aku dan malam yang mendiam
hari ini kembali mentari berseri
lalu senja memakannya sambil lari
bulanku tampak dalam layar hitam
aku dan rembulan duduk bersandingan
bersila diatas dipan yang panjang
berkisah tuan tak muncul dalam kesekian
lalu sesekali menyesap kopi malam
aku dan tuan kembali berperan
dalam kisah bersama rembulan
aku dan tuan kembali berjalan
ditengah rimbun pepohonan
aku dan malam kian berteman
bersama diam dan kesepian
tiada rembulan dan gemintang
hanya aku dan bentang langit malam
aku kian tertunduk dalam diam
tuanku hilang ditengah cerita berjalan
aku hilang dengan kesepian
kini benar aku sendirian
aku dan rembulan tak lagi duduk berdampingan
katanya dia ingin pulang sekarang
ibu bulan memanggilnya untuk sarapan
lalu disuruhnya mandi sendirian
aku kini berkisah tentang embun yang datang
berbondong bersama rombongan seperanakannya
mereka tiba tiba diam seakan berdoa sebelum makan
lalu satu dua embun hilang juga
jatuh ditelan debu kering dipelataran
tuan mungkin seperti itu kehidupan
aku dan selalu bersama diam
menunggu ragamu pulang membawa oleh oleh perjalanan
aku menunggu tuan pulang didepan dipan
secangkir kopi telah disiapkan
ikut berhembus menanti tuan pulang
aku dan rindu yang terus mengekor
kesana kemari ikut sibuk menyambut tuan
lalu dia tertidur kelelahan setelah bolak balik berjalan
lalu malam ini tuan pulang
berjalan bayangan tuan ditengah temaram rembulan
sendiri dengan tangan membawa sekotak senyuman
tuan pulang bersama rasa lelah yang tercecer dijalan
cintaku adalah tuan
sampai kapan jika tuan bertanya
sampai mati datang bersama kereta rombongan
aku bukan berlebihan
hidupku adalah tuan
maka jangan menghilang dalam perjalanan
temani aku sampai penghujung jalan
sampai bertemu entah apa cerita tuhan
segalanya adalah tuan
nafas yang keluar dalam tubuh ringkih ini
jalan yang tiap malam kutanjaki
gerak jantungku sampai mati
hanya untuk tuan
ayahku adalah tuan
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
RandomUntuk kamu yang merasakan banyak rasa aneh saat menjadi manusia