Langit malam yang begitu luas kini menyaksikan Taehyung dan Jennie berdiri bersebrangan. Keduanya berada di atas atap rumah sakit, menghindar dari kesibukan orang-orang. Ada banyak kata yang tidak bisa diucapkan. Pergolakan antara hati, otak, dan lidah membuat mereka hanya dapat bergeming. Jennie yang tidak ingin membuang waktu lagi, segera memulai pembicaraan tanpa minat sedikit pun. Ia membalikkan badannya, menghindari untuk melihat Taehyung secara langsung dan berkata, "Kau bisa menjelaskannya sekarang."
Bukan kemauan Taehyung untuk membicarakan urusan penting di tempat seperti ini, tetapi Jennie bersikeras. Melihat dari bagaimana cara Jennie menatapnya sekarang, Taehyung hampir saja kehilangan keberanian. Mata itu terlalu tajam untuk berlian yang jernih. Jennie tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama dengannya. Taehyung yang telah merasakan kebencian wanita itu, tidak bisa berkutik. Ia hanya memiliki satu kesempatan. Ini adalah yang terakhir. Setelah itu, tidak akan ada lagi. Maka ia bersikap dengan tenang, berusaha sebisa mungkin untuk memasang wajah aslinya yang telah berubah. Taehyung kini hanya pria malang yang meminta belas asih istrinya yang sedang marah. Ia mengatakan dengan penuh keyakinan, "Aku telah berbohong padamu sekali. Tetapi aku tidak akan berbohong untuk kedua kalinya."
"Aku tidak meminta janji. Aku hanya akan mendengar penjelasanmu."
"...." Taehyung merasa bodoh dengan kata-katanya. Sejujurnya, ia bukanlah seorang yang romantis. Untuk menciptakan kata-kata puitis tanpa kebohongan adalah suatu hal yang sangat sulit untuknya. Ia merutuki dirinya yang payah. Kalimat yang Jennie ucapkan menusuknya dengan tepat. Ia buru-buru mengoreksi ucapannya, "Aku memang pernah membohongimu. Semua... Tentang tujuanku menikahimu, atau tentang ambisiku untuk menghancurkan ayahmu... Aku mengaku salah. Aku minta maaf, seharusnya──"
"Omong kosong." Jennie merasa kata-kata Taehyung adalah bualan hampa. Pria itu membuat kepalanya semakin pusing.
"Aku sudah bodoh karena menuruti dendam pribadiku." Taehyung bergerak mendekati Jennie, menyisakan jarak satu langkah di antara keduanya. Ia melanjutkan, "Aku benar-benar menyesal atas kebodohanku."
Jennie bersikuku untuk membelakangi Taehyung. Ia tidak akan bisa mengatakan hal kejam jika melihat pada wajah pria itu. Ia tidak akan bisa. Entah itu karena perasaan yang masih tersisa, atau ketidaktegaan padanya. Jennie tidak tahu mengapa setelah semua yang Taehyung lakukan padanya, seberapa keras ia mencoba membencinya, itu akan berakhir sia-sia. Perasaan benci itu terlalu menyakitkan untuknya. "Jika kau hanya ingin membicarakan penyesalanmu, itu tidak akan berguna."
"Aku tahu. Aku tahu." Mendadak, suara Taehyung menjadi lemah. Ia telah melakukan hal yang tidak dapat dimaafkan. Tetapi ia memiliki penyesalan yang nyata. Ia juga memiliki harapan untuk memulai kembali. "Dan satu hal yang paling aku sesalkan adalah.... Saat aku menyakitimu."
Jennie mendengar pecahan suara yang bergetar. Ia tahu jika Taehyung tidak dapat meneruskan kata-katanya lagi. Ia bahkan dapat merasakan jika tubuh pria itu telah runtuh. Taehyung tidak memiliki kekuatan untuk berdiri tegap seperti biasanya. Pria itu jatuh dan berlutut di belakangnya.
"Aku yang telah menyakitimu tidak akan pantas mendapatkan maaf. Tapi..." Taehyung menahan kata-kata yang akan ia ucapkan berikutnya karena tenggorokannya telah kering karena kepedihan. Isaknya seketika pecah, menyayat telinga Jennie dengan pasti. Taehyung memejamkan matanya. Ia tahu jika ia pantas mendapatkan hal ini, ia pantas mendapat perlakuan yang buruk dari Jennie setelah apa yang ia lakukan. Maka ia tidak bisaa berharap lebih. Ia telah menyiapkan dirinya untuk menerima segala penolakan Jennie. Tetapi, setidaknya untuk terakhir kali, ia ingin mengatakan hal yang jujur tentang hati. Tentang siapa yang telah memilikinya dengan luka dan dosa yang terlalu dalam.
"Tapi... Setidaknya... Aku tidak pernah berbohong saat mengatakan aku mencintaimu." Taehyung mengulangi kata-katanya dengan air mata yang tidak berhenti keluar dari maniknya, "Aku tidak berbohong... Aku benar-benar... Aku benar-benar mencintaimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
STRAIGHT? [TN]
FanfictionJennie terpaksa menikahi pria yang dipilih ayahnya. Namun pria itu sama sekali tidak memiliki minat terhadapnya, bahkan untuk sekedar melirik apalagi menyentuh. Ia tidak meragukan dirinya yang sempurna sehingga ketidakminatan sang suami mendorongnya...