Dipercepat ; 2

7K 888 70
                                    



Jennie menunggu di kamar yang nampak asing baginya. Sudah tamatlah riwayat hidupnya. Malam ini adalah malam pertama dengan suami gendutnya yang menyeramkan. Jennie takut. Segera ia tarik selimut untuk menutupi wajahnya. Beberapa saat kemudian, suaminya datang. Menyingkap selimutnya dan mendekatkan wajah mereka. Jennie bisa menghirup napas pria itu berbau jengkol. Benar-benar tidak enak. Jennie ketakutan dan muak setengah mati!

Suaminya memanyunkan bibir, hendak menciumnya. Jennie gila! Bagaimana dia bisa menghindar, tubuhnya saja sudah ditindih entah sejak kapan!

Jennie berteriak dan berusaha menggerakkan tubuhnya ke samping. Setelahnya...

Bruakk!

"Setan! Mimpi macam apa itu!"

Pagi-pagi gadis itu telah mengumpat saja. Melihat jam, dia hanya ber-oh ria. Masih jam 6 pagi. Gadis itu ingin melanjutkan tidurnya namun trauma akan mimpi yang baru saja ia alami. Berencana menghilangkan aura negatif di pagi hari setelah mimpi buruk itu, Jennie pergi mandi. Setelah mandi, tubuhnya telah segar. Dia pun merias diri dengan make up tipis. Memperindah parasnya yang rupawan. 

Dirasa telah cukup menyiapkan diri, Jennie yang merasakan penampilannya telah sempurna segera menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Hari ini, ia memiliki rencana untuk menghabiskan harinya di tempat Lisa. 

"Jane!"

Buyar sudah rencananya. Jiyong tiba-tiba memanggilnya dengan antusiasme tinggi. Pria itu tersenyum tipis, melambaikan tangan padanya. Jennie mengernyit heran karena tidak biasanya Jiyong mengambil sarapannya, namun kali ini, ayahnya justru terduduk di kursi makan dengan garpu di tangannya. 

"Kenapa Dad?"

Jiyong tidak bisa menahan senyumnya melebar, "Apa yang kamu lakukan kemarin? Taehyung ingin menikahimu besok!"

"Apa?! Daddy bilang dua bulan. Sekarang apa? Besok?! Astaga, yang benar saja! Big no!"

"Tidak apa, tanpa pertunanganpun bisa. Sebelum saya meninggal, saya ingin melihatmu menikah,"

"Tapi..."

Jennie menatap Seokjin dan kakaknya itu mengisyaratkan untuk menuruti kemauan ayah mereka. Sang adik merasa teraniaya. Ia menghentakkan kakinya, tanpa mengambil sarapan, ia tidak peduli lagi dengan rencananya untuk bersenang-senang. Jennie menaiki tangga tanpa menghiraukan teriakan Jiyong lalu membanting pintu kamarnya dengan keras untuk menangis sekeras-kerasnya. Bahkan Seokjin tidak membantah ucapan ayahnya...

Perasaannya serasa tidak memiliki harga. Sama sekali tidak ada artinya bagi dua orang itu. Jennie menulikan telinga dan mengurung dirinya di kamar tanpa berniat keluar. 

Seokjin angat mengenali perangai Jennie. Namun ia dalam ketidakberdayaan untuk menolak ayahnya. Baginya, apa yang Jiyong pinta adalah kemutlakan. Meskipun harus melukai hati kecil adiknya. Seokjin dilanda rasa bimbang. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menghentikan Jiyong sehingga ia memutar otak. 

Hampir seharian Jennie menutup diri. Seokjin sama sekali tidak lelah untuk membujuk adiknya meski tak mendapat tanggapan yang berarti. Ia membawa nampan berisikan daging dan nasi beserta segelas susu. Jennie belum memakan apapun sejak pagi... Ia berdiri di depan kamar gadis itu. Sekali lagi mengetuk pintu dengan napas berat, berharap sang pemilik kamar berbesar hati membuka jalan masuk untuknya. Tepat pada ketukan ketiga, pintu terbuka. Menampilkan Jennie yang terlihat kacau. Mata yang sembab tak lagi meneteskan air. Jennie memegangi perutnya dan seketika bunyi perut yang menggonggong membuat Seokjin melangkah masuk dengan senyum kecil. 

STRAIGHT? [TN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang