Jennie, gadis itu tidak tahu harus melakukan apa. Ia bingung, bagaimana cara menghentikan pernikahan atas paksaan ayahnya. Disisi lain, ia sangat takut dengan ayahnya, tapi juga tidak mau menikah dengan anak laki-laki gendut yang dulu ia temui. Maka hanya satu yang ia pikirkan, datang ke tempat para sahabatnya dan mengatasi semuanya. Seperti yang sudah-sudah. Ketiga sahabatnya selalu menyediakan punggung untuknya bersandar, memasang telinga untuk mendengar, dan mengulurkan tangan memberi bantuan. Lisa, Rosè, dan Jisoo; ketiganya adalah yang paling berharga.
Singkat cerita, ia sudah sampai di rumah salah satu sahabatnya, pun dua sahabatnya yang lain sudah di sana.
"Jennie!" Gadis berpinggang ramping dan bertubuh tinggi memeluknya, suaranya cempreng membuat yang lain menutup telinganya. Itu adalah Rosè.
"Hentikan, Rosè!" Lisa, yang paling muda menyela, lalu Jisoo yang paling tua di antara mereka berempat berpesan, "Setidaknya, biarkan Jennie duduk dulu, kalian ini."
Hanya kekehan yang terdengar dari dua gadis tinggi itu, Jennie pun duduk dan menatap mereka bertiga dengan tatapan serius. Samar-samar, ketiganya menangkap sorot Jennie yang meredup. Gadis itu mengambil napas sebentar, merasa berat untuk mengungkapkan. Ia memejam, dengan ekspresi geli segera memulai, "Kalian tahu? D—"
"Tidak Jane! Mana kita tahu jika kau belum memberi tahu,"
"Lisa, jangan menyela, bodoh!"
Lisa segera mengangguk dan menutup mulutnya dengan tangannya sendiri, "Baiklah, Jis. Aku akan menutup mulutku dan berhenti bicara." Meski cantik, kadang rasionalitasnya hilang entah kemana. Tanpa berpikir panjang menyela ucapan Jennie yang akan membawa mereka dalam pembicaraan serius.
"Oke," Jennie kembali memejam lalu melanjutkan kalimatnya, "Daddy akan menikahkanku dengan—"
"APA!?" lagi-lagi ucapan Jennie terpotong, kali ini bukan Lisa, namun si gadis bersuara cempreng alias Rosè. Didapat wajah Jennie berubah jelek. Gurat lelah semakin tercetak jelas di paras cantiknya. Baik ayah ataupun sahabatnya membuatnya kesal! Namun jika tidak ke sini, ia benar-benar tidak tahu apa yang akan ia perbuat untuk mengatasi masalahnya...
"Rosè..." Jisoo peka dengan ekspresi Jennie. Merasa prihatin atas sahabatnya. Ia memandang galak dua temannya yang memasang cengir bodoh saat ini, namun hanya bisa menggeleng setelahnya.
"Hehe, maaf Jisoo. Ayo lanjutkan, aku akan melakukan hal yang sama seperti Lisa!"
Jennie menghela napasnya, mencoba bersabar dan akhirnya berucap tanpa gangguan, "Daddy, dia tidak mau mengerti. Kalian percaya, aku akan dinikahkan dengan laki-laki gendut?! Tentu tidak mau! Aku tidak sudi!!!"
"What the hell! Tapi paman Jiyong tidak mungkin seperti itu, pasti calon suamimu adalah pria yang tampan."
Jennie memasang muka datar, "Kau sama seperti Seokjin saja, Jisoo. Sana kau saja yang menikah dengan kakakku! Kenapa juga pernikahanku yang direncanakan duluan. Aku tidak mau melangkahi kau dan kakakku, kau tahu."
"Yak!" Jisoo menyangkal namun rautnya malu-malu. Ada semburat merah di pipinya yang putih.
"Ahahahaha!" Lisa dan Rosè tertawa bersamaan, kini sudah kembali angkat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAIGHT? [TN]
FanfictionJennie terpaksa menikahi pria yang dipilih ayahnya. Namun pria itu sama sekali tidak memiliki minat terhadapnya, bahkan untuk sekedar melirik apalagi menyentuh. Ia tidak meragukan dirinya yang sempurna sehingga ketidakminatan sang suami mendorongnya...