Taehyung memutuskan untuk kembali dengan buru-buru. Berdalih atas nama pekerjaan penting yang mendesak, begitu berat untuk diabaikan. Jennie tidak melakukan protes, terpaksa menuruti suaminya yang terlihat tidak baik-baik saja. Ia berpikir jika terdapat masalah perusahaan yang begitu sulit untuk diatasi tanpa adanya kepengurusan Taehyung secara langsung. Mungkin masalah itu juga yang membuat Taehyung menjadi begitu dingin dengan tiba-tiba...Tentunya, pemikiran Jennie total salah. Kekhawatirannya juga hanya omong kosong bagi Taehyung. Pria itu sama sekali tidak merepotkan dirinya untuk urusan kantor sehingga rela tergesa-gesa kembali ke Korea. Alasan basi untuk menutupi kemarahan kekasihnya.
"Lupakan saja. Kau hanya tidak membalas pesanku, tidak perlu menjelaskan lagi karena fakta tidak akan berubah dengan penjelasanmu."
Jungkook berperan sebagai kekasih yang jengkel akibat pengabaian. Melihatnya membuat Somi bergidik geli. Ia merasa Jungkook terlalu totalitas dalam menampilkan dirinya sebagai kekasih yang posesif dan pencemburu. Namun tak ingin menghancurkan usahanya, Somi hanya diam-diam menyimak.
"Aku—"
"Sibuk bermain-main dengan istrimu, bukan?" Jungkook tidak membiarkan Taehyung menyelesaikan ucapannya. Ia mendengus kesal.
Melihat kekasihnya merajuk, Taehyung berinisiatif untuk mengikis jaraknya dengan pria itu. Sorot matanya yang dulu penuh puja untuk sang kekasih kini memudar, berganti dengan tatapan lembut biasa. "Aku tidak ingin berdebat denganmu." Taehyung mengusap pipinya dengan penuh perhatian. "Berhenti merasa kesal. Aku hanya milikmu seorang, oke?"
Tidak mendapat jawaban apa pun, Taehyung menghilangkan jarak di antara mulut mereka. Ia meraup bibir tipis Jungkook tanpa mempedulikan mata bulat yang membelalak sempurna.
Jungkook baru ingin meraih tengkuknya untuk membuat tautan semakin intens, namun belum sempat membalas lumatan Taehyung, pria itu lebih dulu membangun kembali jarak di antara mereka. "Tidak kah kau merindukanku, Sweets?"
Pria itu memandangnya penuh tuntut. Jungkook mengangguk seraya memalingkan wajahnya seolah ia tersipu. "Aku..." Ia melirik pada siulet Somi yang masih bergeming, Taehyung pasti tidak menciumnya lebih lama karena keberadannya. Jungkook melanjutkan ucapannya sambil menyusun senyum tipis, "Aku tentu merindukanmu."
Taehyung mau tak mau ikut menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. "Aku juga merindukanmu." Ia menepuk bahu sang kekasih. "Tapi... Kau tahu, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Akan merepotkan jika istiku tahu."
Kata 'istriku' membuat Jungkook mengerutkan alis. Kata itu terdengar buruk untuk telinganya. "Hm," ia bergumam rendah. "Jadi kau harus kembali ke kamarmu sekarang."
"Ya... Maafkan aku." Taehyung menampilkan wajah bersalah dan tak berdaya.
Jungkook menghela. Kini actingnya adalah sebagai seorang simpanan yang harus merelakan suami sah dari wanita lain yang ia curi untuk pulang ke rumahnya. Ia menghela berat, "Tidak masalah." Melihat ekspresi muram Taehyung, hatinya menjadi ikut suram. Tak ingin berlagak sebagai kekasih pencemburu lagi, Jungkook memperlebar senyumannya. "Tapi sebelum itu... Cium aku lebih dulu."
Tak terduga, tanpa mengambil waktu yang lebih lama dari satu detik, Taehyung menciumnya. Tidak, itu tidak layak disebut sebagai ciuman. Pipinya bahkan tak merasakan kehangatan. Taehyung hanya mematuk salah satu pipinya dengan singkat. Kemudian pria itu pamit dan memberikan ucapan selamat malam sebelum sosoknya pergi. "Good night, sweet heart."
Somi yang tidak tahan lagi untuk berkomentar segera tertawa terbahak-bahak. Taehyung meninggalkannya tanpa berat hati, tidak seperti biasanya! Ia menyeka air di matanya yang timbul karena tawa. "Ah astaga, apa itu tadi...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAIGHT? [TN]
FanfictionJennie terpaksa menikahi pria yang dipilih ayahnya. Namun pria itu sama sekali tidak memiliki minat terhadapnya, bahkan untuk sekedar melirik apalagi menyentuh. Ia tidak meragukan dirinya yang sempurna sehingga ketidakminatan sang suami mendorongnya...