Preparation #2

134 25 32
                                    

Chuuya mengetik di handphonenya, sementara Akutagawa menikmati sarapannya sambil melihat-lihat social medianya.

"Akutagawa-kun, kau benar-benar tidak punya daftar tamu undangannya sama sekali?" Tanya Chuuya kembali memastikan. "Ii'e... aku tidak punya. Memangnya ada apa?" Tukas Akutagawa, keheranan mengapa Chuuya sepertinya sangat menginginkan daftar itu. "Ah, ahaha... sou... baiklah—tak masalah," Ucap Chuuya agak terbata-bata. "Sou..."

"Bagaimana kalau seandainya yang diundang itu bukan merupakan keinginannya...?" Batin Chuuya seraya melirik ke arah si surai hitam yang masih duduk di sofa dengan onigiri di tangannya, tidak tahu apa-apa.

Tentu saja sebagai seorang senior, Chuuya tahu banyak tentang acara tahunan ini. Karena itulah ia merasa perlu membantu mengatur daftar undangannya. Namun... sepertinya sudah terlambat karena acaranya adalah hari ini. Yang ia inginkan adalah untuk melihat apakah benar yang ditakutinya terjadi.

Angin dari AC ruang tamu membuat Chuuya menggigil, apalagi dengan ketidakpastian yang ada sekarang. "Chuuya-san?" Panggil Akutagawa yang menyadari dari tadi Chuuya hanya berdiri tepat di belakang sofanya. "Ha—ha'i?", "Kau tak apa? Kau terlihat... tegang," Tukas Akutagawa lagi. Chuuya cepat-cepat menggeleng, "Ii'e! Tak apa! Etto... hanya kedinginan kok, tak perlu khawatir,"

Dengan cepat Akutagawa meraih remote AC dan mengecilkan suhunya, yang awalnya 16° menjadi 25°, "Gomen—terlalu dingin—?"

Chuuya terdiam melihat reaksi cepatnya, "Daijoubu—kenapa—ah arigatou, seharusnya tidak perlu melakukan itu—"

"Nanti kau sakit," Sela si surai hitam, "Aku tidak ingin itu terjadi,"

Chuuya terhenyak mendengar pernyataan itu, menatap Akutagawa yang menunduk secara perlahan. "Soukka—? Arigatou, sudah mencemaskanku," Ucap Chuuya sambil tersenyum kecil.

Akutagawa merasakan detak jantungnya mulai meningkat dan ia sendiri merasakan dirinya mulai merona merah. "Chuuya-san, aku—"

Tok tok tok!

"Paket!" Seru seorang pengantar paket, membuat orang di dalam melihat bersamaan ke arah pintu yang diketuk. "Ah, aku akan ambilkan," Ujar Chuuya, berjalan ke arah pintu depan.

"Ini adalah mic stand dan speaker, silakan ditandatanga—lho? Bukankah Anda Chuuya Nakahara???" Pengantar paket itu keheranan melihat Chuuya. "Ah, ya, Akutagawa-san sedang sibuk, aku yang bantu ambilkan,", "Soukka? Baiklah, ini ditandatangani, dan Anda boleh membawa paketnya," Chuuya melakukan yang diminta, dan membawa masuk paketnya. "Arigatou!"

"Apa itu, mic stand dan speaker kah? Syukurlah, semua sudah lengkap," Akutagawa bangkit dari kursinya, "Arigatou, Chuuya-san,"

Chuuya tersenyum, "Kau rajin sekali," Akutagawa yang mendengar itu merona lagi, "Etto—arigatou..."

"Lucu sekali, dia sering merona merah... kukira orang sepertinya tidak akan bisa merona," Batin Chuuya tersenyum sendiri, "Bagaimana kalau kujahili sekalian?? Pfft—"

Akhirnya Chuuya mencari akal untuk mengerjai si surai hitam yang sedang menata kembali ruang acaranya. "Baiklah, sudah selesai," Gumam Akutagawa, "Chuuya-san, aku mau berterimakasih su..." Akutagawa menoleh, "Ke mana dia—?"

Dengan kebingungan Akutagawa mengira ia pergi ke toilet. Ah sudahlah, pikirnya. Ia kembali menghadap ke arah panggung dan...

"Kon-ni-chi-wa!" Seru Si mata biru tepat di depan wajah si surai hitam yang terkejut bukan main karena orang yang ia sukai ada sedekat ini dengan jarak hanya sekitar 2 inci dari wajahnya. Chuuya tertawa lepas, tapi tidak untuk Akutagawa. Malahan ia merasa jantungnya berdetak semakin kencang dan wajahnya merah padam. Ia menutup setengah wajah dengan tangannya

"Astaga—jahat sekali aku," Tukas Chuuya tertawa lepas, "Gomen, gomen—! Kau tak apa?"

"A—apa-apaan—?" Si surai hitam yang isi pikirannya kacau itu masih tidak bisa merespon.

Chuuya tertawa puas, "Ha'i ha'i gomenne, aku hanya bercanda,"

"Su—sudahlah—! Aku akan merapikan semua sampah kertas di sini," Akutagawa yang masih merah itu berusaha mengalihkan perhatiannya dari kejadian tadi. Ah, tentu saja tidak akan bisa toh?

"Mau kubantu?"

"Tidak, tidak perlu, arigatou!"

"Maa maa, kalau begitu aku akan pulang sebentar. Nanti jam 3 aku akan datang kembali. Jaa, ganbatte!" Tukas Chuuya tersenyum melihat reaksi singkat Akutagawa.

"Y-ya, jaa—"

"Apa yang ia lakukan dasar—"

Gaze Upon MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang