22. Revenge

846 121 10
                                    

LUNA

Theo melakukannya lagi.

Tiba-tiba terdiam dengan pandangan menerawang jauh dan kening berkerut seperti tengah berpikir keras. Matanya tertuju pada televisi yang menayangkan segmen wawancara dengan seorang mahasiswa.

"Kau mengenalnya?"

Ditanyai begitu, Theo terlihat gelagapan. Dia berusaha menghindari tatapanku sebelum akhirnya mengangguk.

Sekarang giliranku yang terdiam.

Perlahan Theo mulai mendapatkan ingatannya yang hilang. Bohong kalau aku bilang tidak takut. Pria itu seolah bisa menghilang kapan saja dan aku tidak suka itu.

Tidak bisakah Theo ada di dekatku selamanya?

"Dia seniorku di kampus, meskipun beda jurusan. Kalau mau, aku bisa mempertemukanmu dengannya."

Aku ingin merutuki diriku sendiri. Namun, melihat Theo yang tersenyum penuh rasa terima kasih seperti sekarang, sepertinya semua setimpal. Karena akhirnya aku sadar. Sebesar apa pun keinginanku untuk menahan Theo, aku tidak mau menjadi alasan dia terpisah dari keluarganya.

Telepon yang ada di samping televisi berdering. Alicia beranjak dari sofa dan mengangkatnya. Beberapa detik kemudian, gadis itu jatuh terduduk dengan telepon masih menempel di telinga. Isakan keras meluncur dari sela bibirnya.

Melihat itu, Arlo buru-buru mendekat dan mengambil alih telepon. Dia berbicara beberapa kata dan ekspresinya memucat.

Aku yang menyaksikan semua itu nyaris tidak bisa menyembunyikan senyuman.

"Ada apa?" Theo ikut mendekati dua bersaudara itu dengan panik.

"Papa mama ... kecelakaan...." Arlo menjawab terpatah. "... rem mobil blong ... masuk jurang dan ...."

Arlo tidak bisa melanjutkan perkataannya, sementara itu tangisan Alicia terdengar semakin memilukan. Theo tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengusap-usap punggung Arlo. Kusadari tatapan tajamnya tertuju ke arahku.

Oh, betapa mengagumkannya. Theo ternyata mengenalku dengan sangat baik.

Aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Tatapan Theo kubalas dengan senyum tipis. Hari ini, dua nama sudah berhasil kusingkirkan.

Bayangkan rasanya terjebak di antara dua pilihan.

Menyerah pada takdir dan tetap hidup dengan para pembunuh orang tuaku, atau membalaskan kematian mereka berdua dengan bayaran yang setimpal.

Dan pilihanku jatuh pada balas dendam.

Dan pilihanku jatuh pada balas dendam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[End] NightfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang