Aku yang sekarang di kota orang
Pergi untuk kembali tidur di pangkuan bunda, pergi hanya untuk mencari pundi pundi ilmu di gedung berwarna putih gading.
Aku yang terduduk di depan sebuah ruang, untuk berperang dengan diriku sendiri.
Bermodalkan rasa malas yang kian bereproduksi, berkembang biak tak terkendali.
Hari ku di asing kadang memunculkan sebuah alegi, tentang bagaimana sebuah kata menjadi petunjuk mata.
Bukan aku yang tak mau ikut menjadi bagian, tapi datangnya diriku dengan keterbatasan.
Mata yang tak pernah nampak sebuah burung dengan baju kerasnya, menampung manusia dengan satu transit yang sama lalu bubar, mencari jalan hidupnya.
Tentang sekelompok gedung yang sedia membawa jutaan sel menuju langit malam.
Aku yang tertelan besi berjalan berhenti dipinggir jalan lalu dimuntahkan. Bingung akan bergerak ke tempat yang menjadi impian.
Kadang pikirku kian tak tau diri, aku yang kian lama kian meninggalkan diriku sendiri. Aku yang kian lama kian memalukan.
Harap seorang angkuh sepertiku, ingin menjadi seorang putri. Hidup bersama mimpi yang detik berikutnya selalu terjadi, tanpa pergerakan yang berarti.
Tapi diri bukan seorang raja yang pasti terpenuhi. Aku adalah seorang malas yang bermimpi terlalu tinggi.
Kemarin ucapku akan berperang sampai titik darah penghabisan, tapi baru akan mengangkat kaki saja sudah akan menyerah detik berikutnya.
Aku ingin menjadi seorang yang tak tau apa itu rehat, hanya tau bagaimana menjadi terhormat.
Apa daya, bahkan diriku sendiri tak mampu hanya untuk menggerakkan jari. Padahal ingin mengenggam bumi.
Apa aku akan berhenti dititik ini ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
LosoweUntuk kamu yang merasakan banyak rasa aneh saat menjadi manusia