Pupus

9.9K 627 115
                                    

"Di dasar luka masa lalu aku menemukan diriku yang tak sama. Benar kah adanya cinta yang dulu sempat bertahta akan membuat diri berubah seiring berjalannya waktu? "

(Nashwa zahira aleesa)

****

Happy Reading yeshh😊😊😊

"Dan wa..."  raut wajah zalfa tiba tiba berubah kusut. Pandangannya menerawang "tentang aku dan kak dafa...."

Nashwa menyentuh punggung tangan zalfa dan menggeleng pelan kearahnya. Ia tahu untuk saat ini seluruh cerita tentang gus dafa akan sangat menyakitinya.

Zalfa tersenyum perih "aq tau dalam pernikahan aib pasanganku adalah aib ku juga, keburukan suamiku adalah keburukan ku juga tetapi wa.... bolehkan kalau aku menceritakan apa yang aku rasa padamu sebagai sesama wanita?" ujarnya.

Nashwa menutup laptopnya dan meletakkannya di meja kecil yg ada di sana.  Memperbaiki duduknya agar lebih dekat dengan kursi zalfa.

"Ning... apapun persoalan jenengan dengan gus dafa tak seharusnya siapapun tahu termasuk saya. Saya mengerti kenapa abahyai kholil dan ummah tidak menanyakan apapun pada jenengan pasal perpisahan kalian. Selain beliau berdua percaya jenengan akan kuat menghadapinya, beliau juga tahu meski sebagai orang tua, tak lagi berhak ikut campur atas rumah tangga putrinya"

"Tetapi ning... saya adalah wanita. Dan jenengan adalah saudari suami saya. Berkeluh kesahlah pada saya bila itu melegakan meski saya tak bisa melakukan apapun selain mendengarkan"

Zalfa menunduk terisak. Ia menggeleng pelan di antara bulir bulir air mata yg mulai menganak sungai. Baru kali ini seorang zalfa meneteskan air mata di hadapan nashwa. Baru kali ini zalfa yg kuat menampilkan kerapuhannya di depan seseorang.

"Terima kasih wa"

Nashwa mengedipkan mata singkat. Sebenarnya ia tak tega bila harus melihat Tangisan zalfa. Hatinya sendiri tak kuat untuk menampung keluh kesah wanita itu, penderitaan dan rasa sakit hatinya yg selama ini hanya di adukannya pada allah.

"Dia bilang tidak bisa membahagiakanku" isaknya mulai tersedu sedu.

Dengan pelan nashwa menarik bahu kanan ning zalfa dan meletakkan kepalanya dalam pelukannya. Nashwa Mengusap usap bahunya yg bergetar menahan tangis. Berusaha menenangkan meski tangis itu tak bisa lagi di tahan untuk tak tumpah.

"Tidak usah di teruskan ning"

Zalfa tetap menangis tersedu sedu di pelukan nashwa. Dia tumpahkan seluruh rasa sakitnya di sana. Di dalam dekapan seorang wanita yang dulu sempat mendiami hati suaminya. hanya sebatas dulu atau mungkin sampai sekarang?

"Nashwa...." suaranya serak. Dan hati nashwa makin terasa di iris iris sembilu. Di hapusnya bekas air mata pada pipi putih yg  kini mulai memerah itu. Ia pandangi sejenak wajah ning zalfa yg terlihat menyedihkan.

Berputar di kepalanya sendiri wajah gus dafa dan zalfa yg datang secara bergantian. Wajah wanita yang dua tahun lalu di nikahi oleh kekasihnya. Dan wajah kekasihnya yang katanya sangat mencintainya. dua orang dari masa lalunya yg  menjadikan nya sekuat ini.

"Harusnya aq tak menikah dengannya wa, harusnya pada saat itu aku tk menjadi pemisah antara kamu dan kak dafa"

"Jangan berbicara seperti itu ning... jangan" lirih nashwa ikut menangis. Perempuan di hadapannya ini terlihat begitu rapuh. Begitu putus asa.

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang