Tuhan benar sayang, saya sendirian. Tak perlu lagi berusaha mencari teman, toh bagian akhir cerita sudah ketahuan. Saya dan tuan akan berjalan sendirian.
Kemaren saya pernah bersandar, nyaman dan hangat terasakan. Seperti berjalan di tanah yang tenang, lurus, dan padat. Saya pernah menyerahkan rasa saya pada tuan. Saya pernah benar benar melemaskan kaki saya, menghilangkan pondasi saya sendiri dengan tuan. Pikir saya, saya akan istirahat sebentar.
Tapi Tuhan benar, saya hanya sendirian. Lalu tuan hilang. Sandaran saya hilang, tuan. Pijakan saya goyang, tuan. Pondasi saya sudah saya runtuhkan kemaren, padahal berapa tahun sudah saya pertahankan?
Tuhan benar, saya hanya sendirian. Sia sia saya memahami tuan. Sia sia waktu saya untuk tuan. Sia sia semuanya untuk raga saya. Hancur sudah yang saya sembunyikan.
Saya mengakui pada Tuhan saat kita berduaan. Sekejab itu saja waktunya tidak saya sesali. Walaupun goyang sudah pijakan saya. Tapi hati saya menimpali, itu indah.
Tuhan benar, saya hanya sendirian. Katanya tiap orang ada masanya. Lalu siapa yang harus saya percaya? Tuhan saya atau yang katanya itu? Atau sama saja?
Maka benar saja saya lusa. Tak perlu ada jalan lagi untuk tuan. Saya tutup dengan beton, saya kasih penanda jalan. Dilarang stop disini.
![](https://img.wattpad.com/cover/169753643-288-k869786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
RandomUntuk kamu yang merasakan banyak rasa aneh saat menjadi manusia