Aneh

11.4K 598 97
                                    

"Seseorang yang tidak berlari menyambut pesona cinta, ia melangkah di jalan yang tak di lalui kehidupan"

(Jalaluddin ar rumi)

*****

Happy reading yesh😍😍😍

Nashwa tersenyum puas mendapati seluruh isi meja makan berisi masakannya. Terutama semangkuk rebung kuah merah kesukaan gus alif. Dulu ia ingat nyai ruqayyah memberinya resep masakan itu saat mereka masih bertunangan.

Pukul setengah delapan masih tak ada siapapun yang mendatangi meja makan khusus keluarga, gus alif pun sepertinya masih belum selesai mengisi pengajian di mushalla putra. Dia pergi bersama yai kholil sebelum maghrib tadi, dan biasanya jam segini ayah dan anak itu sudah kembali.

Tak apalah... 'mungkin masih ada beberapa urusan' pikirnya sambil menata piring di atas meja, tak hanya dia ainun juga tetap setia di sampingnya dan membantu dirinya memasak.

"Nduk?"

Nashwa tersenyum kearah nyai saidah yang baru saja datang. Tampak wanita itu masih menggunakan mukenah sehabis mengimami shalat isya' di mushalla putri. Nashwa segera mencium punggung tangannya.

"Ummah"

"Kamu sedang apa?" Nyai saidah memutari meja makan, sedikit bingung mendapati menu tak biasa dan.. "rebung kuah merah?" Tanyanya melempar pandangan kearah nashwa.

Perempuan itu tersenyum malu "nashwa dengar gus alif menyukainya ummah" katanya.

"Wah.... lihat ini bisa gila makan alif" godanya sambil membaui masakan buatan nashwa yg wangi. Nashwa hanya memilin ujung jilbab panjangnya dan kembali mengelap piring piring di meja.

"Alif sama abahmu belum datang?" Tanyanya.

"Dereng mah... "

"Ya sudah kamu teruskan. Ummah mau ganti baju dulu ya sebentar" nyai saidah langsung melenggang pergi menuju kamarnya setelah mendapat senyum persetujuan nashwa.

"Tuh ning. Nyai saidah saja memuji percaya deh pada saya masakan njenengan itu enak." Kini lanjut ainun yang membuat nya tersanjung. Semoga saja begitu, semoga saja gus alif akan menyukainya.

Tak lama dari sana pintu depan terbuka, masih terdengar suara yai kholil dan gus alif yang tengah berbincang bincang. Sampai di dalam yai kholil langsung menuju tempat istirahat dan Gus alif melangkah kearah dapur pesantren.

Tanpa perlu di suruh ainun dan para khadamah yang lain segera meninggalkan dapur saat pria itu datang. Nashwa menyambutnya dengan menerima uluran surban yang tadinya menggantung di leher gus alif, mencium punggung tangannya di lanjutkan dengan gus alif yang mendaratkan kecupan mesra di keningnya.

"Abah kemana?" Tannya nashwa.

"Langsung istirahat mungkin wa...... kamu masak?" tanyanya dengan pandangan tidak percaya. Nashwa mengiyakannya dengan senyuman malu sambil menarikkan kursi untuk suaminya. Setelah Gus alif duduk dengan tenang dia lantas segera melayaninya.

"Gus mau capcai udang?"

"Boleh"

Selesai mengambilkan nasi berlauk capcai udang dia menaruh piring makanan itu di hadapan gus alif. Dan duduk di kursi sebelahnya sambil sesekali tersenyum harap harap cemas.

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang