"Aku mengerti bila seharusnya, manusia tak menempatkan egonya di atas segalanya. Begitupula dengan cinta, itu memang fitrah, tapi tetap tak boleh salah kaprah."
(Muzammil musthofa)
****
Happy Reading yesh😁
Azmil menatap Rani yang tertidur dengan pulas. hari ini ia akan pergi ke Malang untuk memenuhi permintaan Gus Alif. meski Rani tak pernah melarangnya pergi kemana pun nyatanya Azmil tak nyaman bila tak meminta izinnya sebelum pergi.
Terlebih lagi hal ini menyangkut Nashwa. seseorang di masa lalunya yang pernah mengisi hari hari sebelum dirinya menikah dengan Rani. meski waktu telah menghapus namanya sedikit demi sedikit dalam hati Azmil tetapi kenangannya tentu tak akan begitu ringan untuk di musnahkan.
"Mas.."
Azmil menatapnya sejenak dan mencium tangannya. "Mas disini, kamu butuh sesuatu?" tanya Azmil. Rani membuka matanya secara perlahan lahan. perutnya kembali bergejolak dan ia merasakan mual.
" Ingin muntah?" tanya Azmil langsung. Rani menggeleng dan duduk sembari memegangi perutnya yang sakit. tubuhnya begitu lemas sejak di nyatakan tengah hamil muda dua hari lalu.
"Mas hari ini ke kantor? Rani lupa bilang kemarin mas Aufar menelpon untuk menyetorkan naskahnya." ujar Rani. bibir nya tampak pucat.
Azmil diam, melihat keadaan Rani yang seperti ini nampaknya ia tak akan bisa pergi menemui Gus Alif. tidak, tidak bisa. Rani jauh lebih penting. ada calon anaknya di dalam perutnya, dan Azmil harus menemani dan menjaganya.
"Mas?"
Azmil tersadar dari lamunanya. "ya, mungkin nanti agak siangan bertemu Aufar. kamu sedang sakit, aku-"
"Rani baik baik saja, Mas. dokternya bilang kan hal ini sudah biasa di trimester pertama. namanya morning sickness" Rani tersenyum sambil mengelus perutnya yang masih rata. Azmil ikut tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Mas,"
"Ya?"
"Mas lagi mikirin apa? kok sepertinya ada yang memberatkan mas. coba cerita sama Rani, siapa tahu Rani bisa bantu? ya kan?"
"Sebenarnya, aku ada kepentingan di luar kota. tapi melihat keadaan kamu yang seperti ini, sepertinya aku tidak akan datang." jujur nya. Rani mengerutkan keningnya.
"Apa penting?"
"eum... entahlah, mungkin iya"
"Mungkin? mas, jika memang urusannya sangat penting, mas bisa antarkan Rani ke rumah bunda. atau mas bisa menelpon istri mas Aufar untuk menemani Rani. lagi pula keadaan Rani sudah membaik. mas bisa pergi."
Azmil menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya pelan. "ini menyangkut, Nashwa" aku Azmil berat. pada saat itulah ekspresi wajah Rani berubah tidak bersemangat. setelah sekian lama nama wanita itu tak pernah suaminya sebut,
"Pergilah," ujar Rani tanpa di sangka sangka.
"Kamu mengizinkannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Taqwiat Alruwh (TERBIT)
RomanceKisah terumit dari cinta yang pernah Nashwa rasakan. Gus Alif menawarkan hati saat dirinya masih sangat mencintai Gus Daffa- kakak sepupu dari Gus Alif. Sedangkan Gus Daffa yang dulu berjanji akan mencintainya selamanya malah berubah arah karena kei...