"Aku akan berikan sesuatu yang lebih dari sekedar cinta dan kasih sayang. Lebih dari sekedar kita. Aku akan berikan dunia ku, dunia ku yang sejak dulu tak pernah ada seorang pun yang berhasil memasukinya."
(M. Alif rizky ramadhan)
*****
Happy Reading yesh😘❤
Pukul dua belas malam, gus alif dan juga zalfa sampai di rumah sakit. dengan sigap para perawat langsung menghampiri dan segera membawa nashwa ke ruang gawat darurat menggunakan brangkar.
Gus alif dan zalfa menghentikan langkahnya tepat di depan pintu IGD saat salah seorang perawat menutupnya. Tak lama dokter wanita pun masuk ke dalam ruagan.
Suasana begitu kacau di sana, zalfa duduk sambil menangis di kursi tunggu. Sementara gus alif berdiri dengan perasaan gusar dan khawatir. Sesekali pria itu mengusap wajahnya keras dan kembali tenggelam dalam rasa panik.
Cukup lama waktu berlalu, tetapi dokter wanita yang menangani nashwa tak kunjung keluar, dan itu semakin menambah kepanikan zalfa dan juga gus alif. Keduanya hanya mampu terdiam dalam hening, sama sama memanjatkan doa dalam hati.
Tak selang lama pintu ruang IGD terbuka, dokter keluar dengan wajah masam dan suram. Gus Alif segera menghampiri.
"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Todong gus alif langsung. Raut wajahnya begitu cemas. Zalfa ikut menghampiri mereka, mendengarkan.
"Anda suaminya?" Tanya dokter memastikan. Gus alif mengangguk cepat. "Silahkan ke ruangan saya." Ujar dokter pelan dan beranjak terlebih dahulu dari sana.
Perasaan gus alif makin tak nyaman di buatnya. Sebelum pergi menyusul dia meminta zalfa untuk menunggui nashwa sebentar. Takut takut dia akan sadar saat dirinya pergi.
*****
"Nafisah? Nduk... kapan kamu akan pulang? Kak dafa mu pergi, kau pun ikut pergi, apa perlu ummi memohon agar kau pulang nak?". Nafisah hanya mampu terdiam saat mendengar suara ibundanya dari dalam telepon.
Sesekali gadis itu mengusap air yang mengalir dari sudut mata, ia rindu, tetapi luka hatinya masih belum sembuh, bahkan belum kering.
"Nafisah... jawab ummi, kenapa kau diam? Kau minta pembatalan antara pernikahan mu dengan musa pun telah ummi turuti. Pulanglah nak...."
Lagi lagi nafisah hanya mampu terdiam dan menahan isakannya sebelum mematikan panggilan dari sang ibunda. Selalu begitu memang tingkahnya, nafisah hanya sekedar rindu suara ibundanya tanpa ingin membalas atau menjawabnya.
Di bulan ke empat tanpa pelukan kedua orang tua, tanpa dinding hangat pesantren yang menciptakan keamanan dan kenyamanan tersendiri. Baru empat purnama nafisah lalui di luar pagar tegak istananya, tapi mengapa rasa rindu begitu menggelegar di sekujur jiwa?.
Walau rasa takut mulai mengikis pertahanannya, kini setidaknya ia tak merasa selalu di hakimi, perasaanya tak selalu di persalahkan. Mulai merasa bebas meski pada hakikatnya hati terdalamnya mencegah ia berbuat hal yg melanggar.
"Nafisah?" Nafisah membalik tubuhnya saat seorang pria menghampiri mejanya. Gadis itu berdiri dan tersenyum penuh hormat.
"Kamu sudah siapkan jadwal saya di NTB besok?" Tanyanya datar, Tapi seulas senyum tipis yg nyaris tak nampak terbingkai di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taqwiat Alruwh (TERBIT)
RomanceKisah terumit dari cinta yang pernah Nashwa rasakan. Gus Alif menawarkan hati saat dirinya masih sangat mencintai Gus Daffa- kakak sepupu dari Gus Alif. Sedangkan Gus Daffa yang dulu berjanji akan mencintainya selamanya malah berubah arah karena kei...