Risau

10.8K 597 108
                                    

"Atas nama allah mas.. atas nama dzat yang memberikan aku hidup dan nikmat. Aku sudah mengikhlaskan dia. Aku hanya ingin dia bahagia sama seperti ku yang bahagia dengan mas alif"

(Nashwa zahira aleesa)

******

Happy Reading yesh😘

"Saya akan bercerai dengan zalfa"

"PLAK!!" Satu tamparan nyaris membuat sudut bibir gua dafa berdarah. Wajahnya oleng ke samping saking kerasnya tangan itu mengenai pipi yang kini telah terlihat membiru.

"Apapun konsekuensinya.... saya akan tetap menceraikannya" ujar gus dafa lebih tegas.

Yai kholiq menatapnya dengan wajah yang telah memerah. Jantungnya berdegup teramat kencang setelah berhasil mendaratkan tamparan keras di pipi sang anak.

Nyai ruqayyah hanya bisa menangis memeluk zalfa di sofa. Begitupula dengan zalfa yang sudah meringkuk dalam pelukan sang ibu mertua. Menjerit dalam diam. Pedih hingga ke ulu hati. Hancur sudah semuanya. Seluruhnya tanpa sisa.

"Dafa.. apa yang kamu bicarakan nak.. jangan begini dafa.. " tangis nyai ruqayyah sembari menatap sang putra yang tetap terdiam tanpa ekspresi. Air matanya sudah berderai deria menghadapi sikap putra phtri mereka untuk mantap berpisah.

Sementara Wajah gus dafa datar dan rahangnya mengeras. Terlihat jelas bila ia juga sedang tertekan. Tapi ia sudah putuskan untuk tidak terus menerus menyiksa zalfa dengan pernikahan yg sama sekali tidak membahagiakan ini. 

"Jangan gila kamu dafa..." desis yai kholiq pelan. Sebisa mungkin ia redam emosi yang hendak meluap dengan  memejamkan mata. Menetralisir segala amarah dan panas dalam dada.

"Ummi....bawa zalfa keluar" titah yai kholiq.  nyai ruqayyah segera menuruti dengan membawa zalfa keluar dari ruang baca. Terlihat air mata perempuan itu meleleh tanda rasa sakit dan tangis yang tak lagi bisa di bendung.

"Ridhoi saya bi... saya sudah tidak sanggup menjalaninya"  Ada seberkas air mata yang tumpah kala kalimat itu terucap. Matanya terlihat semakin merah. Putus asa akan semuanya.

Tapi sayangnya suara itu tak bisa melembutkan segala kemauan dan ketetapan yai kholiq. Pria berjubah putih itu memalingkan wajah kearah sang putra. Hatinya tetap membeku. Ketetapannya tetap tak boleh di bantah.

"Apa alasan kamu ingin menceraikan zalfa? Bukankah kalian selama ini baik baik saja?" Tanya yai kholiq menusuk. "Apa karena perempuan itu?"

Gus dafa mengangkat wajah nya. "Perempuan itu?"

"Kamu masih mencintainya? Apa susahnya mencintai zalfa dafa. Dia istrimu"

Gus dafa menggeleng "maksud abi apa? Tidak ada perempuan lain bi" sangkalnya "abi bukan tidak tahu saya memang tidak siap dari awal untuk memimpin as shofwah.  Saya menikahi zalfa itu karena wasiat mbahyai muhammad selama saya mampu bi. Tapi saya tidak mampu menghadapinya. Lagi pula saya sudah cukup dengan memimpin pesantren ini. As shofwah milik alif bi saya tidak ingin merebutnya"

"Bicara apa kamu dafa!! As shofwah milik mbah yai mu. Kamu cucu laki laki tertua. Dan seharusnya memang kamu yang memegang as shofwah bukan alif. "

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang