Bagian 23

4.3K 313 100
                                    

Silau sang surya mengusik tidur singkatnya. Mata mengerjap lalu menyipit berulang, sebelum beranjak bangkit untuk duduk mengumpulkan nyawa. Kepala menoleh guna menatap juntaian horden putih yang berterbangan tertiup angin. Helaan nafas letih tak sengaja mengudara.

Secercik aroma khas wanita menusuk indera penciumannya. Seketika kepala bergerak berputar ke sebelah kiri.

"No-noona..." tergagap ia mendapati sang istri tengah memandangi nya datar. Terduduk di atas sofa dengan kaki menyilang. Wajah cantik yang mendamba seharusnya adalah sarapan terindah untuk sang bocah. Namun sayang kejadian kemarin kembali menghantui. Membuatnya membuang wajah malu.

"Mandilah setelah itu ayo sarapan bersama.."

Tanpa banyak kata, jeongyeon langsung mengangguk iya. Bocah itu segera berlalu menuju kamar mandi.

Mina menggigit bibir bawahnya seraya memandang punggung loyo jeongyeon. Setengah heran dengan sikap bocah itu yang sedikit berbeda.

Mungkin ia masih lelah akibat dampak dari obat yang ia konsumsi.

Wanita itu pun bergegas ke dapur demi menyiapkan sarapan spesial teruntuk suami belianya tersebut.

.

.

Duduk melingkar bertiga dengan sosok Sana sebagai figur tambahan yang mewarnai pagi jeongyeon dan mina.

Semalam Sana, Baekhyun, dan Kyung-soo menumpang tidur di kediaman mina, sebab malam sudah terlalu larut dan tubuh terlampau lelah. Namun pagi-pagi sekali dua pemuda itu pergi, meninggalkan Sana yang sepertinya masih tak mau untuk beranjak pulang.

"Ini.."Mina meletakkan sepiring gulungan telur dadar di depan jeongyeon. Wanita itu tersenyum begitu manis. Air mukanya nampak berbeda, kini lebih cerah nan merona, lain dari biasanya.

"Ne..gumawo..." jeongyeon membungkuk gugup. Pemuda itu mengambil sumpit dan langsung menikmati makanan yang disuguhkan sambil menunduk seperti bocah ketakutan.

Mina menyamankan bokongnya di depan sang suami. Manik nya menatap kian cemas pada jeongyeon yang untuk saat ini terlihat cukup muram dan pendiam itu.

Tak ada celotehan apapun darinya yang terkadang hampir selalu sukses membuat mina naik pitam.

Suasana berubah tak semenarik biasanya selaras dengan wajah pilu si pembuat onar.

"Oh..minariie, jeongyeonnie...bagaimana jika minggu depan kita berlibur ke pulau Jeju.." Saran Sana, memulai pembicaraan diantara ketiganya.

Mina tampak berfikir sejenak. Sepertinya itu ide yang lumayan baik. Mungkin saja dengan begitu semua orang dapat melupakan insiden buruk yang terakhir kali terjadi.

Khususnya jeongyeon.

"Setidaknya kita butuh menjernihkan pikiran dan menenangkan hati bukan.."sambung Sana, dia juga butuh rekreasi, lari sejenak dari hiruk pikuknya pekerjaan.

"Oke..aku setuju..."

Mina mengalihkan pandangannya ke jeongyeon.

Bocah itu masih saja khusyuk dengan makanannya, melahapnya tenang tanpa merasa terganggu oleh apapun.

"Kau mau tambah?..."

Sana ikut menatap jeongyeon. Dia baru sadar jika bocah yang kerap berisik ini berubah kalem.

Jeongyeon mendongak sesaat lalu tak lama menggeleng menolaknya, sebelum menoleh pada Sana.

"Noo-na...bo-lehkah aku tidak ikut.."

"Mengapa?"pekik mina.

Bocah itu enggan menatap mina.

"Aku tidak ingin pergi kemanapun.."lesu jeongyeon.

MY YOUNG HUSBAND (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang