6

15.8K 1.4K 8
                                    

Wajah Taehyung benar-benar terasa panas, pikiran dia sudah melayang pada ranah berbahaya tanpa bisa dicegah. Ini memalukan tapi juga membingungkan. Bagaimana bisa dia memikirkan hal aneh menyesatkan?

Astaga, demi tuhan apa yang ada di kepalamu Kim Taehyung?

“Hyung, kamu tidak apa-apa? Wajahmu merah.”

Taehyung menggeleng panik, berdeham sekilas lalu memasang raut datar sebaik mungkin. Ah sial, dia pasti sudah gila karena terlalu lelah seharian penuh.

“Gwencahana, ini sudah malam. Ayo tidur.”

“Denganku?”

Kelopak mata Taehyung mengerjap lagi, kemudian mengangguk kaku dan berjalan lebih dulu ke arah kamar. “Cepatlah, aku sudah mengantuk.”

Jungkook terkekeh gemas, menatap lekat-lekat saat pintu kamar ditutup sedikit kasar hingga terdengar bunyi nyaring oleh tingkah aneh Kim Taehyung.

Ah, menggemaskan.

Tidakkah Taehyung sadar kalau sikap dia itu sangat menggemaskan?

Menyugar poni depan hingga berantakan, Jungkook segera membereskan sisa makanan mereka dan mematikan televisi sebelum ikut masuk ke dalam kamar kakak sepupunya.

Senyuman dia terulas sempurna, lantas menatap punggung sempit Taehyung yang di tutupi kain tebal sebelum merangkak naik dan ikut masuk ke dalam selimut. Satu tangan Jungkook terulur melingkari perut rata Taehyung.

Wajah dia tenggelam diantara ceruk leher yang lebih tua dan menghela nafas singkat sembari memejamkan mata jenuh. “Hyung, selamat malam.”

“...malam.”

Gila,

Taehyung rasa kewarasan dia harus mulai di pertanyakan. Kenapa Kim Taehyung baru sadar kalau sepupu kecil lucu sudah tumbuh begitu dewasa. Lihat saja tangan kekar yang melingkari perut ratanya.

Dulu, tangan dia tidak seperti ini. Halus dan lembut tanpa urat menonjol. Tidak ada otot keras yang menghiasi. Ramping seperti remaja pada umumnya. Benar-benar berbanding terbalik dengan sekarang.

Jika dibandingkan dengan tangan ia sendiri, entah kenapa Taehyung merasa minder sekaligus malu. Berbeda jauh.

Jungkook, sepupu kecil manis nan lugu.

Sejak kapan tumbuh dewasa?

“Kelinci kecil sudah besar.” gumam Taehyung lirih nyaris berbisik kemudian berbalik menghadap Jungkook dan balas memeluk hangat.

“Cepat cari kekasih dan jangan bergantung padaku terus.”

.

.

.

Taehyung menarik tas hitam Jungkook kesal, memaksa dia agar turun mobil secepat mungkin, saat ini juga. Ayolah, bel sekolah sudah berbunyi dan bocah manja Jeon Jungkook enggan turun dari mobil sedari tadi.

“Turun Jungkook-ah, jangan buat kesabaranku habis!”

“Tidak, hyung harus berjanji padaku dulu. Pulang sekolah kita pergi jalan-jalan. Tidak ada penolakan.”

Wah, sulit dipercaya. Bocah ini benar-benar merepotkan.

“Aku sudah ada janji dengan seseorang, jangan bercanda dan cepat turun!” titah Taehyung tegas seraya menekuk alis dalam-dalam disertai kilat tajam yang terasa menyeramkan.

Tapi Jungkook tidak gentar, pemuda itu justru ikut menekuk wajah dan memasang raut nelangsa bagai anak kucing akan dibuang. “Hyung lebih sayang orang lain dibandingkan aku?”

Ya Tuhan!

Napas Taehyung sudah tersedat menghadapi tingkah laku sang adik sepupu. Menggeram rendah dan mengacak-acak rambut dengan jengkel sebelum berujar; mengucapkan satu hal.

“Dia kekasihku, bukan orang lain. Cepat turun.”

Ada perubahan pada wajah Jungkook, mata bulat dia menggelap dengan tangan terkepal gusar.

Kekasih, eh? Yang benar saja.

“Perempuan?” bertanya datar, ia tatap telak netra hazel Taehyung.

“Tentu saja, memang kamu pikir aku akan berkencan dengan laki-laki?”

Tidak lucu. Akan Jungkook pastikan kakak sepupu nya ini menarik ucapan dia suatu saat nanti.

“Yasudah aku dengan ikut hyung saja, mudah, 'kan?”

“Apa kamu tahu arti kata kencan? Jangan ganggu hari baikku dan turun sekarang juga!”

Jungkook mengalah, turun dari mobil dan berdiri dihadapan Taehyung hingga menyamakan tinggi badan mereka. Menyeringai kecil saat melihat raut kesal di paras rupawan tersebut.

“Aku tunggu disini sepulang sekolah, kalau tidak datang, aku jamin hyung akan menyesal setelah menolak.”

Sialan, sejak kapan dia pandai mengancam.

Dan apa-apaan ini, kenapa tinggi mereka setara padahal jelas-jelas ada selisih 3 tahun diantara keduanya?

“Yeah, terserah kamu saja dan belajar dengan benar. Aku tidak mau disalahkan orang tuamu kalau ada masalah.”

Bad Bunny | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang