20

14.8K 1.1K 20
                                    

Pernyataan sepihak Jungkook sukses membuat Eunha tersedak ludah sendiri. Taehyung terdiam dengan wajah keruh, sedangkan Eunwoo diam menonton pertunjukkan yang ada. Jarang-jarang melihat drama secara langsung.

“Jungkook-ssi.”

“Diam, kamu tidak usah bicara, berisik sekali.”

Kejam, Eunha bahkan tidak bicara sejak awal. Kenapa Jungkook selalu berkata sinis seperti preman?

Melihat sikap kasar Jungkook mau tak mau membuat Taehyung kesal sendiri. Tangan dia terulur menarik daun telinga Jungkook. Melotot nyalang seolah menyalahkan sikap kasar pemuda tersebut.

“Bicara yang baik pada temanmu, terlebih dia perempuan bodoh!”

“Hyung~”

Taehyung gemas, ingin sekali memukul kepala Jungkook tapi tidak mungkin.

“Sudahlah, aku mau istirahat. Kalian lanjutkan saja tugasnya.”

Dia memilih mengalah, pergi dari sana daripada membuat suasana semakin tak karuan. Mengabaikan wajah memelas Jungkook yang sudah terlihat menyedihkan seperti anak anjing terlantar.

Blam!

Pintu kamar tertutup rapat, sengaja mengunci takut-takut kalau Jungkook menyelinap masuk tanpa izin.

Drtt!

‘Hyung, kamu belum menjawab pertanyaanku tadi. Aku butuh jawaban!’

Pesan singkat yang Jungkook kirim entah kenapa membuat Taehyung gusar. Hati dia tak menentu, memilih untuk tak membalas dan melempar ponsel tadi ke pojokan kasur.

.

.

.

Taehyung tidak tahu berapa lama dia tidur, seluruh otot tubuh terasa kaku, sedikit menguap sembari meregangkan lengan sekaligus punggung yang kaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyung tidak tahu berapa lama dia tidur, seluruh otot tubuh terasa kaku, sedikit menguap sembari meregangkan lengan sekaligus punggung yang kaku.

“Sepertinya mereka sudah selesai.”

Kaki dia beranjak turun, membuka kunci kamar dan melangkah ke arah ruang tamu. Sepi, setidaknya itu yang ada di dalam benak Taehyung.

Kepala dia menoleh kesana-kemari, berjengit kaget kala ada tangan yang melingkari bahu tiba-tiba. “Hyung, kenapa kamarnya kamu kunci?”

Suara memelas Jungkook sedikit banyak membuat hati Taehyung berdesir hebat. Ia berdeham, menatap sekitar sebelum berbalik menghadap Jungkook.

“Bagaimana tugasmu?”

“Sudah selesai.”

“Oh.”

Bingung, Taehyung tidak tahu harus berkata apa. Niat hati ingin pergi tapi tertahan, Jungkook kembali memeluk dan menyusupkan kepala di ceruk leher si manis.

“Hyung, aku menyukaimu.”

“... Jungkook-ah.”

“Tidak usah bilang apapun, hyung hanya perlu menjawab saat sudah menyukaiku. Aku tidak suka mendengar penolakan.”

Perkataan Jungkook entah kenapa membuat Taehyung merasa sedikit tidak nyaman. Mata dia meredup, balas memeluk Jungkook dan mengusap punggung lebar lembut.

“Jangan manja.”

“Aku hanya manja padamu.”

Menggelikan tapi Taehyung tidak bisa menahan senyumannya.

“Mereka sudah pulang?”

“Hm.

Kaki dia agak pegal, mereka berpelukan cukup lama kalau dipikir-pikir. Wajah Taehyung sedikit panas, memalingkan pandangan canggung dan duduk di atas sofa.

“Hyung, kekasihmu itu.”

“Jennie?”

“Ya, apa kamu sangat menyukainya?”

Mata hazel Taehyung mengerjap sesaat, ingin menjawab tapi ujung lidah terasa kelu tanpa tahu harus mengucapkan apa.

“Kalau hyung sangat menyukainya lalu kenapa kamu diam saja saat aku menyentuhmu?”

Kenapa?

Taehyung sendiri tidak tahu, kenapa dia diam saja saya Jungkook menyentuh? Kenapa dia menikmati sentuhan pemuda ini? Kenapa Taehyung tidak bisa menolak walau hanya sebentar?

“Hyung, kalau aku benar-benar mempunyai kekasih apa kamu tidak apa-apa?”

Apa dia tidak apa-apa? Apa Taehyung akan merasa baik saat Jungkook sudah punya kekasih? Taehyung bingung tapi ada rasa sesak sekaligus tak rela saat memikirkan kemungkinan tersebut.

“... Jungkook-ah, bisa cium aku sekali lagi?”

Kalimat itu terucap tanpa dia sadari, Taehyung termangu, ingin menarik kembali kata-kata tapi terlambat. Pemuda bersurai hitam arang sudah menarik tengkuk Taehyung lebih dulu. Mencium dan mengulum bibir lembut dengan tak sabar.

Taehyung melenguh, menutup mata dan balas mencium Jungkook. Kedua lengan dia melingkar pada leher yang lebih muda.

Membuka mulut secara sukarela dan membiarkan lidah Jungkook berjelajah lebih dalam.

Jantung Taehyung berdegup kencang, setiap inci tubuh lemas luar biasa. Sedikit menggeliat tak nyaman ketika tangan Jungkook mengusap garis punggung ringan. Memberikan afeksi menggelikan yang mampu membuat dia gemetar karena malu.

“H-hah.”

Nafas Taehyung terengah, sedikit menunduk untuk menutupi rona merah yang menjalar menghiasi pipi. Jungkook terkekeh kecil, menyandarkan dahi keduanya dan menatap intens semburat merah di wajah si kakak.

“Bisakah aku menganggapnya sebagai jawaban?”

Pikiran Taehyung berputar kembali, balas menatap mata hitam Jungkook. Tidak ada kata, tapi mata hazel jernih seolah berbicara dengan jelas.

“Aku akan menunggu, aku akan menunggu sampai kamu menjadi milikku sepenuhnya. Janji tidak akan pergi, oke? Kamu hanya milikku mulai sekarang.”

“... Ya.”

.

.

.

Jennie menyukai Taehyung tapi akhir-akhir dia merasa, pria itu sedikit menjauh. Jarang menghubung jarang pula mengirim pesan bahkan dia jarang menemuinya secara langsung.

Ada yang berbeda, tidak seperti dulu.

Grep!

“Ayo masuk, di luar dingin.” Jennie menghela napas, melepaskan pelukan erat di pinggang dan menatap tajam pria dengan surai hitam tersebut untuk waktu yang cukup lama.

“Apa aku bisa pergi sekarang?”

“Tidak, kamu harus menemaniku. Lupa dengan janjimu sendiri, huh?”

“Kai—”

“Apa kamu sudah tidak menyukaiku? Apa sekarang kamu benar-benar jatuh cinta pada Kim Taehyung?”

Bibir Jennie terkatup rapat, wajah dia datar tanpa ekspresi berarti.

“Jennie-ah, kembali padaku jadi kekasihku lagi.”

Bad Bunny | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang