Hari pertama di sekolah terkesan biasa saja bagi Jeon Jungkook.
Masuk, mendapatkan teman dan pulang. Benar-benar flat sekali hidup di dunia bernama bumi. Tangan kanan dia sedikit terangkat, bermaksud melihat jam yang terpasang di pergelangan tangan.
16.30 kst.
Seharusnya Taehyung sudah datang. Bukankah dia sendiri yang meminta Jungkook menunggu?
Tap!
"Jungkook-ssi, sedang menunggu jemputan?"
Jungkook menoleh saat merasakan bahu lebar di tepuk dengan ringan. Pemuda itu memasukkan kedua tangan pada saku disertai netra kelam yang sedikit menyelisik; memandang dari atas hingga bawah. Seolah memindai gadis asing di depan lamat-lamat.
"Kamu?"
"Jung Eunha, teman sekelasmu."
"Oh." Jawaban singkat Jungkook seolah menjadi pembatas bagi mereka berdua atau mungkin bagi Eunha untuk berbincang lebih lanjut.
Walau begitu tidak ada raut kesal di wajah si gadis, sebab dia berjalan dan berdiri di samping Jungkook penuh rasa semangat. Sebuah senyuman manis terlukis lebar sembari bersandar pada besi gerbang.
"Sudah lama menunggu?"
"Hm." sahut Jungkook datar, menatap lurus jalanan di depan mata sana. Berharap mobil hitam milik Taehyung segera hadir secepat mungkin.
"Jungkook-ssi"
Titt! Titt!
Mobil hitam yang diharapkan Jungkook berhenti tak jauh dari tempat ia berada. Jungkook menahan kedutan di sudut bibir tampak memikirkan sesuatu lalu menoleh pada Eunha dan menepuk kepala bertubuh pendek pelan.
"Aku pulang lebih dulu ne, Eunha-ssi."
Bingung,
Terkejut.
Eunha total seperti patung yang tak bisa bergerak. Nafas dia tercekat seketika, seluruh wajah mungil memerah dengan mata mengerjap lucu.
Apa Jungkook baru saja menepuk kepalanya?
Ini, terlalu mengejutkan. Sungguh, amat sangat berbeda ketika dia mengajak bicara pertama kali.
"J-jungkook-ssi."
Jungkook menahan tangan yang hampir membuka pintu. Membuat Kim Taehyung yang ada di dalam sana mendengus lirih karena rasa tak sabar. Sontak yang lebih tua segera keluar dari dalam mobil dan berdiri di luar pintu.
"Masuk, aku sedang sibuk!" dia berujar sinis.
Sedangkan Jeon Jungkook hanya tersenyum tipis dan menatap gurat kekesalan Taehyung dengan pendar puas.
.
.
.
Lagi, suasana di dalam mobil kembali hening seperti tadi pagi. Jungkook menghela nafas panjang, menarik dasi hingga terlepas agar tidak mencekik kewarasan.
Yah, pakaian Jungkook kembali rapih sebelum bertemu Taehyung. Memastikan pria bermarga Kim ini tidak tahu kelakukan asli diluar karakter polos.
"Taehyung-hyung, maaf."
Wajah Taehyung masih datar dan Jungkook tidak suka atas suasana sunyi senyap. Tentu saja, seharusnya dia tahu perasaan Taehyung sangat sensitif terlebih menyangkut sesuatu yang bersifat privasi. Kim Taehyung tidak pernah dan tidak mungkin mengatakan dunia dia tanpa alasan kuat. Terlebih pada seseorang yang Taehyung anggap tidak terlalu penting.
Sial!
Memikirkan kata barusan hanya akan membuat dada Jungkook bergemuruh tak nyaman.
"Lupakan, aku juga terlalu berlebihan." Ujar Taehyung ragu, ada nada canggung di dalam sana. Antara malu atau mungkin gengsi.
Jungkook terkekeh kecil sebelum memasang kembali wajah polos tak bersalah yang sanggup meluluhkan hati seorang Kim Taehyung. Dia tahu, pemuda ini sangat lemah dengan sesuatu yang menggemaskan dan imut.
Oleh karena, Jungkook rela melakukan tindakan lunak tanpa rasa malu.
"Hyung-ie untuk makan malam nanti, mau aku buatkan soup?" Netra hitam Jungkook bisa melihat wajah hangat Taehyung terpatri indah. Tidak ada lagi ekspresi dingin yang dia benci. Ah, ini lebih baik.
Taehyung-hyung sungguh hangat dan lembut.
"Tentu, kita masak bersama."
.
.
.
Selepas makan malam, Jungkook mengajak kakak sepupu agar menonton film bersama. Bukan film romance atau comedy tapi horror. Klise, memang.
Sengaja, dia ingin mencari perhatian.
"Hyung tidak takut, 'kan?" Jungkook menarik selimut putih yang dia bawa dari kamar hingga batas pinggang. Mereka menonton di ruang tengah. Duduk berdua di atas sofa dengan berbagai camilan ringan yang sudah Jeongguk siapkan.
"Tidak." Jawaban singkat Taehyung terdengar yakin dan pasti.
Ck, bakat akting Taehyung memang patut diacungi jempol. Jujur saja, Jungkook sudah tahu bahwa Taehyung takut dengan hal-hal berbau horror.
Sejak kecil, dia paham hal rinci tersebut dan juga Jungkook tahu, Taehyung akan selalu bersikap teguh seolah tak pernah gentar dengan hal-hal berbau mistis.
"Hyung lihat hantunya, tidak seram sama sekali." Tunjuk Jungkook cemberut, menarik wajah Taehyung agar melihat lurus ke arah televisi.
Taehyung menggeliat gusar, berusaha bersikap tenang dan mengangguk seolah menyetujui perkataan Jungkook. Walau wajah dia sendiri sudah pucat pasi di iringi keringat dingin yang mengucur dari dahi hingga sepanjang garis leher.
Huh, dasar pembohong ulung.
"Jungkook-ah ini sudah malam, ayo tidur."
"Tidak mau, aku masih mau menonton. Hyung, kamu tidak ada kelas, 'kan besok?"
Taehyung tidak bisa mengelak, dia memang sempat bilang pada Jungkook kalau besok tidak ada kelas yang harus dihadiri.
"J-jungkook-ah."
"Takut ya?" Sela Jungkook jenaka, menarik tangan Taehyung hingga tubuh yang lebih tua bersandar pada bahu nyaman. "Kamu takut, 'kan? Aku tahu, kita sudah saling mengenal lama."
Kening Taehyung berkerut dalam dengan mata memincing. Jelas, berusaha menjauh dari Jungkook yang tengah menggoda Taehyung bak anak kecil. "Yang benar saja, aku bukan anak kecil lagi. Aku lebih tua darimu Jungkook-ah."
Tidak ada balasan dari Jungkook sebab sepasang mata gelap hanya diam menatap dengan senyuman manis. Total buat Taehyung kikuk dan memalingkan wajah ke arah manapun.
"Hyung-ie, mau tidur denganku tidak?"
Taehyung berani bersumpah bahwa Jungkook sudah mengatakan kalimat tadi dengan wajah normal, tapi kenapa jantung dia justru bertalu kelewat cepat dihiasi pipi memanas lucu?
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Bunny | KV ✓
FanfictionTadinya Kim Taehyung hanya berniat mengurus adik sepupunya yang manis dan menggemaskan. Tapi kenapa sekarang bayi kelincinya berubah menjadi serigala yang menyeramkan?! "Hyung, mau tidur denganku tidak?"