Bagian 3

3.7K 272 24
                                    

Dihadapan dua orang berusia lanjut, pria dan wanita. Mina terduduk dalam diamnya, menatap tenang dua orang tersebut dengan ekspresi khasnya,

datar.

"Mengapa denmark?" tanya tuan Myoui, ayahnya. Seraya membaca sebuah buklet tentang universitas yang ingin mina tuju.

"Kudengar kampus itu memiliki jurusan desain grafis yang sangat bagus.." jawabnya sebagai sebuah alasan agar orang tuanya mau memberi izin untuknya melanjutkan sekolah.

Melanjutkan sekolah?

Lebih tepatnya melarikan diri untuk sementara waktu ke luar negri.

"Kau sudah begitu mahir mendesain..untuk apa lagi kembali belajar tentangnya.." ungkap seolhyun seraya menyisip minuman hangat favorite nya.

Mina hanya melirik sekilas dengan ujung matanya. Acuh, tak sekalipun berfikir untuk hanya sekedar membalas satu kata buat wanita yang berperan sebagai ibu tirinya.

Hanya membuang-buang waktu.

"Baiklah, kalau itu memang kemauanmu.." sang ayah mengangguk iya. Sebagai seorang ayah yang ia inginkan adalah kebahagiaan putrinya, tugasnya disini mendorong sang putri untuk menggapai apapun yang ia cita-citakan.

Mina pun lantas beranjak bangkit, membungkuk hormat sejenak sebelum berlalu pergi. Tanpa kata apapun.

Langkah menghentak dari kaki jenjangnya terus membawa ia ke pintu utama mansion keluarga mereka.

Meski air mukanya menegang namun sorot matanya tetap kosong, tak terbaca.

"Hai unnie..." sapa bona dengan senyuman merekah yang tak pernah ada layunya.

Mina menghentikan lajunya dan menoleh ke samping. Dia memandang sang adik dengan tatapan angkuh, tatapan yang selama ini selalu ia jaga, ketika berhadapan dengan seolhyun maupun bona.

Wanita yang lebih muda menatap tanya ke arahnya. Mina hanya mengangguk setelah itu tersenyum tipis dan kembali berjalan pergi.

Bona yang bingung lantas saja berlari masuk ke dalam mansion. Guna meminta penjelasan dari orang rumah.

Heran, ia sedikit merasa aneh, biasanya ia dan mina akan selalu memiliki argument pabila keduanya bertemu, dimana mina yang kerap mencari masalah melalui kata-kata pedasnya. Mengapa ini tidak?

Mina sendiri tak memikirkan apapun lagi mengenai keluarganya, yang saat ini bermain di dalam otaknya adalah bagaimana dirinya bisa secepatnya tiba di apartement sang sahabat.

Dengan mengendarai mobilnya dalam kecepatan sedang, ia pun menyusuri jalanan ibu kota, yang benderang diterangi sinaran lampu tamaram.

Sesampainya di sebuah gedung apartement mewah, mina langsung berlalu menuju ke unit apartement yang selalu ia kunjungi kapanpun itu, terutama saat ada masalah seperti saat ini.

Tiba di depan unit milik sang sahabat, mina lantas menekan tombol password yang sudah ia ingat betul di luar kepala.

Bukan ia tak punya aturan, dirinya hanya terbiasa seperti ini ketika mengunjungi sahabatnya. Terus melenggang masuk begitu saja tanpa aba-aba, seperti jika itu adalah rumahnya sendiri.

Pintu terbuka dan tanpa banyak berfikir, langsung saja ia melengos ke dalam.

Gelap gulita yang ia temukan seolah unit apartement mewah tersebut tengah dalam keadaan tak berpenghuni.

Wanita tersebut segera mencari sakelar lampu.

Seketika pula lampu berhasil dihidupkan. Namun, cahaya terang yang menyinar, sukses menyoroti dua orang yang ternyata sedang bergumul di atas karpet beludru.

MY YOUNG HUSBAND (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang