Kakinya kian gesit bergerak tak kenal lelah, berlari kesana kemari mengejar bola. Lelehan peluh pun ia abaikan, hanya demi mencari peralihan hati yang gundah gulana. Bola yang memantul-mantul ia arahkan ke penjuru arah. Tangannya kerap bergerak mendrible bola orange yang siap untuk kapan saja ia shooting ke dalam jaring yang menggantung di atas sana. Wajah penat dengan banyaknya buliran keringat yang jatuh membasahi sekujur tubuh tak serta merta membuatnya untuk berhenti.
"Jeongie..apa kau masih akan terus bermain?"bona mengedarkan pandangannya ke setiap arah gerakan dari bocah tersebut.
Gadis itu duduk berselonjoran dilantai, menyandar di tiang papan pantul ring basket. Sorotnya tak pernah berhenti memandang sendu pemuda yang cukup hiperaktif saat hatinya tengah kalut itu.
"Kau pulang saja..jangan menungguku.."perintahnya dengan suara tersendat akibat deru nafas yang saling berkerjaran.
Ia kembali berlari sambil menggiring bola lalu tak lama melakukan gerakan rebound, demi memasukkan bola tersebut ke dalam keranjangnya.
Dug dug..
Bola pun sigap jatuh terpantul ke lantai setelah berhasil masuk ke dalam jala, sementara sang empunya sejenak menggantung diri dengan berpegangan kuat di kedua sisi ring.
"Aku akan tetap disini menemanimu.."tolak bona. Tak ada niatan darinya untuk meninggalkan jeongyeon seorang diri meski bulan telah membumbung tinggi di atas peraduannya.
Bocah itu meloncat turun.
"Akhh...Gumawo.."ucapnya diselingi sebuah senyuman tipis, yang dipaksakan untuk hadir.
Jeongyeon berlarian kecil guna meraih bola yang jauh menggelinding ke ujung lapangan. Setelah itu bocah tersebut pun berlalu menghampiri sang gadis seraya menendang-nendang kecil bola basket yang ia lemparkan di kakinya.
"Hai..istirahatlah..kau sungguh terlihat kelelahan.."pinta bona yang khawatir dengan ekspresi lelah jeongyeon.
Dug..dug..
Bocah itu mengambil ancang-ancang untuk lanjut menembak. Sebelah matanya memejam, tangannya juga mulai menggulir bola dan tentunya siap untuk membidik.
Jrekk..
"Masuk.."
"Yeah..kau memang yang terbaik.."bona mengacungkan jempolnya pada sang bocah.
"Bona.."
"Hemm..."
"Aku benar-benar terlihat menyedihkan bukan.."ungkapnya lara, tersenyum pahit sembari menoleh pada si gadis.
Bona menghela dan menghembuskan nafas kasar.
"Jangan dengarkan siapapun.."mohon nya.
Status jeongyeon saat ini pastinya mengundang pelbagai asumsi buruk untuknya dari orang-orang tertentu. Komentar-komentar negatif dan ucapan-ucapan sinis tentu menyakiti perasaannya. Membuatnya terkadang menjadi pribadi yang rendah diri.
Bona cukup simpati dengan keadaan pemuda pujaannya ini.
"Begitukah?"
"Hemm..aku disini untukmu.."riangnya.
"Bona-yah..."panggilnya lemah.
Netra cokelat dan hitam itu kini saling memandang dengan penuh makna.
Suasana pun berubah serius selaras dengan sorot mata yang jeongyeon pancarkan.
"Aku menyukainya.."gumam jeongyeon disertai sebuah helaan napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY YOUNG HUSBAND (Completed)
FanfictionMyoui mina, 32 tahun. Seorang gadis cantik, anggun nan elegant. Yoo jeongyeon, 17 tahun. Seorang bocah laki-laki biasa yang penuh akan kepolosan. Bertemu dalam sebuah insiden yang tak terbayangkan sebelumnya hingga keduanya berhasil menciptakan--- B...