8

14.7K 1.4K 17
                                    

30 menit,

Jungkook berdiri menunggu Taehyung yang tak kunjung terlihat sedikitpun. Tubuh dia menyandar pada gerbang, menendang kerikil-kerikil kecil tanpa minat dengan umpatan samar yang keluar dati belah bibir sesekali. Langit biru total hilang tertutup awan gelap.

Sebentar lagi akan hujan.

Ah, tidak juga, sebenarnya sudah hujan. Perlahan, setitik demi setitik.

Mata gelap Jungkook meredup pilu, menekan rasa sesak di dalam dada yang hadir tanpa diminta.

Taehyung, tidak datang?

Apa kekasih dia lebih penting?

Apa mereka pergi kencan?

Apa Taehyung tidak ingat Jungkook sedikit saja?

Hampir 1 jam,

Kedua kaki panjang masih kokoh berdiri sedangkan hujan semakin deras membasahi bumi. Sekujur tubuh Jungkook menggigil kecil disertai tangan gemetar samar.

“Sialan, dingin sekali.”

Kalau terus begini, bisa-bisa dia mati kedinginan tapi Jungkook tidak mau berteduh. Biar saja, dia ingin Taehyung merasa bersalah dan meminta maaf setelah ini.

Pandangan Jungkook sedikit buram, isi kepala berdenyut nyeri bersamaan hela nafas berat. Si kejam itu benar-benar tidak akan datang?

“Hyung, dingin.”

.

.

.

Taehyung mengusap wajah kasar berulang kali, sedikit banyak merasa bersalah dengan sikap keras kepala sendiri. Mata dia berpendar samar, lantas mengambil kunci mobil dan berlari dengan langkah tergesa-gesa.

“Aish, bocah sialan. Benar-benar merepotkan.”

Mobil hitam milik pemuda bermarga Kim itu membelah jalanan dengan kecepatan penuh.

Khawatir? Jelas.

Takut? Jangan ditanya.

Merasa bersalah? Taehyung bahkan hampir gila memikirkan semua omong kosong belaka.

Sepanjang jalan baik pikiran maupun hati Taehyung tak pernah bisa tenang brang sedetik. 10 menit bahkan terasa seperti bertahun-tahun untuk Taehyung, sedikit lagi.

Tunggu sebentar.

Taehyung menggeram rendah, mata dia membulat tak percaya saat siluet tubuh tegap Jungkook tampak berdiri teguh dalam kondisi basah kuyup dari kejauhan.

Apa otaknya sudah rusak? Bagiamana bisa dia berdiri di tengah hujan seperti orang gila?

“Idiot!” Taehyung memaki kasar dan menarik tangan Jungkook dengan sentakan keras. “Apa kamu sudah gila?! Berapa lama kamu berdiri disini?”

Wajah pucat Jungkook mau tak mau membuat amarah Taehyung sedikit memudar. Tubuh pihak berlawanan ikut basah terkena air hujan, jelas tidak membawa payung sama sekali.

Ah, lupakan saja. Bahkan dia tidak ingat tentang benda pelindung murahan karena bayang-bayang bocah manja berpredikat sepupu.

“H-hyung kamu datang?”

“Bodoh, ayo masuk ke mobil.” suara Taehyung melembut selagi mengusap wajah tampan Jungkook dengan tangan gemetar.

“Aku menunggu hyung, aku kira kamu tidak akan datang. Hyung masih peduli padaku, 'kan?”

“Bicara apa kamu ini?! Tentu saja aku peduli, kamu adikku.”

Tidak, bukan adik.

Walaupun Jungkook senang mendengar pengakuan indah tapi kata ‘adik’ barusan tidak pernah bisa membuat Jungkook merasa nyaman. Mata dia menyipit tajam dan menarik tangan Taehyung sebelum memeluk kelewat erat.

“Hyung habis pergi kencan dan melupakan aku?”

Taehyung diam, memukul punggung Jungkook gemas dan melepaskan pelukan erat mereka secara paksa. “Siapa yang kencan? Aku—!”

“Lalu kenapa tidak datang?! Apa hyung sudah tidak peduli padaku?!”

Demi Tuhan, bukan begitu.

Taehyung ingin bicara tapi otak panas dia terasa buntu. Mana mungkin Taehyung bilang, tidak bisa datang hanya karena merasa tak tahan dengan perubahan signifikan Jungkook?

“Ayo masuk mobil, kamu bisa sakit.”

Jungkook mengalah, memilih mengikuti perkataan Taehyung dan masuk ke dalam mobil tanpa banyak bicara.

“Jungkook-ah, maaf.”

.

.

.

Benar saja, suhu tubuh pemuda itu naik hingga titik dimana mampu membuat Taehyung kelabakan karena rasa cemas. Terlebih Jungkook tidak mau bicara padanya sejak tadi.

“Jungkook-ah, ayo makan bubur dulu. Jangan buat aku cemas.”

Tidak ada jawaban, Jungkook masih sibuk berbaring memunggungi Taehyung yang duduk disisi ranjang. “Jungkook.”

“Pergi, aku mengantuk.”

Bedebah, si bocah sangat merepotkan dan manja.

“Berbalik menghadapku Jeon Jungkook. Apa kamu marah?!” Yang lebih muda tidak menjawab, hanya berdecak sinis dan menutupi sebagian tubuh menggunakan selimut tebal. Masih menolak bicara dengan Taehyung.

“Jungkook!”

“Berisik.”

Wah, keketerlaluan.

Taehyung sungguh hampir gila menghadapi sikap kurang ajar yang semakin menjadi-jadi bagai kelinci liar.

“Yasudah, terserah kamu saja. Aku tidak peduli.”

Aura suram Jungkook menguar kuat, berbalik dengan cepat dan menarik pergelangan tangan Taehyung sebelum membanting tubuh kurus itu di bawah kuasa seiring tulang rahang mengeras kaku sebab menahan marah.

“Hyung, aku marah tahu!” Jungkook mendesis dingin sembari menekan kedua tangan Taehyung yang memberontak tanda geram.

“Jungkook, menyingkir dari tubuhku!”

“Tidak.”

“Jeon Jungkook!”

“Hyung, aku menyukaimu.”

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bad Bunny | KV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang