16. Funeral

886 123 3
                                    

LUNA

Orang-orang berpakaian serba hitam itu beranjak pergi. Beberapa menepuk bahuku sambil lalu dan yang lainnya memelukku bergantian seraya mengungkapkan belasungkawa.

Orang tuamu sudah ada di tempat terbaik.

Kau tidak sendirian.

Jangan sungkan menemui kami kalau perlu sesuatu.

Kau sudah seperti keluarga sendiri.

Oh, omong kosong!

Untuk apa kalian bermulut manis di depanku?

Apa gunanya bersikap seolah kalian sungguhan peduli?

Kenapa tidak lepaskan saja topeng menjijikkan itu?

Aku tahu beberapa dari kalian sedang tertawa gembira dan berpesta-pora di atas peristiwa ini.

Ancaman sudah dilenyapkan. Tidak ada lagi yang mengetahui rencana busuk kalian. Posisi kalian tetap aman.

"Luna. Setelah ini, bisa kita bicara?"

Aku tidak merespon. Tatapanku masih terpaku pada dua nisan di depanku.

"Mamamu sempat meninggalkan pesan."

Dan kalimat itu akhirnya membuatku menoleh. Kudapati Imelda Asher memandangiku dengan sepasang matanya yang sembab. Khusus untuk wanita ini, aku mengulas senyum tipis.

Satu dari segelintir orang yang benar-benar terlihat tulus tanpa mesti berpura-pura.

"Baiklah."

Wanita paruh baya itu berlalu, meninggalkanku yang masih belum ada niat untuk beranjak.

"Luna." Theo yang sejak tadi diam di sebelahku, akhirnya bicara. "Ayo kembali."

Aku menggeleng. "Sebentar lagi."

Aku belum siap kembali ke rumah itu. Tidak akan pernah siap. Tempat itu tidak akan pernah sama setelah kepergian Papa dan Mama.

Theo tidak mengatakan apa pun, tapi tangan kanannya berhasil menemukan tangan kiriku dan menggenggamnya, seolah bilang 'ada aku di sini'.

"Terima kasih." Aku membalas genggamannya. "Untuk semuanya."

Rasa aneh. Aku baru mengenal Theo selama beberapa minggu, tapi aku merasa bisa mempercayakan semuanya dan menggantungkan hidupku padanya.

"Theo. Aku kesal dan marah. Aku sedih dan putus asa. Orang-orang yang membuat orang tuaku seperti ini ... aku tidak ingin mereka hidup tenang. Kenapa semua orang begitu kejam?"

Theo mempererat genggamannya.

"Aku ingin mereka menderita."

Perasaan asing ini perlahan menguasaiku.Tekadku sudah bulat.

"Pasti akan kubuat menderita."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] NightfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang