Chapter 17

33 16 7
                                    

Emir menatap nyalang dari balik dekapan Ibunya. Dua lelaki tampak menghentak lantai dengan sepatu bot besar. Entah apa yang tengah dicari. Mereka menunjuk-nunjuk wajah Ibu disertai makian kasar.

"Mana si Keparat suamimu?!" bentak salah satunya.

Ibu hanya menggeleng. Emir mendekap semakin erat, sampai-sampai ia bisa mendengar gemuruh dari balik tulang rusuk. Ibu takut, tetapi wanita itu menekan kuat-kuat demi tampak berani.

Salah seorang melirik Emir. "Kalau begitu, anakmu akan kubawa!"

"Tidak!" teriak Ibu.

Dan terjadilah tarik menarik yang berujung sebuah letusan. Tentara penjajah mengumpat, lalu pergi keluar rumah. Emir meraung-raung di depan jasad yang bersimbah darah.

~Fin~

RubikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang