Sedikit Manis ; 9

6.3K 831 28
                                        


Jennie dan Taehyung telah setuju untuk mengambil bulan madu. Keduanya sama-sama tidak memiliki harapan apa pun terhadap yang lainnya. Menghabiskan waktu berdua hanya sebagai formalitas untuk pasangan suami-istri yang bahagia, mengubur dalam-dalam citra menggelikan itu. Tidak akan ada hal yang berarti terjadi di antara mereka. 

Keduanya mendapat penerbangan malam menuju Paris tanpa hambatan dan kini terduduk di kursi bersebelahan. Taehyung tidak banyak bicara, bahkan ia membiarkan Jennie memilih kursi terlebih dahulu dan gadis itu mengambil yang di dekat jendela. Ia mendapatinya tengah mengamati langit dan gedung-gedung pencakar langit Seoul yang menjulang megah.

Taehyung merasa tenggorokannya kering. Untuk itu, ia hendak memanggil pramugari untuk meminta teh, namun sebelum itu ia merasakan sesuatu yang kurang. Ia melirik sosok di sampingnya yang masih terpaku pada pemandangan dengan senyum bodoh. Taehyung berdeham, membuat Jennie segera mengalihkan penglihatan padanya. 

"Apa?"

"Kau ingin minum?"

Sesaat Jennie terlihat lebih bodoh dengan ekspresi blanknya. Pertama kali pria itu menawarkan sesuatu kepadanya. Itu sangat datar, namun aneh karena membuat tubuhnya merinding. "Oh... Ku rasa, iya. Teh, tolong." Nyatanya, Jennie tidak begitu haus. Jika ia merasa membutuhkan air, ia bisa mendapatkannya sendiri. Tapi tawarannya begitu sayang jika ditolak. Hatinya begitu kecil, bahkan sedikit perhatian dapat mengguncangnya. Melihat pria itu tidak memiliki niat buruk, Jennie tidak akan bisa mengabaikannya begitu saja. 

Dua cangkir teh dengan gula tambahan yang dikemas terpisah di atas nampan. Taehyung menyodorkan satu untuk Jennie dan tidak lupa bertanya, "Ingin gula lebih?" 

Jennie menggeleng pelan lalu menyesap tehnya. Ia tidak terbiasa dengan sikap pria itu. Setelah membentaknya dengan begitu kasar, perangai pria itu sedikit berbeda dari biasanya. Meski canggung dengan perubahannya, Jennie sedikit menyukainya. 

"Apa kau tidak bosan melihatnya terus?" 

Lagi-lagi ia tidak siap dengan Taehyung yang berbeda. Ia tersentak, tidak berniat menunjukan raut wajahnya sehingga tetap memandangi kegelapan di balik jendela. "Tidak," jawabnya singkat. 

Sebagai gadis yang sering didekati pria tampan, ia merasa seperti pihak lainnya sedang mencoba membangun percakapan dengannya. Hidungnya mengembang memikirkan jika pria di sampingnya mulai tertarik berinteraksi dengannya. Ia tersenyum jelek. Huh, tidak ada hal bagus yang bisa kau lakukan di sini, makanya kau mengajakku bicara!  

Betapa menyedihkan menjadi lelaki yang tak berdaya itu. Jennie sedikit menaruh kasihan, maka setelah keheningan beberapa detik, ia menambahkan, "Aku baru kali ini pergi ke luar negeri tanpa Seokjin dan Daddy."

"Maka, aku yang pertama menemanimu selain mereka."

"Mn." Jennie bergumam jelas tanpa mengalihkan pandangan.

"Kau juga yang pertama."

Pernyataan Taehyung membuatnya tersedak ludah. Ia mengepal menahan perasaan aneh yang menyerangnya. Hati kecilnya kembali terguncang, bahkan kini meninggalkan retakan di lapisan luarnya. 

Taehyung tidak peduli jika suasana akan menjadi canggung, menambahkan dengan jujur, "Kau adalah perempuan pertama yang menemaniku ke luar Korea."

Tidak ada percakapan setelahnya. Keduanya bertahan dalam keheningan di antara mereka. Hanya bisa mendengarkan suara kecil di sekitar. Bahkan penumpang lain telah banyak yang menutup mulut untuk tidur dengan tenang. Suasana menjadi membosankan. Empat jam tanpa melakukan hal menyenangkan, sang putri tidur terserang rasa kantuk. Putri itu tertidur tanpa posisi yang benar. Kepalanya beberapa kali terkantup udara kosong lalu kembali bersandar di kepala kursi. 

STRAIGHT? [TN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang