Bunga Hati ; 22

6.2K 707 75
                                        

Taehyung terkurung dalam penjara tak kasat mata. Semua hal baik telah berakhir. Ia tidak mengerti mengapa tidak dapat menghapus perasaannya. Ia tidak mengerti mengapa harus menyesal hingga sedalam ini. Ia juga tidak mengerti mengapa ia menjadi begitu takut. Kebencian yang Jennie perlihatkan padanya sudah lebih dari cukup untuk membunuhnya. Sorot dingin dan gelap itu selalu menghantuinya. Taehyung gelisah, tidak pernah mendapatkan ketenangan. Meski waktu belum lama berlalu, namun setiap detik terasa lambat dan berat. Ia begitu menderita dalam kesepian. 

Tidak ada yang berani mendatanginya. Semua orang di rumah bekerja seperti biasanya, tidak memiliki nyali untuk bertanya padanya. Sehingga saat tiga suara ketukan pintu didengar, Taehyung merasa sedikit tidak nyaman. Ia terusik dari kegelisahannya. 

"Jungkook?"

Pintu tidak dikunci sehingga Jungkook dapat masuk dengan mudah. Ia sedikit tersenyum, memandang pria yang ia cintai entah sejak kapan menjadi begitu menyedihkan. Jungkook mendekat, namun masih menjaga jaraknya. Ia tidak mengatakan apa pun, menunggu pihak lainnya untuk berbicara. 

Taehyung merasa Jungkook datang untuk menghinanya. Maka ia tidak menunjukkan keramahan, ia justru mendengus jengkel. "Mau apalagi? Semua sudah berakhir."

Jungkook lagi-lagi masih tersenyum. Kali ini, senyumnya sedikit melebar. Pandangannya jatuh pada lembaran di atas ranjang, dan itu adalah surat gugatan cerai dari Jennie. Ia terkekeh, memandangi surat itu dengan tatapan remeh. 

Hal itu membuat wajah Taehyung semakin jelek. Bibirnya menekuk tak terima. Ia baru saja akan mengusir Jungkook keluar jika saja pria itu tidak berkata dengan tiba-tiba, "Kau ini laki-laki atau bukan." 

Taehyung dibuat heran. Pria itu memiliki ketenangan yang luar biasa. Setelah kepalanya dingin, ia bahkan masih bersedia untuk menemuinya. Merasa terhina, Taehyung membalas ketus, "Perlu aku ingatkan jika aku pernah mendominasimu?"

Tawa Jungkook pecah, ia sama sekali tidak tersinggung. Kerapuhan terdengar samar darinya. Ada banyak suka dan duka yang telah ia lewati bersama Taehyung. Semuanya akan sulit untuk ditinggalkan dan mustahil untuk dilupakan. Tetapi Jungkook menyadari, itu bukanlah masalah lagi jika dibandingkan dengan kondisi orang yang ia cintai saat ini. Jungkook menatap orang itu dalam-dalam, menyiratkan luka yang telah terjemahkan menjadi perasaan bahagia. Jika ia dapat membantu orang yang dicintainya mendapatkan kebahagiaan, maka itu sudah cukup. Jungkook menyeka sedikit air mata tawa yang keluar dari matanya. "Maka kau harus berjuang."

"Apa maksudmu?"

Taehyung benar-benar bodoh dan dungu. Jungkook mendecak, "Tidak ada gunanya mengurung diri di sini. Jika kau benar-benar mencintainya, kau harus mendapatkan kepercayaannya lagi." 

"...." Taehyung kehilangan kata-katanya. Ia masih menelan apa yang Jungkook ucapkan kepadanya. Pria itu menyuruhnya berjuang? Ia tidak mempercayai telinganya. "Apa niatmu datang ke sini?"

Jika Jungkook tidak memiliki temperamen yang baik, dicurigai setelah dengan tulus berusaha membantu, ia akan memukul Taehyung dengan telak. Pria itu tidak memiliki hati nurani. Jungkook hanya bisa berhela, menjauhkan emosi negatif dari dirinya. "Aku hanya tidak ingin kau kehilangan apa yang masih bisa kau miliki. Setidaknya... Kau masih bisa membuatnya memaafkanmu. Ini belum terlambat sebelum dia benar-benar melepaskanmu."

"Aku hanya ingin kau menyelamatkan apa yang masih bisa dipertahankan. Jennie berharga untukmu, bukan? Jangan melepasnya begitu saja."

Apa yang Jungkook bilang terasa masuk akal. Bahkan sebenarnya, ia telah berencana untuk melakukannya. Tetapi Taehyung tidak memiliki keberanian, ia tidak memiliki wajah untuk melakukannya. Hatinya kini dipenuhi keraguan.

STRAIGHT? [TN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang