Mencintamu

10.9K 678 99
                                    

"silahkan luapkan apa saja. sepahit apapun aku akan tetap menelannya meski nyata itu berbentuk racun, namun merupakan penawar untukmu"

(Dafa ahsan hidayat)

*****

Happy reading yesh😁😁

Gus Dafa tersenyum saat Zalfa baru saja keluar dari kamarnya. perempuan itu memakai gamis biru muda yang cukup longgar dan hijab instan berwarna senada.

"Kak dafa, ngapain disini?" tanya Zalfa rada canggung.

"Mau ngajakin kamu jogging"

"Hah? jogging?"

Gus dafa mengangguk dengan senyum manis membingkai di bibir. "banyak olah raga itu sehat untuk ibu hamil, apalagi sebentar lagi kamu kan mau melahirkan."

"Sok tau"

Gus Dafa hanya nyengir. ia tahu meski Zalfa bertekad untuk menjauhinya perempuan itu tak akan pernah bisa membencinya. ayolah, Zalfa adalah tipe penyabar dan mudah memaafkan. segarang apapun dia, tak akan sepenuhnya karena rasa marah.

"Ayolah Zalfa, mau ya?" rayu Gus Dafa.

"Enggak ah. Zalfa mau pengajian subuh saja sama ummah, sekalian mau beres beres pagi ini Nashwa sudah boleh pulang. sudah kak dafa jogging aja sendiri" ketus Zalfa.

"Yaudah deh, kak Dafa jogging sendirian aja. padahal udah siap buat jalan jalan sama bundanya debay. mau ngomong sesuatu, nyari suasa segar buat ngomong berdua." katanya sok manis. zalfa tetap tak acuh.

Gus Dafa maju selangkah, tetapi gadis itu berhasil mundur ke belakang untuk menghindar. sayangnya Zalfa tak bisa mencegah saat Gus dafa mengelus perut buncitnya.

"Baik baik ya sayang, Bundanya masih marah" ujarnya seolah berbicara dengan sang buah hati di dalam perut Zalfa.

Zalfa merasakan hatinya menghangat atas perlakuan ini. tetapi ia menepisnya berkali kali agar tak jatuh di jurang yang sama. ia takut apa yang keluar dari mulut Gus Dafa saat ini sama dengan permintaan maaf untuk suatu kesalahan yang akan di ulang kembali.

"Zalfa"

Zalfa terdiam saat menyadari wajah Gus Dafa sudah berada di sebelah telinganya. "وَأُولَاتُ الْأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ" bisiknya kecil.

Dada Zalfa berdebum. pipinya memanas bahkan aliran darahnya seperti mengalir semakin deras menanti kelanjutan ucapan Gus Dafa. ia tak bisa lagi menyangkal perasaan ini.

"Para wanita hamil, batas masa iddahnya adalah sampai mereka melahirkan kandungannya." (QS. At-Thalaq:)

Gus Dafa tersenyun mantap. "وأعيدك إلى زواجنا ، يا أجمل امرأة. أم ابن ابنتي ، ملاك الله الذي خلق لي." bisiknya mesra. saat itulah air mata haru Zalfa turun dari sudut mata.

"dan aku mengembalikanmu kepada pernikahan kita, wahai wanita terindahku. ibu dari putra putriku, bidadari allah yang tercipta untukku."

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang