Sercarik kertas bertuliskan beberapa kalimat permohonan maaf tergenggam erat diantara jemarinya. Kepala menunduk menengok sendu helain baris yang meninggalkan kesan mendalam, kejujuran dari pahitnya kebenaran.
Jeongyeon terpaku kala bola matanya tertuju pada satu kalimat akhir.
"Aku pergi...semoga kau bahagia...good luck.."
Membisu pula ia dalam tanda tanya.
Mengapa kau tidak menemuiku langsung?
Kenapa harus menjelaskannya melalui surat.
Apa kau malu padaku..bona-yah..
Bona memutuskan untuk segera berangkat ke jerman, dia memajukan waktu kepergiannya yang seharusnya bulan depan menjadi siang nanti.
Entah apa yang ada dipikiran gadis itu, ia berlalu seolah-olah tengah melarikan diri dari kesalahan yang diperbuatnya.
"Kau tak mau menemuinya?"
Sontak kepala jeongyeon menengadah ke atas. Dilihatnya mina sedang berdiri memandanginya lamat.
"Tidak..."balasnya cepat. Ia masih kecewa dengan bona terutama keputusan gadis itu yang pergi secara tiba-tiba. Ada rasa tak rela darinya, namun ia tak mau mengakui itu.
Keheningan memeluk keadaan, keduanya bungkam tak ingin bersuara.
Mendadak rasa canggung merayapi mina, berbeda dengan jeongyeon yang tetap nampak senyap, tenang menunduk dan membisu, seakan tengah melamunkan sesuatu.
Hampir setengah jam berselang namun tak ada jua yang mau kembali membuka suara.
Mereka juga enggan untuk berlalu, alhasil keduanya saling diam seakan tengah berperang dingin.
"Aku akan membersihkan rumah dulu..." putus jeongyeon, ia bangkit dan segera berjalan menjauh.
Yahh...dia pergi..
"Hemm...." Mina mempoutkan bibirnya.
Dengan wajah merengut, ia berjalan menyusul jeongyeon.
.
.
Tubuh melunglai tak bersahaja, lemas berbaring di sofa dengan mata menatap hampa layar telivisi yang menyala.
"Uch membosankan..."cebik nya sebal, Hampir tak ada satupun dari semua acara yang telah ditontonnya mampu menghibur atau setidaknya membangkitkan sedikit gairahnya.
Mengapa suntuk sekali...
Mina melirik sejenak sang suami yang fokus mengelap meja kaca.
Tsk...Padahal kaca itu sudah begitu bening mengkilap tapi tetap saja jeongyeon masih belum mau berhenti menyekanya.
Mau sebersih apa lagi??
Terus terabaikan membuat niat jahil mina mendadak terbentuk di dalam hatinya.
Sesekali membuatnya repot..tak masalah bukan..
Dalam samar ia menyeringai.
"Jeongyeon-ah..bisakah kau mengambil kan ku air.."mohon nya.
Jeongyeon menoleh jengah, mimiknya mendengus kala menangkap sosok sang istri santai berbaring malas di atas sofa.
Tidak lihatkah ia jika suaminya ini sedang banyak pekerjaan.
Bukankah ia bisa melakukannya sendiri...dasar pemalas.
Tak mau menimbulkan keributan, bocah ini pun beranjak ke dapur dengan berat hati, tentu saja untuk mengambilkan mina segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY YOUNG HUSBAND (Completed)
FanficMyoui mina, 32 tahun. Seorang gadis cantik, anggun nan elegant. Yoo jeongyeon, 17 tahun. Seorang bocah laki-laki biasa yang penuh akan kepolosan. Bertemu dalam sebuah insiden yang tak terbayangkan sebelumnya hingga keduanya berhasil menciptakan--- B...