Untuk Kamu

Yang resah

Mungkin aksaraku kini tentang dia yang sedang duduk dengan coklat panas mengepul dan sebuah layar didenggamannya.

Bolehkah aku sekedar memberi salam ? Tentang dia yang duduk mencari sebuah jarum dalam asanya. Mencari sebuih sabun dalam fana. Aku yang diam berdiri memandang ikan berteduh dari hujan yang lebat, lalu menoleh dan terlihat semut masuk dalam sarang banjirnya.

Dunia sekarang memang begitu, dipandang membuat resah, dibiarkan hati jadi gundah, akan bergerak pun raga tak kunjung merekah, hanya diam tak kuasa terasa menyerah.

Aksaraku kini tentang dia yang akan bergerak. Kuulangi, hanya akan. Ah, bukan tak mau. Dia sudah bicara padaku, pada awan dan sekumpulan hujan. Dia akan bergerak.

Tapi kawanku, awan, ku lihat dia tak kunjung menegak. Dia tak lekas bergerak. Apa yang terjadi ? Dia tak berucap padaku, pada hujan, bahkan awan. Mungkin dia malu. Mungkin.

Tapi yang ku tau, hatinya, pikirannya sudah menjelajah dalam alam mimpinya yang sedang bersemi, semu, namun sempit.

Aku tau kawan, kau ingin merubah, kau ingin keluar dari kotak semu buatanmu yang indah. Indah tapi tak nyata, hanya rekaan imajinasi yang buta.

Tak apa, pelan pelan. Mari ambil tanganku, genggamlah, yang erat, aku takut kau tak akan kuat. Ah, kau sangat berat ternyata. Kusuruh kau bergerak, ku tarik kau dengan kuat tenaga.

Tapi tak guna, kau tak mau beranjak. Aku menyerah. Pikirmu hanya bualan saja cukup untuk meraih buah ranum dalam dahan yang kokoh ? Hayal mu bintang kan datang dipangkuanmu jika kau panggil ? Mimpimu terlalu fana kawan.

Jika kau ingin buah ranum, ayo ku bantu kau naik. Tapi hanya sampai kau meraih batangnya saja. Aku pun ingin buah yang lain. Tak selamanya aku bersamamu. Lepas itu, terserah padamu mau turun untuk menyerah atau terus bergerak mencari pintu khayalmu agar terbuka. Itu terserah padamu.

Semoga berhasil, kawan. Aku disini juga sedang berjuang, mencari buah ranumku sendiri. Doakan aku, tak lupa aku kan doakan kamu. Kita bertemu dipenghujung jalan kemenangan.