Kadang tak jarang jarak antar pertemuan dipisahkan oleh suatu masa. Kadang justru dipisahkan oleh 'masa'-nya itu sendiri. Berbondong-bondong alur mengarungi arus, hilang ditelan kecantikanmu. Apa yang sebenarnya akan kamu sampaikan, tak jelas alur arusnya.
Kadang tak jarang mata selalu melirik membayangkan, punggung tegak itu berdiri di seberang. Membelakangi, lalu perlahan menoleh seakan diputar suatu lagu dibelakang. Indah bergerak bagai penari lapang. Terbayang kembali kaki nya yang jenjang berlarian kesana kemari. Kaki berotot nan legam terbakar matahari. Keringat menetes membasahi bajunya yang hampir terawang. Begitu basah sampai terlihat punggungnya yang ikut legam, tampak segores luka di ujung kanan badannya. Tapi tetap indah.
Kadang tak jarang senyumnya terbayang di balik pintu rumah. Ucapan salam dengan suaranya yang tebal. Menggema dalam ruangan, bahkan bergaung sampai telinga dan bergetar sampai ruas ruas terdalam. Langkah kaki nya pelan, seakan ingin tinggal. Tangannya menahan pintu seakan tak mau pulang. Rambutnya bagai aktor yang ikut dibayar, menari melambai menarik.
Kadang tak jarang, kenangan tercampur dengan bayang bayang semu yang tak mungkin jadi kenyataan. Kamu dengan hidupmu, aku dengan bayang bayangmu. Tapi itu indah. Tapi itu apakah kamu anggap menjijikkan? Kadang tak jarang, aku kian nyaman hidup dalam ingatan. Hidup dalam ilusi kemenangan, hidup dalam ruangan yang memenjarakan kamu seorang.
Kadang tak jarang kawan, ingin aku mengungkapkan, berdoa berharap kamu akan menerima dan bersukur dengan hal yang aku sampaikan. Berharap dalam keinginan terdalam tapi tak bisa ku katakan harapan yang benar benar ku harapkan, hanya saja aku memang berharap. Begitu adanya. Kamu dengan nyaman berkata, aku dengan lega berkata. Seakan menjadi ending yang paling mempesona, tak terlupa, dan tak dikira.
Kadang tak jarang, aku ingin kembali ke masa itu. Ingin ku kembalikan rasa itu. Ingin ku bawa pulang sampai masa ini. Ku bungkus rapat dan tak akan ku biarkan ia lepas besar besar, akan ku buang pelan pelan seakan kuncup bunga mekar menunggu gugurnya sekelopak sekelopak. Tetap tenang dalam keindahan yang pelan pelan.
Sekarang sudah sering, selalu bahkan. Akan kubiarkan ini hidup membusuk di dalam. Akan kubiarkan ia menemaniku sampai terhapus dan termakan oleh apapun yang bisa memakannya. Menunggu suatu penelitian tentang cara mematikannya diam diam, tanpa ada yang tau. Suatu operasi besar besaran. Lalu dengan senyum lega, akan ku ucapkan selamat tinggal. Tapi nanti, bukan sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Kamu
RandomUntuk kamu yang merasakan banyak rasa aneh saat menjadi manusia