Delapan

11.1K 700 22
                                    


" Aku tak mengenalmu, Bahkan tak mengetahui suara atau peragaimu, Tapi aku tak ingin menyangkal hatiku yang melangkah kearah mu, Nashwa zahira alesha."

(Muhammad alif rizky ramadhan)

****

Gus Daffa membetulkan kopyahnya untuk berangkat shalat subuh ke mushalla, sesekali dia bercermin dan langsung mengambil sajadah yang sudah ning zalfa siapkan di atas tempat tidur mereka.

"Sudah siap, kak?"

Gus Daffa menoleh, melihat Ning zalfa yang sudah siap dengan mukenah putihnya. Perempuan itu tampak sumringah, sementara gus daffa hanya menatap dia dengan datar, sedatar perasaannya.

" iya, saya berangkat dulu"

Dahi ning zalfa mengernyit. " Loh ndak subuhan di sini saja? "

Gus Daffa menggeleng kan kepalanya, membuat gadis di hadapannya kecewa,

"Kasian anak santri kalau di tinggal" jawabnya simple.
"kalau begitu saya berangkat, assalamualaikum"

" waalaikum salam" jawab ning zalfa yang hanya bisa menatap gus daffa keluar kamar.

Sebenarnya bukan itu alasannya, dia bisa saja shalat berjamaah dengan istrinya yang jelas lebih besar pahalanya, tapi apalah daya dia yang masih belum ikhlas sepenuhnya untuk menerima ning zalfa.

Kadang ia merasa sangat bersalah karena bersikap dingin pada perempuan itu, padahal dafa tau kalau ning zalfa sama sekali tak bersalah, sedikitpun tidak.

Seperti biasa, setelah shalat subuh akan ada beberapa santri yang mengaji kitab pada ustadz malik dan beberapa membaca wiridan, ada juga yang malah menyapu halaman dari ujung selatan hingga ujung timur, bisa di pastikan kalau mereka adalah santri santri yang terkena takdzir dari bermacam macam kasus.

Nashwa yang baru saja selesai melaksanakan shalat subuh di kejutkan dengan hadirnya gus daffa yang tiba tiba berdiri di depan taman asrama, bukan hanya ia, indah dan beberapa penghuni asrama yang sama dengannya hanya bisa menunduk sambil melangkah lewat untuk masuk.

Tampak pria itu sedang mengontrol kebersihan seperti biasanya. Tetapi Nashwa tahu dia berdiri di sana untuk menunggu dirinya, tetapi ia lebih memilih langsung masuk karena indah sudah menarik tangannya dengan sedikir kasar agar tak bertemu dengan gus dafa lagi.

Melihat itu gus daffa hanya memperhatikan nashwa yang masuk ke dalam gedung asrama tanpa menoleh ke belakang, ia mengutuki dirinya sendiri yang masih berani menampakkan diri di depan gadis malang itu
Sementara istrinya sudah menunggu di rumah.

"Astaghfirullaahal adzim, maafkan aku nashwa, maaf"

*****

" assalamualaikum"

" waalaikum salam- masuk le"

Mendengar seruan dari dalam, Gus alif segera memutar kenop pintu dan masuk ke dalam ruangan milik abah dan ummahnya yang sering mereka gunakan untuk muraja'ah atau paling tidak mengobrol dan bersantai.

gus Alif duduk di depan kedua orang tuanya dengan ekspresi yang tak biasa, dan itu sukses membuat Kyai kholil dan nyai saidah penasaran.

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang