3

19.4K 1.8K 21
                                    

“Jungkook-ah besok kamu sudah bisa sekolah.”

“Hyung sudah mengurus semua? Sangat cepat?” mata hitam Jungkook membulat tak percaya lalu meneguk susu vanilla yang ada di dalam gelas hingga tandas. Masih sedikit terkejut dengan pernyataan Taehyung mengenai sekolah baru.

Hanya 1 minggu,

Semua beres. Jungkook pikir persoalan tadi terlalu cepat selesai. Dia masih malas untuk berkutat dengan pelajaran membosankan.

“Hm, soal seragam-mu sudah aku taruh di dalam lemari. Sekolah dengan benar dan jangan buat aku repot.”

Ah, perkataan Taehyung  terkadang bisa sangat menjengkelkan tapi Jungkook tidak marah, dia hanya mengangguk patuh dan menatap punggung yang lebih tua lamat-lamat.

“Hyung, mau kuliah lagi?”

“Ya, aku juga harus pergi ke kantor setelah itu untuk membantu Appa.” Menjelaskan dengan tenang, ransel hitam yang berada diatas kursi Taehyung ambil sebelum disampirkan pada bahu bagian kanan. “Aku pergi.”

“Hyung.”

Taehyung menghentikan langkah kakinya tiba-tiba dan menoleh tanpa berbalik disertai raut wajah bingung. “Wae?”

“Pulang lebih cepat, aku akan menyiapkan makan malam untukmu.”

Tidak ada jawaban untuk beberapa saat hingga suara husky Taehyung mengalun dengan ringan guna menanggapi ucapan Jungkook sebelumnya. “Masak yang enak, Jung-ie.”

.

.

.

Seperti janji mereka berdua, Taehyung pulang lebih awal. Tepat pukul 7 malam, sedangkan Jungkook sudah selesai menyiapkan segala masakan di dapur.

Aroma lezat makanan menguar di udara menarik perhatian dan nafsu makan Taehyung hingga tingkat tertinggi. Ah, Jungkook sebenarnya pandai memasak.

“Kamu yang membuat semua ini?” Taehyung bertanya kagum, tersenyum tipis pada wajah polos Jungkook.

“Ya, untuk hyung.” 

Mata hazel Taehyung mengerjap sesaat lantas kembali mengulas senyum tipis dan menepuk pucuk kepala Jungkook beberapa kali. “Terima kasih.”

Jungkook hanya tertawa cerah sebagai balasan, setelah itu menarik tangan Taehyung dan memeluk kelewat erat. Sedikit mengejutkan Taehyung karena Jungkook melakukan hal tersebut tanpa aba-aba. “Taetae-hyung makan yang banyak, aku membuatnya khusus untukmu.”

Menggemaskan.

Taehyung mengangguk pelan dan mengusap pipi Jungkook disertai kekehan kecil. “Akan aku habiskan, ayo makan sebelum dingin.”

Pandangan mata Jungkook sulit lepas dari wajah si kakak. Jelas, menunggu respons pemuda manis tersebut tentang hasil masakan barusan. “Enak tidak?”

Manik Taehyung berkilat samar, mengusap dagu lagak berpikir seolah ingin mengerjai bocah manja ini hingga cemberut dan merengut bagai anak balita. “Rasa masakanmu—” wajah dia dibuat segusar mungkin.

“Kalau tidak enak jangan dimakan!” Dan Jungkook sukses merasa cemas akan sikap dusta Taehyung. Mau tak mau menghentikan niat Kim Taehyung untuk menjahili hingga tergelak puas. Ada rasa hangat di hati akan segala sifat manis Jungkook yang terpampang nyata.

“Ini enak, sangat enak. Kamu hebat Jungkook-ie.”

Kalimat sederhana bernada rendah terasa manis di telinga Jungkook, senyuman dia kian mengembang lebar. Telak, menarik atensi Taehyung untuk kesekian kali. “Lain kali mau memasak untukku lagi?”

“Tentu, apapun untuk Taehyung-ie hyung.”

.
.
.

Perkataan Taehyung tentang sekolah Jungkook memang benar-benar serius. Lihat saja semua seragam yang tersimpan rapih di dalam lemari. Ck, dia benar-benar malas meninggalkan apartemen ini sekalipun hanya setengah hari saja.

“Kamu sudah mencoba seragamnya?”

Suara Taehyung mengaburkan sedikit lamunan Jungkook. Kepala dia menoleh pada pintu utama, disana ada Taehyung yang tengah bersandar dengan santai. “Hyung.”

“Jangan malas, ayo pakai seragammu. Aku harus melihat itu pas atau tidak.”

Jungkook merengut sebal dan membuka kancing piyama seraya menggerutu lirih. Untuk sesaat, Taehyung seperti lupa cara bernafas. Agak tidak menyangka dengan apa yang baru saja dia lihat.

Tubuh Jungkook benar-benar bagus. Bukan dalam artian mesum tapi tubuh kokoh tersebut harus Taehyung akui sangat jantan. Tidak sinkron dengan wajah manis yang tampak polos tak berdosa.

Pemuda ini memiliki otot keras di setiap inci tubuh tinggi berisi. Perut dia bahkan terbentuk sempurna seolah-olah semua itu memang telah dipahat tanpa cacat oleh sang pencipta. Taehyung iri, perut dia tidak sekeren Jeongguk. Bisa dibilang perut Taehyung kelewat lembut, tidak ada unsur keren atau jantan sama sekali.

“Kamu selalu olahraga?” Mata Jungkook bergulir mengikuti arah pandang Taehyung. Sudut bibir ia tertarik sebelum menghampiri si kakak dengan langkah ringan. “Aku selalu pergi ke-gym setiap libur. Hyung mau lihat?” Pikiran Taehyung sedikit kosong lalu berdiri tegak dan menatap wajah Jungkook penuh kebingungan.

“Tidak usah, aku—”

Grep!

“Bagaimana rasanya?” Kaget, mulut Taehyung tanpa sadar sedikit terbuka dengan rona merah lucu pada pipi. Taehyung ingin menarik kembali tangan yang ditahan tapi entah kenapa tubuh dia justru berkata lain.

Jemari lentik Taehyung menyusuri setiap lekuk otot keras Jungkook. Mengerjap beberapa kali dan menghela nafas singkat seraya berbisik. “Yah, kamu benar-benar keren. Ini sangat keras.”

Taehyung tidak sadar dengan perubahan kecil pada mata hitam Jungkook. Fokus dia masih pada otot tubuh sempurna dan menggerakkan jari-jemari tersebut secara perlahan hingga dada bidang yang terlihat lebar.

Heol, Jungkook lebih muda darinya tapi kenapa tubuh dia sangat besar dan lebar?

“Hyung, sudah puas?”

Taehyung tersentak dan menarik kembali ujung jari canggung. Ah, apa yang ada dia pikirkan? Jungkook pasti marah.

“Maaf, aku tidak sadar.”

“Tidak apa-apa, lagipula hanya menyentuh bagian ini saja.” Gumam Jungkook pelan, menatap dalam mata hazel Taehyung lekat-lekat disertai binar penuh arti. Sedangkan yang ditatap hanya berdiri kaku sembari mengusap belakang leher sendiri dan berbalik pergi tanpa menoleh.

“Aku tidur, selamat malam.”

“Malam, hyung.”

Bad Bunny | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang