Jennie tidak ingin menunggui si keparat suaminya. Namun, ia adalah seorang istri sekarang ini. Adalah hal yang wajar untuk memastikan apa yang tengah dilakukan suaminya, mengabaikan fakta jika ia atau Taehyung sama sekali tidak ada yang memiliki perasaan untuk satu sama lain, ini adalah naluri alamiahnya. Ia bertindak sebagaimana perannya. Ia bahkan begadang semalaman hingga tanpa sadar duduk tertidur di atas sofa besar.
"Sial, kemana dia pergi!"
Ini adalah pagi yang indah untuk memulai hari dengan serapah kotor dari mulutnya. Jennie merasakan badannya sedikit pegal akibat posisi tidur yang salah. Seperti sebelumnya, ia segera membersihkan diri dan pergi ke ruang makan. Hari-harinya berjalan membosankan, tidak ada yang menarik minatnya.
"Hei, apa kau melihat Taehyung?"
Pelayan yang ditunjuk Jennie dengan dagunya segera menjawab dengan suara pelan, "Maaf, Nona. Saya belum melihat Tuan hari ini..." Itu adalah pelayan yang sama dengan pelayan yang menyambutnya di hari pertama. Saat ini ketakutannya sedikit mereda. Itu berkat ucapannya tempo lalu.
Jennie menyadari jika ia tak bisa terus-terusan menyebut pelayannya dengan 'kau', 'hey' dan semacamnya. Bagaimanapun, mereka adalah manusia yang memiliki nama, jadi ia mengangguk paham untuk setelahnya bertanya, "Siapa namamu?"
"Maria..."
"Kau yang bertugas memasak disini kan?"
"Iya, Nona..."
Rasa bosan yang selalu menemaninya membuatnya yang enggan melirik wajan penggorengan, kini sedikit memiliki minat. Entah atas dorongan apa, ia tiba-tiba berhasrat untuk mengenali urusan dapur. "Ajari aku!"
Wanita paruh baya itu terkejut bukan main.
"Ta-tapi Nona... Jika Tuan tahu, saya akan dipecat..." Apa yang dikhawatirkan Maria adalah kenyataan yang menyeramkan bila terjadi. Ia masih memiliki keluarga, masih membutuhkan pekerjaan. Apabila majikannya mengetahui istrinya lelah sedikit saja, itu mungkin akan dianggap sebagai kelalaian para pelayan. Atau lebih buruk, ia akan dikecam sebagai pembantu malas yang membiarkan nona rumah melakukan pekerjaannya.
"Aku yang akan memecatmu jika kau tidak mau mengajariku! Soal Taehyung, biar aku yang mengurusnya." Jennie berpura-pura galak. Ketegasannya jelas kepalsuan belaka. Gadis ini belum lama tinggal di sini, tetapi tidak ada ketakutan yang berarti pada dirinya. Maria tidak bisa lagi menatap mata Jennie yang berbinar, ia menunduk menyembunyikan seluruh gelisah dalam hatinya. Jennie mengerti. Meski sering kali bodoh, ia bukan orang yang tidak peka pada emosi orang-orang lemah seperti Maria. Maka dari itu, ia memegang tangannya, "Ayolah ajari aku, masakanmu sangat lezat. Aku ingin belajar darimu. Ku mohon..."
Wajah yang cantik itu memelas. Maria jelas tidak bisa menolak permintaan Jennie, terlebih setelah gadis itu memohon secara langsung padanya. "Baiklah Nona..."
"Yeay!!"
Jennie memeluk pelayan itu dengan erat. Rasa bahagianya memiliki sebab yang kecil. "Eh? Saya kotor Nona..."
"Tidak apa-apa. Kau mengingatkanku pada sosok ibu hehe. Jika dia masih ada pasti dia sepertimu."
Baru saja Maria ingin mengatakan sesuatu seperti kalimat penghibur, gadis itu sudah menarik tangannya ke dapur karena semangat sekali ingin belajar memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAIGHT? [TN]
FanfictionJennie terpaksa menikahi pria yang dipilih ayahnya. Namun pria itu sama sekali tidak memiliki minat terhadapnya, bahkan untuk sekedar melirik apalagi menyentuh. Ia tidak meragukan dirinya yang sempurna sehingga ketidakminatan sang suami mendorongnya...