Theo yang berjuang sekuat tenaga demi membelokkan garis takdir masa depan.
Luna yang berusaha berdiri kokoh di kehidupannya yang serba tidak aman.
Dan apa kau tahu?
Beberapa kisah justru tercipta di kala malam datang menjelang.
Ketika jarum jam ber...
Luna menyarankan untuk beristirahat sebentar di rest area terdekat.
Aku baru saja memarkirkan mobil saat tiba-tiba Luna terkesiap.
"Theo, tanganmu!"
Aku mengikuti arah pandangannya dan melihat sebuah luka goresan memanjang di lengan kananku dengan darah yang sudah mengering. Lenganku memang sempat tergores sesuatu ketika adegan kejar-kejaran di bawah hujan peluru tadi sore.
"Sudah tidak sakit. Dibilas air juga beres." Aku membuka pintu mobil. "Aku ke toilet sebenㅡ"
"Jangan!" Luna meraih lengan kiriku. Sepasang orbs berwarna cokelat itu menatapku dalam-dalam, seperti memohon. "Tetap di sini. Jangan ke mana-mana. Jangan ... tinggalkan aku."
Gadis itu tertunduk begitu selesai bicara. Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya. Kedua tangannya yang sedang menahan lengan kiriku terlihat gemetaran.
"Baiklah." Aku kembali menutup pintu mobil dan Luna pun menariknya tangannya kembali.
"Kau ... tahu caranya menyetir." Luna kembali memulai pembicaraan.
Entah kenapa semakin hari rasanya semakin berat untuk membohongi Luna.
"Luna," Aku berbicara lambat-lambat. "Sepertinya aku harus kembali ke rumah itu. Jamku di sana."
"Jamnya sebegitu penting, ya?"
Aku mengangguk. "Itu petunjukku untuk pulang."
Luna tidak mengatakan apa-apa untuk waktu yang cukup lama. Dan aku langsung kelabakan saat melihatnya menangis. Lagi.
Sebuah kesadaran menghampiriku dan aku langsung merutuki diriku yang sangat tidak peka.
"Aku tidak akan pulang secepat itu," tukasku cepat-cepat. Segera kuambil tangan kanannya dan kugenggam erat-erat. "Aku belum bisa meninggalkanmu."
Jantungku berdebar begitu keras, sampai-sampai aku takut Luna mendengarnya. Namun, aku merasa sudah mengatakan hal yang benar. Aku memang ingin pulang, tapi tiap kali berpikir harus meninggalkan Luna, entah kenapa rasanya aneh. Hatiku seolah menolak untuk meninggalkannya dalam kondisi sekacau ini.
Senyum dan tawanya ketika di taman bermain, aku ingin mengembalikan itu semua terlebih dahulu.
Aneh.
Pertama kalinya ada perasaan seperti ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.