Gundah

10.8K 583 85
                                    

" mungkin bila melupakannya tidak mungkin.
Karena bagiku mengenalnya adalah suatu anugrah yg indah. Jadi? Apabisa aku mencintaimu tanpa melupakannya? Percayalah zalfa bila yang kamu lihat mungkin aku memang menaruh rasa. Tapi aku tahu diri, bagaimanapun kuatnya rasa itu kami tetaplah masa lalu yg akan saling meninggalkan"

(Dafa Ahsan hidayat)

*******

Happy reading yesh😁😁😁

Pagi ini Gus alif kembali berulah. Dia muntah muntah kembali di kamar mandi sehabis melaksanakan shalat  subuh bersama  di dalam kamar. Dan sayangnya nashwa tak bisa untuk tidak perduli tentang itu meski ia masih marah dan mendiamkannya hingga hari ini.

Tanpa kenal lelah nashwa memijat tengkuk bergantian dengan punggungnya. Ia masih aktif memuntahkan seluruh isi perutnya meski hanya cairan cairan bening.

Perutnya kembali merasa tidak enak saat mencium bau bau bumbu dari lantai bawah. Memang keluarga nashwa tidak menggunakan jasa catering melainkan memasak sendiri dengan di bantu oleh banyak orang. Tetannga sekitar dan saudara saudara  dekat.

Al hasil kini sepasang pengantin yang harusnya sudah mulai bersiap siap untuk menjadi raja dan ratu sehari ini tak bisa melakukan apa apa karena gus alif sedang sakit.

Nashwa memapahnya hingga telentang di atas kasur. Pria itu masih mual mual seperti orang keracunan meski sudah memuntahkan seluruh isi perutnya sejak tadi di wastafel.

"Masih pengen muntah wa..." erangnya lemah. Tak tahan merasai perut yang sedemikian tidak enaknya.

Nashwa sebenarnya tidak tega tapi bagaimana lagi? Tidak mungkin kan dia menyuruh seluruh orang di dapur berhenti memasak hanya karena suaminya muntah muntah mendengar aroma bumbunya.

"Nashwa... " lirih gus alif dengan mengiba. Kepalanya pusing. Nashwa pun hanya diam melihatnya dengan penuh rasa kasihan. Keadaan gus alif sama seperti beberapa waktu lalu saat mencium bau bawang dari sayur rebung buatan nashwa.

"Gus alif istirahat dulu ya.. nashwa kebawah dulu mau ambilkan susu hangat. Atau gus alif mau nashwa buatkan teh hangat?" Tawar nashwa. Mencoba meninggalkan egonya untuk berbicara duluan.

Sesuai dugaan nashwa gus alif pasti menggeleng "saya mau kamu di sini saja wa.. jangan kemana mana" lirihnya setengah sadar.

Nashwa menghela napas sabar "kali ini jangan keras kepala gus alif. Jangan egois begini. Nashwa tidak ingin jenengan seperti ini" tukas nashwa serius.

Gus alif membuka kedua matanya menatap raut sang istri yg jengkel sekaligus sedih melihat keadaannya yang lemah "nashwa......"

"Gus alif jangan seperti ini terus.. hiks" jatuh lah air mata itu. Tapi Dengan segera perempuan itu keluar dari kamar setelah mengusap air matanya.

"Aduh aduh... pengantinnya keluar" goda salah satu ibu ibu saat nashwa melintasi dapur bagian kanan. Nashwa memaksakan senyum ramah. Ia juga bisa melihat bu aisyah tengah mengiris bawang merah.

"Kamu mau bikin teh?" Tanya bu aisyah saat melihat sang putri mulai merebus air.

"Bukan mi....mau buat susu jahe untuk gus alif. Kayaknya gus alif masuk angin. Dari tadi subuh muntah muntah terus" jawab nashwa sembari mengupas jahe dan mencampurkannya ke dalam gelas yang telah berisi susu panas.

Taqwiat Alruwh (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang