hanya mengangguk, "Cepat, Kak! Nanti tamu lain menunggu terlalu lama. Lagipula kalau kakak semakin cepat pidato, bukannya malah lebih cepat pembubarannya?"
"Benar juga sih—" Batin Akutagawa setuju. Sudahlah, daripada harus lebih lama lagi menunggu kan? Sekarang saja sudah pukul 20.55. Si surai hitam melihat ke arah Mori yang mengangguk sekali untuk memberi kode bahwa ia diperbolehkan mengumumkan pidato penutup.
*
*
*
~ Skip time ~
Acara selesai. Satu per satu tamu sudah mulai membubarkan dirinya. Hingga yang terakhir adalah Mori. "Hari ini sangat bagus. Setidaknya kalau tadi pidatomu tidak gagap seperti yang pembuka. Yah, terima kasih atas partisipasimu, konbanwa, Akutagawa-san," Ucap Mori seraya menaiki limusinnya dan pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.10. Secara teknis Akutagawa masih memiliki banyak waktu untuk melakukan apapun yang ia inginkan, namun Gin sudah memaksanya untuk istirahat.
"Kak! Sudah jam 9, dan tadi acaranya pasti melelahkan. Kali ini saja tidur cepat ya?"
"Gin—"
"Sudahlah tidur saja, besoknya boleh jam 10-12 kok,"
"Tapi aku biasanya tidur jam du—"
"Haaaah!!! Tidur sekarang Kak!"
***
"Tentu saja Chuuya-san sudah terbangun. Bodoh sekali berpikir begitu," Batin Akutagawa di depan pintu kamarnya. Akhirnya ia jadi ragu sendiri apakah ia akan masuk atau ia tidur di tempat lain. Kouyou juga sudah pulang. Dasar, kalau begini tak mungkin Akutagawa mengantar Chuuya kembali. Sudah pukul 9, dan tak yakin juga penjaga gerbangnya akan mengizinkan siapapun keluar-masuk tempat tinggal Akutagawa.
"Are... mattaku... sudah berapa lama aku di sini—jam berapa sekarang?" Tukas Chuuya terduduk di pinggir kasur si surai hitam yang empuk itu. "Etto... 21.30...", "Hah?! Lah—kalau begini bukannya gerbang sudah ditutup?" Tanya Chuuya celingukan. "Ah—ya kurang lebih begitu," Ucap Akutagawa dengan suara agak dikecilkan. Cobaan apa lagi ini, seruangan bahkan sekamar dengan pria yang membuat hatinya tertarik padanya?
"Hah... gomenne... aku merepotkan," Tukas Chuuya menggaruk kepalanya, "Aku lupa bahwa aku mudah mabuk,"
"Ii'e, tak masalah kok..."
"Masalahnya bagaimana aku akan melewati malam ini?"
"Ano... Akutagawa-kun, kudengar kamar tamumu sedang direnovasi ya..." Tanya Chuuya memalingkan wajahnya, "Apakah aku boleh tidur di sofa ruang tamumu saja?"
"Tidak usah—! Kau bisa tidur di sini—" Seketika Akutagawa menutup mulutnya. "Apa yang baru saja kukatakan???" Batinnya tidak sadar.
"Hee??? Boleh nih?" Tanya Chuuya berbinar-binar. Ah, Akutagawa tidak setega itu meminta Chuuya untuk tidur di ruang tamu sendirian meskipun tidak banyak nyamuk. Akhirnya Akutagawa mengangguk, "Ha'i... tak masalah kok,"
"Apa aku tidur di ruang tamu saja ya?"
"Akutagawa-kun... jangan berpikiran untuk tidur di ruang tamu hanya demiku lho," Tukas Chuuya yang ternyata tepat sasaran apa yang dipikirkan Akutagawa saat itu juga. Si surai hitam hanya menghela napas, "Demo—"
"Jangan lah! Kau ini, di luar kan dingin," Ucap Chuuya, "Sudahlah, hanya sekali ini saja kok, bagaimana kalau kau tidur di sisi kiri dan aku di sisi kanan, kalau kau memaksaku untuk tidur di sini?", "Jadi...", "Ha'i, sekamar dan sekasur. Ah sudahlah tak masalah juga,"
Memang tak masalah, Akutagawa sendiri langsung merasakan pipinya merona dan memanas. Sialan, bukan ini waktu yang tepat untuk begini!
"Ano... apakah aku bisa keluar sebentar untuk ke toilet?" Ujar Chuuya meminta izin. "Eh? Tentu saja—toilet di sebelah sana," Ucap Akutagawa sambil merapikan meja kerja daruratnya yang berserakan kertas. Yah akhir-akhir ini si surai hitam lebih suka bekerja di kamarnya daripada di ruang kerjanya sendiri. I mean, who doesn't love working inside their own room, right?
Chuuya bangkit dari tepi kasur dan langsung berjalan lurus ke arah toilet. Sementara Akutagawa sendiri masih tidak percaya ia akan tidur sekamar dengan orang yang ia sukai. Yah pikirannya jadi berkecamuk sendiri. Semua serasa serba salah, namun inilah situasinya sekarang.
"Toiletmu bersih seka—"
DUK!
"C—Chuuya-san!"
Brakk***
*
*
*
"A-Akutagawa-kun—gomenasai—! Daijobu desu ka??" Kali ini wajah Chuuya ikutan memerah, sama seperti pria bersurai hitam di bawahnya yang tidak sengaja ia jatuhkan karena kecerobohannya sendiri.
"E—Etto..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaze Upon Music
FanfictionKenapa aku jadi terseret ke dunia hiburan kayak begini? Siapa juga yang mau, aku hanya terseret karena seseorang yang entah kenapa harus kuakui sebagai orang yang kuhormati, membuatku harus menjadi sesuatu yang bukan mencerminkanku sama sekali. Kala...