Myoui mina, 32 tahun. Seorang gadis cantik, anggun nan elegant. Yoo jeongyeon, 17 tahun. Seorang bocah laki-laki biasa yang penuh akan kepolosan.
Bertemu dalam sebuah insiden yang tak terbayangkan sebelumnya hingga keduanya berhasil menciptakan---
B...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cantik, mandiri, dan berkepribadian baik. Itulah sifat dari seorang gadis 32 tahun bernama Myoui Mina, (di mata semua orang yang tak mengenalnya). Seorang perancang perhiasan tersukses, putri pemilik brand jewelry no 1 di korea.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Polos, periang dan sedikit bodoh, Yoo jeongyeon, bocah 17 tahun, si pembuat masalah.
Insiden lucu akan mempersatukan mereka hingga dimulai lah kisah diantara keduanya.
Inilah MY YOUNG HUSBAND
_______________
Gerakan melambai selaras dengan laju kaki di dalam tracknya, terus berderap melewati koridor demi koridor yang mengarah ke tujuan utama.
Sambutan hangat disertai senyuman menawan menyapa sebagian banyak orang yang berlalu lalang melewatinya.
Sapa demi sapa, memanggil namanya kerap saling bersahutan. Sunggingan miring terkesan dingin terukir di ujung bibirnya.
"Pagi nona minatozaki.."
"Pagi..." sapa nya datar diselingi senyuman tipis.
Laju kaki indahnya terhenti tepat di depan sebuah ruangan kerja. Tanpa berlama lagi, ia langsung memutar knob pintu dan membukanya hingga terdengar bunyi berderit.
"Pagi sweety.."
Dia tersenyum lebar pada sosok wanita yang diam tertunduk tekun di atas meja kantornya, tangan yang memegang pinsil bergerak anggun selayaknya orang yang tengah mengambar sesuatu di atas helaian kertas putihnya.
"Kita dikantor.." sahutnya ketus tanpa menoleh sedikitpun.
"Ups sorry direktur Myoui.." wanita bermarga minatozaki itu mulai tertawa lepas seraya melangkah kian pasti, kemudian diakhiri dengan meletakkan sebundel dokumen sesaat ia tiba di depan meja sang direktur.
"Mereka sudah menunggu kita di ruang presentasi.."
Si lawan bicara lantas menghentikan aktifitasnya, meletakkan pinsil dengan rapi di atas meja kaca miliknya lalu mengangkat wajahnya tinggi, hendak menatap yang bersangkutan.
