“Dia melirikmu terus.” bisik Yugyeom sembari menunjuk gadis bersurai hitam yang tengah duduk di bangku ketiga arah kanan.
Jung Eunha.
Gadis manis yang menyapa kemarin.
“Kamu pikir aku peduli?” sahutan sinis Jungkook mengundang kekehan geli dari mulut Mingyu dan Eunwoo. Menyikut lengan pemuda jangkung itu, Mingyu berujar dengan nada jenaka.
“Jungkook kita tidak suka gadis lembut seperti Eunha, dia lebih suka tipe liar yang selalu membangkang seperti Lalisa.”
Mata hitam yang sedang di bicarakan berotasi malas, mengabaikan ocehan tidak penting ketiga manusia berisik. Fokus dia masih berkeliaran pada pembicaraan tadi pagi dengan Taehyung perihal kekasih.
‘Huh, kekasih? Kita lihat saja nanti.’ Jungkook mencibir dalam hati.
Merasa gatal ingin menghajar sesuatu untuk melampiaskan amarah membara.
“Aku rasa tipe Jeon Jungkook bukan keduanya. Kalau diperhatikan lagi, dia ini lebih suka seseorang dengan penampilan dingin di luar tapi hangat di dalam—”
Nyaris, Jungkook tersedak ludah sendiri karena pernyataan sepihak Cha Eunwoo. Hei, kalimat tadi sungguh menohok hati terdalam Jungkook, bung.
Eunwoo tersenyum tipis saat melihat reaksi kecil di wajah datar Jungkook. Lantas melanjutkan ucapan yang sempat tertunda sesaat dan merangkul bahu si surai arang tersebut dengan ringan.
“Dia ini suka tipe pasangan dewasa tapi juga manis pada saat yang bersamaan. Dan setahuku kamu juga pernah bilang kalau suka seseorang yang lebih tua darimu, 'kan Jungkook-ah?”
Tanpa sadar, Jungkook memincing penuh curiga dan waspada. Segera menepis tangan Eunwoo kasar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Senyuman Eunwoo tidak memudar, pemuda tampan sejagat sekolah menengah tinggi justru kembali merangkul Jungkook dan berbisik pada dia pelan.
“Aku melihat, kawan. Mengejutkan.”
.
.
.
Seharusnya tidak seperti ini, Taehyung lebih tua dan punya hak khusus untuk memerintah Jungkook tapi kenapa dia tidak bisa melawan saat mata hitam legam seperti langit malam menghujam telak.
Sialan!
Ada apa dengan nurani konyol Taehyung?
“Melamun ya?” Jennie menyandarkan kepala pada bahu tegap Taehyung. Mereka sedang ada di perpustakaan kota untuk mengerjakan tugas bersama.
Tapi sejak pagi, fokus pria ini seolah tertarik pada hal lain. Jennie cemas sekaligus bingung.
“Kalau ada masalah kamu bisa cerita padaku.” tangan dia terangkat untuk mengusap surai gadis bermata indah. Ukir senyuman tipis sembari menepuk pucuk kepala Jennie berkali-kali. “Tidak ada apa-apa, mau makan? Kita sudah seharian disini.”
“Tentu, kebetulan cacingku sudah demo sejak tadi.”
.
.
.
Waktu bergulir terlalu lama bagi Jungkook. Tangan kanan dia menopang dagu sembari menatap kosong pada pemandangan di luar jendela yang terasa membosankan. Tidak ada hal menarik, ia jadi rindu Taehyung.
Kringgg!
“Jangan lupa kerjakan tugas IV Bab. 2 di buku paket. Minggu depan di kumpulkan, paham?”
“PAHAM.”
Seluruh kelas menyahut pertanyaan Kang-Ssaem kecuali Jungkook yang masih nyaman dengan pikiran melanglang buana sendiri. Menghela nafas sejenak sebelum membereskan buku-buku dan bersiap untuk pulang.
Menunggu macan manis datang.
“Jungkook-ah ikut tidak?” Eunwoo menghampiri meja Jungkook, berdiri di samping bangku kayu seraya tersenyum kelewat indah bagi para gadis. Yugyeom dan Mingyu menyusul tak lama kemudian, ikut berdiri di dekat Eunwoo.
Menatap penuh harap pada Jungkook.
“Ayo ikut, kita main game di rumahku.” ajak Mingyu dengan nada menghasut yang sangat kentara.
Hei, dia ingin berteman dekat dengan murid baru ini, omong-omong.
“Tidak bisa, aku ada janji lain.”
“Janji? Woah, kamu mau kencan?” timpal Yugyeom Jenaka, meninju bahu Jungkook main-main dan menyeringai terlampau tipis. Mingyu tertawa meledek, pun menarik bahu Jungkook untuk di rangkul dan mengacak-acak surai hitam dia ringan.
“Siapa pacarmu? Cantik tidak atau manis?”
“Kamu meremehkan pilihanku?”
Taehyung tidak hanya cantik atau manis bagi Jungkook. Dia sempurna. Pahatan Tuhan paling indah yang pernah ada. Miliknya, akan selalu indah tanpa cacat. Hanya milik Jungkook.
‘Kamu hanya bisa menjadi milikku, hyung. Milik Jeon Jungkook seorang.’
.
.
.
“Tae, kencan hari ini, aku rasa harus batal.”
“Kenapa?” Taehyung menyelipkan anak rambut di belakang telinga Jennie. Tersenyum tipis dengan sorot hangat. “Ada masalah ya?”
“Halmeoni masuk rumah sakit lagi, Tidak ada yang menjaga.”
Sedikit, Taehyung merasa enggan. Dia masih ingat perkataan Jungkook yang ingin pergi berdua dengannya. Entahlah, perasaan Taehyung mulai gusar. Tidak ada alasan jelas. Taehyung entah kapan menumbuhkan bidang ketakutan pada Jungkook.
Bukan dalam artian buruk, lebih pada hal lain. Pemuda itu tanpa di sadari sudah beranjak menjadi sosok dewasa. Selalu menekan mental Taehyung dengan aura dominan yang terlampau kentara, sesekali.
Kelinci manis lugu benar-benar tumbuh terlalu cepat
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Bunny | KV ✓
FanfictionTadinya Kim Taehyung hanya berniat mengurus adik sepupunya yang manis dan menggemaskan. Tapi kenapa sekarang bayi kelincinya berubah menjadi serigala yang menyeramkan?! "Hyung, mau tidur denganku tidak?"